Pertussis juga biasa disebut sebagai Tussis Quinta, Whooping Caught, Batuk Rejan ataupun Batuk Seratus Hari. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama di tempat-tempat yang padat penduduknya dan biasanya dapat berupa epidemik pada anak. Epidemik adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu.
Pertussis dapat mengenai semua golongan umur. Hal ini dikarenakan tidak ada kekebalan pasif pada ibu yang bisa diberikan secara langsung pada saat melahirkan seorang anak. Penderita penyakit ini terbanyak berusia 1-5 tahun dan lebih banyak laki- aki daripada perempuan. Cara penularannya melalui kontak dengan penderita pertussis.
Imunisasi memiliki peran yang sangat penting untuk mengurangi angka kejadian dan kematian yang disebabkan oleh Pertussis. Oleh sebab itu Pertussis paling banyak terdapat di negara dimana imunisasi belum menjadi suatu prosedur yang rutin. Imunitas setelah imunisasi biasanya tidak berlangsung lama. Natural Immunity adalah imunitas yang bisa bertahan lama dan jarang didapatkan infeksi ulang pertussis.
Remaja, dewasa dan anak-anak sebagian telah diberikan vaksin pertusis. Tujuan diberikannya vaksin pertusis adalah untuk mengurangi resiko penyakit parah pada bayi dan anak kecil. Meskipun telah diberikan, ada kemungkinan tetap terkena penyakit. Akan tetapi, gejala yang ditunjukkan akan lebih ringan daripada yang belum pernah diberikan vaksinasi. Infeksi pada orang dewasa mungkin asimtomatik (tidak menunjukkan adanya gejala). WHO mengusulkan untuk memberikan tiga dosis vaksin batuk rejan pada bayi, satu dosis booster pada anak-anak usia 1- 6 tahun kepada semua bayi. Transfer antibody maternal merupakan salah satu strategi vaksin pertusis tambahan di beberapa negara pada remaja dan dewasa serta imuninasi wanita hamil untuk melindungi bayi baru lahir yang terlalu muda.
Pencegahan terhadap Pertussis:
1. Aktif
Secara aktif yaitu dengan memberikan vaksin Pertussis dalam jumlah 12 unit dibagi dalam 3 dosis dengan interval 8 minggu. Vaksin yang digunakan adalah vaksin DPT (Difteria, Pertussis, Tetanus).
2. Pasif.
Secara pasif yaitu dengan memberikan kemoprofilaksis. Perlu diingat bahwa tidak ada imunitas terhadap Pertussis.
Selain itu penyakit pertussis dapat dicegah dengan cara:
Ø Imunisasi anak Anda secara tepat waktu
· Anak-anak perlu diimunisasi pada dua, empat dan enam bulan.
· Booster diperlukan pada usia empat tahun dan sekali lagi pada usia 15 tahun.
· Imunisasi dapat diperoleh dari dokter keluarga dan beberapa pemerintah setempat.
Ø Jauhkan bayi Anda dari orang yang batuk
Bayi memerlukan dua atau tiga vaksinasi sebelum terlindung. Oleh karena ini, penting sekali bayi Anda menjauhi dari orang yang menderita penyakit batuk supaya pertusis atau kuman lain tidak ditularkan.
Ø Dapatkan imunisasi jika Anda seorang dewasa yang berada dalam kontak dekat dengan anak kecil. Tersedia vaksin untuk orang dewasa. Vaksin ini dianjurkan:
· Untuk kedua orang tua sewaktu merencanakan kehamilan, atau segera setelah bayi lahir
· Untuk orang dewasa yang bekerja dengan anak kecil, terutama petugas kesehatan dan petugas penitipan anak.
Penatalaksanaan penyakit pertusis:
Dapatkan perawatan dini sewaktu dapat menularkan penyakit,
jauhi dari orang lain dan jauhi dari anak kecil, mis. di pusat penitipan anak, prasekolah dan sekolah.
antibiotik khusus – biasanya azithromycin, erythromycin atau clarithromycin digunakan untuk merawat pertusis. Antibiotik ini dapat mencegah menularnya kuman ini kepada orang lain. Batuk sering berlanjut selama berminggu-minggu walaupun sedang dirawat.
Saat kita di diagnosa positif pertusis, alangkah baiknya jika kita mulai mengkonsumsi makanan yang baik untuk tubuh kita serta mengkonsumsi makanan yang dapat menguatkan sistem imun kita. Alangkah baiknya pula jika kita menghindari makanan-makanan yang dapat memperparah batuk rejan seperti memakan yoghurt, goreng-gorengan, makanan pedas, makanan manis, dan merokok. Setelah itu, kita juga dapat memulihkan kondisi tubuh kita saat terkena pertusis dengan cara memperbanyak istirahat, sering membersihkan udara di dalam ruangan dengan alat seperti humidifier, dan mengurangi aktivitas berat.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Referensi:
Asyabah, Z., Waluya, S. B., & Kharis, M. (2018). Pemodelan SIR untuk penyebaran penyakit pertusis dengan vaksinasi pada populasi manusia konstan. Unnes Journal of Mathematics, 7(1), 96–107.
Nofriansyah, D., Gunawan, R., & Elfitriani, E. (2020). Sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit pertussis (batuk rejan) dengan menggunakan metode teorema Bayes. J-SISKO TECH (Jurnal Teknologi Sistem Informasi Dan Sistem Komputer TGD), 3(1), 41. https://doi.org/10.53513/jsk.v3i1.194
Sariadji, K., Rizki, A., Sunarno, S., Puspandari, N., Rachmawati, F., Muna, F., … Putranto, R. (2016). Studi kasus bordetella pertussis pada kejadian luar biasa di kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah yang dideteksi dengan PCR. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 5(1), 51–56.
Ismah, Z., Harahap, N., Aurallia, N., & Pratiwi, D. A. (2021). Buku ajar epidemiologi penyakit menular. (F. M. Putra, Ed.) (I). Medan: Yayasan Markaz Khidmat Al-Islam.
DOC, RSMH PROMKES