Senin, 23 Mei 2022 16:22 WIB

Perkembangan Obat dan Pengobatan Tradisional Dalam Kesehatan Masyarakat dan Pemanfaatannya di Rumah Sakit

Responsive image
23181
Ardiansyah, SKM, MM - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Obat tradisional di Indonesia sangat besar peranannya dalam pelayanan kesehatan Masyarakat  di Indonesia dan sangat potensial untuk dikembangkan. Karena Negara ini memang kaya akan tanaman obat – obatan, tapi sayang kekayaan alam tersebut tampaknya masih belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesehatan. Apalagi saat ini, daya beli masyarakat terhadap obat – obatan modern semakin menurun sebagai akibat dari dari Pandemi Covid – 19 yang berdampak secara tidak langsung terhadap perekonomian masyarakat.

 Indonesia diketahui memiliki keragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Dari berbagai penelitian menyebutkan, dari sekitar 30.000 spesies tumbuhan di Indonesia sebanyak 6.000 jenis berhasial obat. Sumber lain menyebutkan, tumbuhan di Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari 7.000 jenis, sekitar  1.000 jenis digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit. Indonesia termasuk 25 negara yang telah memiliki dan menerapkan kebijakan obat bahan alam.

Selama ini perkembangan pelayanan kesehatan tradisional dan alternative tampak semakin pesat, sekitar 32 % masyarakat kita memakai pengobatan dan obat tradisional ketika sakit. Perkembangan ini telah mendorong usaha dibidang obat tradisional, mulai dari budidaya tanaman obat, industry obat, dan distribusi.

Mantan Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto, saat melakukan kunjungan kerja ke Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT)  Tawangmangu pada hari Jumat tanggal 3 Juli 2020 mengatakan bahwa “Sebagai institusi riset yang menggawangi penelitian Saintifikasi Jamu, B2P2TOOT agar bermitra dengan RSUD Bung Karno Surakarta dan Pemerintah Kota Surakarta untuk mewujudkan RSUD Bung Karno menjadi RSU Daerah Pusat Pengobatan Tradisional.”

Mengutip website https://kebijakankesehatanindonesia.net/, Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti meminta Fakultas Kedokteran se-Indonesia mendukung peningkatan kualitas calon dokter dengan memahami filosofi pengobatan tradisional asli Indonesia. Mendukung penyelenggaraan penelitian kearifan lokal dan metode pengobatannya, untuk dapat dibuktikan secara ilmiah sebagai pengayaan dalam kurikulum pendidikan dokter.

Hal itu disampaikan Ali Ghufron Mukti dalam Lokakarya Penerapan Model Kurikulum Kesehatan Tradisional pada Pendidikan Dokter di Universitas Andalas, Sabtu (5/10). Lokakarya diselenggarakan untuk merumuskan bagai­mana melakukan pelayanan kesehatan tradisional terpadu dengan medis, dan memiliki standar sehingga bisa diterapkan di rumah sakit dan puskesmas.

Ali Ghufron Mukti memaparkan, dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pelayanan kesehatan tradisional termasuk salah satu dari 17 jenis upaya kesehatan yang harus terselenggara secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Dalam PP 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional juga diatur pelayanan kesehatan tradisional alternatif dan komplementer dilaksanakan secara sinergi dan integrasi dengan pelayanan kesehatan. Diarahkan untuk pengembangan lingkup keilmuannya supaya sejajar dengan pelayanan kesehatan.

Pengobatan tradisional dan komplementer telah diterapkan di beberapa rumah sakit di Indonesia, dari halaman web https://www.republika.co.id/, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah telah menyediakan pelayanan pengobatan tradisional dan komplementer berupa akupuntur, energy prana, dan hypnoterapi. sejak 3 Desember 2019, sebagai upaya menunjang pengembangan wisata sehat.

"Energy prana ini salah satu pengobatan alternatif, contohnya  yang sel kankernya tidak merespon obat, dan ini bisa dipilih sebagai obat alternatif dari pasien itu. Juga mendukung program pemerintah tentang wisata sehat," ucap Dokter Ketut Ayu, Penanggungjawab Pelayanan Poliklinik Energy Prana, RSUP Sanglah Denpasar, Kamis (4/12).

Ia mengatakan energy prana berfungsi untuk mempercepat penyembuhan, seperti tekanan darah tinggi. Menurutnya, untuk sakit secara fisik dapat diobati oleh dokter yang membidangi sedangkan bagi psikologi pasien dapat melalui energy prana ini.

Dokter Ketut Ayu mengatakan "Di sini juga tetap terintegrasi dan komplementer, pihak Kementerian Kesehatan juga sudah berkunjung kesini untuk visitasi jadi kita boleh berdiri sendiri, ada pre-healing yang bisa dikombinasikan metode pre-healing dengan kedokterannya, terintegrasi dan bisa hanya kedokterannya saja,"

Selain itu, Dinas Kesehatan Provinsi Bali merencanakan untuk menggandeng para pengusada atau balian (pengobat) untuk memberikan layanan pengobatan tradisional terintegrasi di Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM) Kota Denpasar, mulai Januari 2022.

"Saya sudah berdiskusi dengan Bapak Gubernur terkait hal ini, rencananya di awal Januari 2022," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya saat menjadi pembicara dalam webinar di Denpasar, Selasa (5/10/2021).

Hal ini tentunya menjadi berita baik bagi perkembangan pengobatan tradisional di Indonesia, dan semoga perkembangan ini juga disertai dengan tradisi pendokumentasian, dan riset yang baik sehingga penggunaan obat dan pengobatan tradisional di Indonesia benar – benar terbukti secara ilmiah dan memberikan keamanan bagi masyarakat penggunanya.

 

Referensi

          Notoatmodjo, Soekidjo, 2007, Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta

 https://www.republika.co.id/berita/q215q6335/rsup-sanglah-sediakan-pengobatan-tradisional, diakses 10 Desember 2021

         https://kebijakankesehatanindonesia.net/25-berita/berita/198-siapkan-pengobatan-tradisonal-di-rs, diakses tanggal 12 Desember 2021

 https://www.litbang.kemkes.go.id/menkes-ajak-b2p2toot-wujudkan-rumah-sakit-daerah-sebagai-pusat-pengobatan-tradisional/, diakses tanggal 12 Desember 2021

 https://www.nusabali.com/berita/103817/mulai-januari-2021-rs-bali-mandara-sediakan-layanan-balian-dan-pengobatan-tradisional, diakses tanggal 12 Desember 2021