Selasa, 05 Juli 2022 11:23 WIB

Mengenal Kusta

Responsive image
15448
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Penyakit kusta atau yang dikenal sebagai penyakit Hansen adalah sebuah infeksi bakteri yang memengaruhi sistem saraf, kulit, hidung, dan mata. Dengan adanya perawatan dini pada penderita kusta, maka bisa mencegah terjadinya kerusakan permanen. Penyakit kusta atau lepra disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Bakteri ini tumbuh lambat dan tidak mudah menyebar. Sehingga mereka yang terkena penyakit ini sebenarnya bisa terus bekerja dan memiliki kehidupan yang aktif selama mereka melakukan perawatan. Penyakit kusta seringkali diiringi informasi yang menyebar di masyarakat bahwa penyakit ini adalah sebuah penyakit yang sangat mudah ditularkan. Namun saat ini para ahli mengetahui bahwa itu adalah hal tidak benar. Selain itu, penyakit kusta juga bisa diobati,
meskipun perawatan tidak dapat membalikkan kerusakan yang ada.

Gejala Penyakit Kusta

Penyakit kusta atau lepra berkembang sangat lambat. Hal ini karena gejala bisa muncul setelah 20 tahun usai terinfeksi. Terkadang seorang penyintas tidak menyadari dirinya sudah terinfeksi sampai akhirnya gejala seperti kehilangan kemampuan merasa sakit muncul, atau kulit menunjukkan adanya perubahan. Dari 90 persen orang dengan penyakit kusta atau lepra, gejala yang muncul pertama kali adalah mati rasa. Kusta atau lepra dapat ditandai dengan rasa lemah atau mati rasa  di tungkai dan kaki, kemudian diikuti timbulnya lesi pada kulit. Kusta atau lepra disebabkan oleh infeksi bakteri yang dapat menyebar melalui percikan ludah atau dahak yang keluar saat batuk atau bersin.

Penyebab Kusta

Kusta atau lepra disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui percikan cairan dari saluran pernapasan (droplet), yaitu ludah atau dahak, yang keluar saat batuk atau bersin.

Gejala Kusta

Gejala kusta pada awalnya tidak tampak jelas. Bahkan, pada beberapa kasus gejala kusta baru bisa terlihat setelah bakteri kusta berkembang biak dalam tubuh penderita selama 20-30 tahun. Beberapa gejala kusta yang dapat dirasakan penderitanya adalah :

  • Mati rasa di kulit, termasuk kehilangan kemampuan merasakan suhu, sentuhan, tekanan, atau rasa sakit.
  • Muncul lesi pucat, berwarna lebih terang, dan menebal di kulit.
  • Kulit tidak berkeringat (anhidrosis).
  • Muncul luka tapi tidak terasa sakit.
  • Pembesaran saraf yang biasanya terjadi di siku dan lutut.
  • Otot melemah, terutama otot kaki dan tangan.
  • Kehilangan  alis  dan bulu mata.
  • Mata menjadi kering dan jarang mengedip.
  • Mimisan , hidung tersumbat, atau kehilangan tulang hidung.

Berdasarkan tingkat keparahan gejala, kusta dikelompokkan menjadi 6 (enam) jenis, yaitu :

  • Intermediate leprosy, ditandai dengan beberapa lesi datar berwarna pucat atau lebih cerah dari warna kulit sekitarnya yang kadang sembuh dengan sendirinya.
  • Tuberculoid leprosy, ditandai dengan beberapa lesi datar yang kadang berukuran besar, mati rasa, dan disertai dengan pembesaran saraf.
  • Borderline tuberculoid leprosy, ditandai dengan munculnya lesi yang berukuran lebih kecil dan lebih banyak dari tuberculoid leprosy.
  • Mid-borderline leprosy, ditandai dengan banyak lesi kemerahan, yang tersebar secara acak dan asimetris, mati rasa, serta pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
  • Borderline lepromatous leprosy, ditandai dengan lesi yang berjumlah banyak bisa berbentuk datar, benjolan, nodul, dan terkadang mati rasa.
  • Lepromatous leprosy, ditandai dengan lesi yang tersebar dengan simetris, umumnya lesi yang timbul mengandung banyak bakteri, dan disertai dengan rambut rontok, gangguan saraf, serta kelemahan anggota gerak.

Pemeriksaan Kusta

Untuk memastikan apakah pasien menderita lepra, dokter akan mengambil sampel kulit dengan cara dikerok (skin smear). Sampel kulit ini kemudian akan dianalisis di laboratorium untuk mengecek
keberadaan bakteri Mycobacterium leprae. Di daerah endemik lepra, seseorang dapat didiagnosis menderita lepra meskipun pemeriksaan kerokan kulit menunjukkan hasil negatif. Hal ini mengacu pada klasifikasi badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) terhadap penyakit kusta, yaitu :

  • Paucibacillary, yaitu terdapat lesi kulit meskipun hasil tes kerokan kulit (smear) negatif.
  • Multibacillary, yaitu terdapat lesi kulit dengan hasil tes kerokan kulit (smear) positif.

Jika lepra yang diderita sudah cukup parah, kemungkinan dokter akan melakukan tes pendukung untuk memeriksa apakah bakteri Mycobacterium leprae sudah menyebar ke organ lain atau belum. Contoh pemeriksaannya adalah :

  • Hitung darah lengkap
  • Tes fungsi liver  atau hati
  • Tes kreatinin
  • Biopsi  saraf

Pengobatan Kusta

Metode pengobatan utama penyakit kusta atau lepra adalah dengan obat antibiotik. Penderita kusta akan diberi kombinasi beberapa jenis antibiotik selama 6 bulan hingga 2 tahun. Jenis, dosis, dan durasi penggunaan antibiotik ditentukan berdasarkan jenis kusta yang diderita. Contoh antibiotik yang digunakan untuk pengobatan kusta adalah rifampicin, dapsone, clofazimine, minocycline, dan ofloxacin. Di Indonesia pengobatan kusta dilakukan dengan metode MDT (multi drug therapy). Operasi umumnya dilakukan sebagai penanganan lanjutan setelah pengobatan dengan antibiotik. Operasi bagi penderita kusta bertujuan untuk :

  • Menormalkan fungsi saraf yang rusak.
  • Memperbaiki bentuk tubuh penderita yang cacat.
  • Mengembalikan fungsi anggota tubuh.

 

Referensi :

1. Silvia Indriyani. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Kusta di Kunduran Blora. Jurnal Kesehatan Masyarakat Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.

2. Lastória, J. C., & Abreu, M. A. 2014. Leprosy : Review of The Epidemiological, Clinical, and Etiopathogenic Aspects - Part 1. Anais Brasileiros De Dermatologia, 89(2), Pp. 205–218. Https://Doi.Org/10.1590/Abd1806-4841.20142450.

3. Bhat, R. M., & Prakash, C. 2012. Leprosy : An Overview of Pathophysiology. Interdisciplinary Perspectives on Infectious Diseases. 2012, 181089.

4. WHO. 2016. Global Leprosy Strategy 2016-2020 : Accelerating Towards a Leprosy- Free World - 2016 Operation Manual

5. WHO. 2016. Global Leprosy Update, 2015 : Time For Action, Accountability, And Inclusion. Weekly Epidemiological Record, 35(91), Pp 405-20. 

6. U.S. Department of Health And Human Services. 2017. CDC. CDC A-Z. Hansen’s Disease (Leprosy)

7. Gardner, SS. Webmd. 2017. Leprosy Overview.

8. Davis, CP. Medicinenet. 2017. Infectious Disease A-Z List. Leprosy (Hansen's Disease).