Jumat, 26 Agustus 2022 14:55 WIB

Chikungunya

Responsive image
32798
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Pusat Data Kementerian Kesehatan RI mencatat, sepanjang 2019 telah terjadi demam chikungunya sebanyak 5042 kasus. Dari kasus tersebut, sebanyak 1.044 kasus terjadi di Provinsi Jawa Barat, disusul Lampung dengan 829 kasus, dan Gorontalo dengan 534 kasus. Namun, hingga saat ini belum ada laporan kematian akibat chikungunya.  Sedangkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), sepanjang 2019 penyakit ini telah terjadi lebih dari 1,9 juta kasus di Asia. Chikungunya adalah infeksi virus yang menimbulkan demam secara tiba-tiba dan nyeri sendi yang parah. Virus bernama alphavirus menyebar ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, nyamuk yang sama seperti penyebab demam berdarah, yakni Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Sejarah singkat chikungunya pertama kali mewabah di Afrika, tepatnya di Tanzania selatan pada tahun 1952. Nama penyakit ini berasal dari sebuah kata dalam bahasa Kimakonde yang berarti melengkung, merujuk kepada tubuh yang membungkuk akibat gejala nyeri sendi yang parah (arthralgia). Wabah besar penyakit ini kembali terjadi di kepulauan Samudra Hindia di tahun 2005. Tak berselang lama, wabah ini kembali terjadi di India pada 2006 dan 2007. Beberapa negara lain di Asia Tenggara pun terkena dampaknya. Sejak 2005, India, Indonesia, Maladewa, Myanmar dan Thailand telah melaporkan lebih dari 1.9 juta kasus. Penyakit ini kemudian pertama kalinya terjadi di Eropa pada tahun 2007.

Penyebab Chikungunya

Chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Kedua nyamuk tersebut adalah jenis nyamuk yang juga menularkan penyakit demam berdarah dan virus Zika. Umumnya, nyamuk ini menggigit di siang dan malam hari.

Nyamuk Aedes mendapatkan virus chikungunya saat menggigit seseorang yang telah terinfeksi sebelumnya. Penularan terjadi bila orang lain digigit oleh nyamuk pembawa virus chikungunya. Meski demikian, virus chikungunya hanya menular melalui nyamuk dan tidak menyebar secara langsung antar manusia.

Chikungunya dapat menyerang siapa saja. Namun, risiko terserang penyakit ini lebih tinggi pada bayi baru lahir, orang usia 65 tahun ke atas, dan orang dengan kondisi medis lain, seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung.

Gejala Chikungunya

Pada beberapa kasus, chikungunya tidak menimbulkan gejala apa pun. Akan tetapi, kebanyakan penderita mengalami gejala yang timbul dalam 3-7 hari setelah tergigit oleh nyamuk pembawa virus. Gejala yang timbul tersebut umumnya dapat berupa :

1.      Demam hingga 39°C.

2.      Ruam kemerahan

3.      Nyeri otot dan sendi.

4.      Nyeri tulang

5.      Sendi bengkak

6.      Sakit kepala

7.      Lemas

8.      Mual

Pada umumnya, gejala di atas akan membaik dalam 1 minggu. Namun, pada sebagian penderita, nyeri sendi dapat berlangsung hingga berbulan-bulan. Selain itu, meski sangat jarang, gejala chikungunya yang parah juga bisa menyebabkan kelumpuhan sementara.

Pemeriksaan Chikungunya

Untuk mendiagnosis chikungunya, dokter akan menanyakan gejala dan riwayat perjalanan pasien. Dokter juga akan melakukan tes darah guna menyingkirkan kemungkinan gejala disebabkan oleh penyakit lain, seperti demam berdarah.

Guna lebih memastikan diagnosis, dokter akan melakukan tes ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assays). Tes ELISA adalah tes serologi yang digunakan untuk mengecek keberadaan antibodi IgM dan IgG chikungunya. Umumnya, kadar antibodi IgM sangat tinggi pada 3-5 minggu setelah gejala muncul dan bisa bertahan hingga 2 bulan.

Penanganan Chikungunya

Chikungunya tidak memerlukan pengobatan khusus, karena akan sembuh dengan sendirinya. Dalam banyak kasus, gejala penyakit ini akan mereda dalam 1-2 minggu. Meski demikian, nyeri sendi dapat berlangsung hingga hitungan bulan atau bahkan tahun.

Pengobatan chikungunya hanya untuk meredakan gejala penyakit ini. Dokter akan meresepkan obat anti radang atau obat flu tulang, guna meredakan nyeri sendi dan demam. Di samping itu, pasien juga akan disarankan banyak minum dan istirahat yang cukup.

Komplikasi Chikungunya

Pada kasus yang jarang, chikungunya dapat menimbulkan komplikasi berbahaya, seperti :

1.      Radang di bagian uvea mata (uveitis).

2.      Radang pada retina mata (retinitis).

3.      Peradangan otot jantung (miokarditis).

4.      Peradangan pada ginjal (nefritis).

5.      Radang hati (hepatitis).

6.      Radang otak (ensefalitis).

7.      Radang pada satu segmen saraf tulang belakang (mielitis).

8.      Radang sendi (rematik) atau perburukan radang sendi yang telah terjadi sebelumnya.

9.      Sindrom Guillain-Barré, yaitu gangguan pada sistem saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan).

Pencegahan Chikungunya

Pencegahan chikungunya dilakukan dengan menurunkan risiko terkena gigitan nyamuk, salah satunya dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui tindakan 3M Plus, yaitu :

1.      Menguras tempat penampungan air.

2.      Menutup rapat tempat penyimpanan air.

3.      Mendaur ulang barang-barang bekas yang bisa menampung air.

Sedangkan tindakan Plus (tambahan) yang dapat dilakukan untuk membantu 3M, yaitu :

1.      Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air.

2.      Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk.

3.      Menggunakan obat anti-nyamuk.

4.      Memasang kawat anti-nyamuk di jendela dan ventilasi rumah.

5.      Menanam tumbuhan pengusir nyamuk.

6.      Menghentikan kebiasaan menggantung pakaian di ruang terbuka.

7.      Memperbaiki saluran air yang tidak lancar.

8.      Bergotong royong membersihkan lingkungan sekitar.

 

 

 

Referensi          :

Masrizal. 2018. Penyakit Menular Chikungunya. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang.

Vairo, F., et al. 2019. Chikungunya : Epidemiology, Pathogenesis, Clinical Features, Management, and Prevention. Infectious Disease Clinics, 33(4), pp. 1003-25.

Chauhan, A., et al. 2018. Protean Neurological Manifestations in Chikungunya. Journal of The Association of Physicians of India, 66, pp. 79.

Centers for Disease Control and Prevention. 2022. Chikungunya Virus. Information for Health Care Providers.

Centers for Disease Control and Prevention. 2022. Chikungunya Virus. Symptoms, Diagnosis, & Treatment.

Centers for Disease Control and Prevention. 2022. Chikungunya Virus. Transmission.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019.

https://pdcproductions.com/ https://oceandata.hangtuah.ac.id/point/