Rabu, 24 Agustus 2022 12:20 WIB

Mitos Seputar Kemoterapi

Responsive image
10771
Ulfa Nurul Fatimah - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Kemoterapi atau disebut juga dengan istilah kemo adalah penggunaan obat-obatan sitotoksik dalam terapi kanker yang dapat menghambat proliferasi sel kanker. Kemoterapi telah banyak digunakan dalam pengobatan kanker, tetapi masyarakat terkadang salah mempersepsikan kemoterapi. Sebagian orang memandang kemoterapi sebagai suatu pengobatan yang menyeramkan dan lebih memberikan dampak buruk bagi pasien daripada manfaat kesembuhan yang diperoleh, seperti kerontokan rambut, mual, muntah, dan lain-lain. Dengan demikian, tidak sedikit dari mereka (pasien) yang menghindari kemoterapi dan lebih memilih pengobatan alternatif.

"Masyarakat sering mendapat informasi salah mengenai pengobatan kanker. Hingga membuat pasien mengurungkan niat untuk berobat, tahu-tahu kanker yang diderita sudah stadium lanjut. Jika melakukan pengobatan pada saat awal penyakit terdeteksi, tentu presentase kesembuhan bisa lebih besar. Tentu kanker dengan stadium awal dengan stadium lanjut penanganannya berbeda. Jadi karena lebih banyak mitos yang beredar di masyarakat, maka pasien cenderung tidak mengikuti anjuran dokter seperti kemoterapi tadi. Akhirnya datang-datang sudah stadium lanjut. Bahkan kanker yang diderita sudah sangat parah. Ujung-ujungnya jika tidak bisa ditangani, nanti yang disalahkan dokter dan pihak rumah sakit. Karena kami sebagai tenaga medis tentu akan melakukan yang terbaik untuk pasien,” jelas dr. Raden Aryo Nindito, Sp.B (K)-Onk.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang ini kemoterapi tidaklah seburuk yang banyak orang pikirkan. Berikut adalah beberapa mitos mengenai kemoterapi :

1.      Rambut pasti akan rontok.

Kerontokan rambut merupakan konsekuensi bagi pasien yang menjalani kemoterapi. Diketahui bahwa obat kemoterapi tidak mampu membedakan sel sehat dengan sel yang berbahaya, sehingga sel-sel folikel rambut ikut hancur dan terjadi kerontokan. Kabar baiknya, sel-sel folikel rambut merupakan salah satu sel yang membelah dengan cepat di dalam tubuh, sehingga rambut akan tumbuh kembali setelah pasien selesai menjalani program kemoterapi. Adapun beberapa agen kemoterapi yang mempunyai dampak berat terhadap kerontokan rambut seperti Paclitaxel, Ifosfamide, Doxorubicin, Daunorubicin, Epirubicin, Idarubicin, dan Docetaxel.

2.      Kemoterapi dilakukan karena penyakit sudah parah.

Banyak penderita kanker sangat takut untuk menjalani kemoterapi. Mereka menganggap jika dokter sudah menyarankan untuk melakukan kemoterapi, maka mereka beranggapan kalau penyakit yang diderita sudah sangat parah. Padahal itu belum tentu benar.

Pemberian kemoterapi selain dimaksudkan untuk pengobatan, juga ditujukan untuk mengurangi massa dari sel kanker, memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi komplikasi penyakit kanker akibat metastasis. Terdapat 3 (tiga) program kemoterapi yang dapat diberikan pada pasien kanker, yaitu sebagai berikut :

a.    Kemoterapi primer, yaitu kemoterapi yang diberikan sebelum tindakan medis lainnya, seperti operasi atau radiasi.

b.    Kemoterapi adjuvant, yaitu kemoterapi yang diberikan sesudah tindakan operasi atau radiasi.

c.    Kemoterapi neoadjuvant, yaitu kemoterapi yang diberikan sebelum tindakan operasi atau radiasi yang kemudian dilanjutkan kembali dengan kemoterapi.

3.      Kemoterapi harus dilakukan di rumah sakit.

Obat kemoterapi dapat diberikan kepada pasien dalam bentuk intravena (IV), intraarteri (IA), per oral (OP), intratekal (IT), intraperitoneal / pleural (IP), intramuskular (IM), dan subkutan (SC). Walaupun benar pada sebagian kasus kemoterapi harus dilakukan di rumah sakit, akan tetapi penggunaan obat kemoterapi oral dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri di rumah. Hal ini tentu dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi pasien karena pasien dapat sambil beraktifitas seperti biasa di rumah. Adapun obat kemoterapi oral di antaranya adalah Capecitabine (kanker payudara dan kanker usus), Gefitinib (kanker paru non-small cell), Nilotinib (leukemia myeloid kronik), dan lain-lain.

4.      Kemoterapi akan menurunkan berat badan.

Walaupun memang benar sejumlah pasien akan mengalami mual muntah yang dapat menyebabkan penurunan berat badan yang cukup drastis, akan tetapi dokter akan memberikan obat antiemetik untuk mengurangi gejala yang muncul baik sebelum maupun setelah kemoterapi. Selain ditangani dengan obat, keluhan mual muntah dapat diatasi dengan terapi komplementer seperti terapi musik, akupresur, terapi zikir, dan aromaterapi. Gejala mual muntah pada pasien kemoterapi bukan hanya dipengaruhi oleh faktor agen kemoterapi saja, tetapi dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis dan gejala penyerta lain seperti perkembangan penyakit, pengobatan yang sedang dijalani, atau gejala non-spesifik lain. Tidak semua agen kemoterapi menyebabkan gejala mual dan muntah. Obat kemoterapi dengan efek mual muntah berat misalnya Azacytadine, Curmustine, Cisplatin, dan Dacarbazine.

5.      Proses kemoterapi sangat menyakitkan.

Berbeda dengan anggapan banyak orang, memasukkan obat kemoterapi melalui jarum infus tidak akan membuat pasien merasa kesakitan. Akan tetapi, sejumlah pasien dapat menunjukkan gejala seperti kehilangan keseimbangan saat berdiri atau berjalan, gemetar, nyeri rahang, rasa baal atau kesemutan pasa ekstremitas atas dan/atau bawah.

Dalam kebanyakan kasus, efek samping hilang setelah pengobatan selesai. Begitu juga dengan waktu perawatan, pasien ada yang mendapatkan perawatan setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan. Masa pengobatan ini diikuti dengan masa istirahat dengan tujuan memberikan kesempatan pada tubuh untuk membangun sel-sel baru yang sehat. Untuk itu, dihimbau kepada masyarakat untuk lebih cerdas dan bijak untuk memeriksakan kesehatan secara rutin dan mengikuti anjuran dokter.

 

Referensi :

American Cancer Society (ACS). 2014. Cancer Facts and Figures 2014. Atlanta : American Cancer Society Inc.

Cancer Research United Kingdom (CRUK). 2016. Bodyweight and Cancer. https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/causes-of-cancer/bodyweight-and-cancer. 30 November 2021.

EMC. 2015. Medicine for Chemotherapy. https://www.medicines.org.uk/emc. 30 November 2021.

Firmana, Dicky. 2020. Keperawatan Kemoterapi. Jakarta : Salemba Medika.