Jumat, 26 Agustus 2022 14:49 WIB

Otosklerosis

Responsive image
3808
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Otosklerosis adalah kondisi adanya pertumbuhan tulang yang tidak normal di dalam telinga. Secara bahasa, kata oto berarti telinga dan sklerosis berarti pengerasan jaringan tubuh yang tidak normal. Ada 3 (tiga) tulang kecil di dalam telinga yang bergetar ketika gelombang suara masuk. Tulang-tulang ini mengirimkan gelombang suara ke koklea (telinga bagian dalam), yang mengubah gelombang suara menjadi sinyal yang kemudian dikirim ke otak. Penyakit ini menyerang tulang-tulang penyusun telinga dan menyebabkan gangguan pendengaran konduktif. Itu artinya, ada masalah dengan cara telinga menstransmisikan getaran suara. Normalnya, getaran suara disalurkan oleh telinga bagian luar ke gendang telinga (membran timpani). Kemudian gendang telinga mengirimkan suara ke tulang maleus, tulang inkus, dan tulang stapes. Ketika tulang stapes bergetar, cairan di telinga bagian dalam ikut bergerak dan merangsang sel-sel rambut di telinga bagian dalam untuk mengubah getaran suara menjadi sinyal listrik yang akan dikirim ke otak. Pada orang dengan gangguan tulang pendengaran ini, stapes (tulang sanggurdi) mulai menyatu dengan tulang di sekitarnya. Kondisi ini membuat tulang tidak dapat bergetar dengan bebas dan membatasi kemampuan telinga untuk menstransmisikan suara dengan benar. Semakin sedikit pergerakan tulang, semakin parah tingkat gangguan pendengaran yang dialami. Kondisi ini dapat menyerang wanita dan pria, meskipun memiliki insidennya lebih tinggi terjadi pada wanita.

Penyebab Otosklerosis

Otosklerosis terjadi karena adanya pertumbuhan tulang abnormal di telinga bagian tengah, paling sering pada tulang stapes. Belum diketahui secara pasti mengapa tulang tersebut tumbuh. Namun, terdapat sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, yaitu :

1.      Berusia 20-30 tahun.

2.      Berjenis kelamin wanita.

3.      Memiliki keluarga dengan riwayat otosklerosis.

4.      Menderita campak

5.      Mengalami cedera pada tulang telinga bagian dalam.

6.      Memiliki daya tahan tubuh yang lemah.

Gejala Otosklerosis

Gejala utama otosklerosis adalah gangguan pendengaran, yang dapat terjadi pada satu atau kedua telinga. Gejala ini pada awalnya membuat penderita tidak dapat mendengar suara bernada rendah, seperti bisikan, kemudian gejala tersebut akan memburuk seiring berjalannya waktu.

Selain gangguan pendengaran, otosklerosis juga dapat menimbulkan gejala lainnya, seperti :

1.      Pusing

2.      Telinga berdenging (tinnitus)

3.      Gangguan keseimbangan

Pemeriksaan Otosklerosis

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada telinga pasien. Setelah itu, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk menetapkan diagnosis, seperti :

1.      Tes audiometri, untuk mengetahui seberapa baik fungsi pendengaran pasien, dengan mengukur rentang nada yang dapat didengar.

2.      Tes timpanometri, untuk mengetahui seberapa baik fungsi gendang telinga.

3.      CT scan, untuk melihat kondisi tulang dan jaringan di dalam telinga secara lebih jelas, serta mendeteksi jika terdapat kelainan di dalam telinga.

Penanganan Otosklerosis

Pengobatan otosklerosis bertujuan untuk memperbaiki gangguan pendengaran dan mencegahnya makin memburuk. Dokter akan menyesuaikan metode pengobatan otosklerosis dengan tingkat keparahan penyakit.

Beberapa metode pengobatan tersebut adalah :

1.      Penggunaan alat bantu dengar.

Dokter dapat menyarankan penggunaan alat bantu dengar pada pasien yang mengalami gangguan pendengaran ringan.

2.      Operasi stapedektomi

Stapedektomi dilakukan pada pasien dengan gangguan pendengaran berat. Pada operasi ini, dokter akan mengangkat tulang stapes dan menggantinya dengan prostesis (tulang stapes tiruan). Tujuannya adalah agar gelombang suara dapat masuk kembali ke telinga bagian dalam sehingga pendengaran menjadi lebih baik.

3.      Operasi pemasangan implan koklea (cochlear implant).

Pemasangan implan koklea dilakukan jika otosklerosis mengakibatkan gangguan pada sel-sel di telinga bagian dalam dan tidak bisa ditangani dengan stapedektomi.

Pada operasi ini, dokter akan memasang alat elektronik khusus dalam telinga yang dapat menangkap suara dan merangsang struktur saraf telinga bagian dalam yang menuju ke otak.

Komplikasi Otosklerosis

Meski jarang terjadi, otosklerosis dapat menyebabkan tuli total. Kondisi tersebut membuat telinga tidak dapat mendengar suara sama sekali. Akibatnya, penderita akan mengalami penurunan kualitas hidup seperti :

1.      Kesempatan untuk bekerja lebih sedikit.

2.      Kesulitan berkomunikasi dengan orang lain.

3.      Kehilangan rasa percaya diri.

Pencegahan Otosklerosis

Otosklerosis tidak bisa dicegah, karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Selain itu, sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya otosklerosis juga sulit dicegah, terutama faktor keturunan. Oleh karena itu, konseling pranikah disarankan pada pasangan yang memiliki keluarga dengan riwayat otosklerosis.

 

 

 

Referensi          :

Jeana Salima, dkk. 2019. Tuli Konduktif e.c Suspek Otosklerosis Auris Sinistra pada Pasien Laki-laki Berusia 49 Tahun. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran Unila Lampung.

Rajput, M., et al. 2020. Otosclerosis : Experience with Stapes Surgery. Cureus, 12(5), pp. 1-6.

Dumas, A., et al. 2018. Cochlear Implantation in Far-advanced Otosclerosis : Hearing Results and Complications. Acta Otorhinolaryngologica Italica, 38(5), pp. 445-452.

National Health Service UK. 2019. Health A to Z. Otosclerosis.

National Institutes of Health. 2018. National Institute on Deafness and Othe Communication Disorders. Otosclerosis.

Victoria State Government Australia. 2017. Conditions and Treatments. Hearing Loss How it Affects People.

Mount Sinai. 2021. Conditions We Treat. Otosclerosis and Stapedectomy.

American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery Foundation. 2021. ENT Health. Cochlear Implant Health.