Selasa, 05 Juli 2022 13:57 WIB

Manfaat Coding dalam Pendataan Pasien

Responsive image
21794
Leni Marlina - Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung

Coding adalah salah satu kegiatan pengolahan data rekam medis untuk memberikan kode dengan huruf atau dengan angka atau kombinasi huruf dan angka yang mewakili komponen data. Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada dalam rekam medis harus diberi kode dan selanjutnya di indeks agar memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk menunjang fungsi perencanaan, manajemen, dan riset bidang kesehatan. 

 Pemberian kode ini merupakan kegiatan klasifikasi penyakit dan tindakan yang mengelompokan penyakit dan tindakan berdasarkan kriteria tertentu yang telah disepakati. Pemberian kode atas diagnosis klasifikasi penyakit yang berlaku dengan menggunakan ICD-10 untuk mengkode penyakit, sedangkan  ICOPIM dan ICD-9-CM digunakan untuk mengkode tindakan, serta komputer (on-line) untuk mengkode penyakit dan tindakan. 

Di Indonesia, penggunaan International Classification of Diseases and Related Health Problems, Tenth Revision (ICD – 10) terbitan WHO telah ditetapkan  oleh Kementrian Kesehatan. RI sejak tgl. 19 Februari 1996.  ICD –10 terdiri dari 3 volume :

· Volume 1 (Tabular List), berisi tentang hal-hal yang mendukung klasifikasi utama.

· Volume 2 (Instruction Manual), berisi tentang pedoman penggunaan.

· Volume 3 (Alphabetic Index), berisi tentang klasifikasi penyakit yang disusun berdasarkan indeks abjad atau secara alfabet,terdiri dari 3 seksi:

1.    Seksi 1 merupakan klasifikasi diagnosis yang tertera dalam vol 1

2.    Seksi 2 untuk mencari penyebab luar morbiditas, mortalitas dan membuat istilah dari bab 20

3.    Seksi 3 merupakan tabel obat-obatan dan zat kimia sebagai sambungan dari bab 19, 20, dan menjelaskan indikasi kejadiannya.

Beberapa contoh diagnosa pasien dengan kodenya :

1.    Asthma  : J45.9

2.    Lymphadenitis  : I88.9

3.    Suspek TB : Z03.0

4.    Skiring TB : Z11.1

5.    HIV : B24

Diagnosa sebuah penyakit bisa saja sama, tetapi kode nya berbeda antara pasien anak dan pasien dewasa. Contohnya  diagnosa bronchitis : J20.9 (bronchitis pada pasien anak) dan J40 (bronchitis pada pasien dewasa).

Coding juga diberikan untuk pemberian kode tindakan apabila pasien mendapatkan pelayanan penunjang, misalnya coding untuk tindakan fisioterapi adalah sebagai berikut :  

1.Nebulizer 93.94

2. MWD 93.94

3. USG 88.79

4. EKG 89.52

5. BE (breathing exercise) 93.18

 

Daftar Pustaka :

World Health Organization. Alphabetical index 2010 edition volume 3 (International stastitical classification of diseases and related health problems ICD-10)

International Classification of Procedures in Medicine (ICOPIM) dan (ICD-9)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.