Rabu, 24 Agustus 2022 14:07 WIB

TBC

Responsive image
64671
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis di paru. Kondisi ini, kadang disebut juga dengan TB paru. Bakteri tuberkulosis yang menyerang paru menyebabkan gangguan pernapasan, seperti batuk kronis dan sesak napas. Penderita TBC biasanya juga mengalami gejala lain seperti berkeringat di malam hari dan demam. Pengobatan penyakit tuberkulosis biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan dengan aturan minum obat yang ketat guna mencegah risiko terjadinya resistensi antibiotik. Jika tidak ditangani dengan segera, TBC dapat berakibat fatal. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi bagian organ tubuh lainnya, seperti ginjal, tulang, sendi, kelenjar getah bening, atau selaput otak, kondisi ini dinamakan dengan TB ekstra paru. Indonesia berada di urutan ke 3 negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia setelah India dan Cina. Data tahun 2019 menunjukkan, ada sekitar 845.000 penderita TBC di Indonesia. Penyakit ini dapat berakibat fatal bagi penderitanya jika tidak segera ditangani. Meski begitu, TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan dan bisa dicegah.

Penyebab TBC (Tuberkulosis)

Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar ketika seseorang menghirup percikan ludah (droplet) saat penderita TBC batuk, berbicara, bersin, tertawa, atau bernyanyi.

Meski TBC dikategorikan sebagai penyakit menular, penularan penyakit ini tidak secepat pilek dan flu. Namun, ada beberapa kelompok yang berisiko tinggi tertular TBC, yaitu :

1.      Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh.

2.      Petugas medis yang sering merawat penderita TBC.

3.      Orang lanjut usia (lansia) dan anak-anak.

4.      Pengguna NAPZA

5.      Penderita penyakit ginjal stadium lanjut.

6.      Orang yang mengalami kekurangan gizi.

7.      Penderita kecanduan alcohol.

8.      Perokok

9.      Orang dengan kekebalan tubuh yang lemah, misalnya penderita HIV/AIDS, kanker, diabetes, orang yang menjalani transplantasi organ, dan lain sebagainya.

10.   Orang yang sedang dalam terapi obat imunosupresif, misalnya penderita lupus, psoriasis, rheumatoid arthritis, atau penyakit Crohn.

Gejala TBC (Tuberkulosis)

Pada TBC laten, penderita umumnya tidak mengalami gejala. Umumnya, penderita baru menyadari dirinya menderita tuberkulosis setelah menjalani pemeriksaan untuk penyakit lain. Sementara bagi penderita TBC aktif, gejala yang muncul dapat berupa :

1.      Batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih).

2.      Batuk biasanya disertai dengan dahak atau batuk darah.

3.      Nyeri dada saat bernapas atau batuk.

4.      Berkeringat di malam hari.

5.      Hilang nafsu makan.

6.      Penurunan berat badan.

7.      Demam dan menggigil.

8.      Kelelahan

Selain menyerang paru, TBC juga dapat menyerang selain paru. Berikut ini adalah contoh gejala yang muncul akibat penyakit TBC di luar paru, menurut organ yang terkena :

1.      Pembengkakan kelenjar getah beningbila terkena TBC kelenjar.

2.      Kencing berdarah pada TBC ginjal.

3.      Nyeri punggung pada TBC tulang belakang.

4.      Sakit kepala dan kejang bila terkena TBC di otak.

5.      Sakit perut hebat jika mengalami TBC usus.

Gejala Tuberkulosis pada Anak

Sementara itu, gejala TBC pada anak cenderung lebih sulit dikenali. Hal ini karena gejalanya tidak khas sehingga sering dianggap sebagai gejala penyakit lain.

Berikut adalah gejala yang mungkin ditemukan pada penderita TBC anak, yakni :

1.      Batuk persisten selama lebih dari 2 minggu.

2.      Berat badan menurun dalam 2 bulan atau gagal tumbuh.

3.      Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati).

4.      Demam terus-menerus selama lebih dari 2 minggu.

5.      Anak tampak lemas (malaise) dan kurang aktif.

6.      Gejala tidak membaik meski telah diberikan antibiotik dan nutrisi.

Kapan Harus ke Dokter

Segera periksakan ke dokter jika Anda atau anak Anda mengalami gejala TBC, terutama jika tinggal bersama atau ada kontak erat dengan penderita TBC. Diagnosis dan pengobatan dini pada penyakit ini dapat membantu mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi.

Pemeriksaan TBC (Tuberkulosis)

Jika pasien diduga mengalami TBC, dokter akan meminta pasien menjalani pemeriksaan dahak yang disebut pemeriksaan BTA. Pada kasus TBC pada organ selain paru, pemeriksaan BTA juga dapat dilakukan dengan menggunakan sampel selain dahak.

Jika dokter membutuhkan hasil yang lebih spesifik, pasien akan dianjurkan untuk menjalani tes kultur BTA. Tes ini juga menggunakan sampel dahak pasien, tetapi memerlukan waktu yang lebih lama.

Selain pemeriksaan BTA, dokter dapat melakukan serangkaian pemeriksaan TBC lainnya untuk mendukung diagnosis, yaitu :

1.      Tes kulit mantoux atau tuberculin skin test.

2.      Tes darah IGRA (Interferon Gamma Release Assay).

3.      Bronkoskopi

4.      Foto Rontgen

5.      CT scan

 

Referensi :

Budiyanti. 2021. Penyuluhan Pencegahan TBC di Era New Normal. Program Studi Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Bhatia, V, et al. 2020. Ending TB in Southeast Asia : Current Resources Are Not Enough. BMJ Global Health, 5(3), e002073.

Centers for Disease Control and Prevention. 2021. Tuberculosis. Basic TB Facts.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2021. Jadikan Penerus Bangsa Bebas TBC. Dimulai dari Diri Sendiri dan Keluarga.

National Health Services UK. 2019. Health A to Z. Tuberculosis.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Pencegahan Tuberkulosis TBC (Tuberkulosis).

American Lung Association. 2020. Lung Health & Diseases. Tuberculosis (TB).

National Institute of Health. 2022. MedlinePlus. Pulmonary Tuberculosis.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak.