Pada tahun 1895, British Medical Journal menyatakan bahwa hidung merupakan bagian paling kotor dalam tubuh dan merekomendasikan untuk dilakukan pembersihan hidung secara teratur. Berbagai penelitian telah dilakukan terkait dengan proses pembersihan hidung. Pada tahun 1992, Wingrave menjelaskan berbagai metode dan larutan yang digunakan untuk cuci hidung. Proetz pertama kali menjelaskan metode dan larutan cuci hidung dalam sebuah buku pada tahun 1931. Di tahun 1931, ahli otolaringologi merekomendasikan cuci hidung sebagai upaya dalam mengatasi nyeri kepala. Saat ini, cuci hidung digunakan dalam mengatasi berbagai keluhan sinonasal (Jorissen M. 1998).
Cuci hidung dilakukan dengan menggunakan larutan salin yang dimasukkan ke dalam lubang hidung kemudian membiarkan cairan tersebut keluar dari lubang hidung lainnya untuk membersihkan kavum nasi. Cuci hidung paling sering digunakan untuk mengatasi gejala yang berhubungan dengan rinosinusitis kronis dan mengatasi masalah saluran pernapasan bagian atas. Namun, beberapa waktu terakhir penggunaannya meluas hingga berbagai keluhan sinonasal lainnya. Penggunaan cuci hidung diperuntukan sebagai: 1). Menyegarkan napas karena mengurangi gejala post-nasal drip yang menjadi penyebab halitosis 2). Memperbaiki kongesti nasal dengan menipiskan mukus dalam hidung sehingga memudahkan mukus untuk dikeluarkan dan menghilangkan kontaminan 3). Menghilangkan allergen, polutan dan bakteri yaitu larutan salin telah terbukti dapat mengurangi gejala pada infeksi saluran pernapasan atas, 4). Memperbaiki kerja silia sehingga kerja silia hidung dalam mentranspor mukus akan lebih efisien 5). Meningkatkan indra perasa melalui pembersihan kavum nasi yang meningkatkan kerja sel sensori (Brown and Graham. 2004).
Cara cuci hidung yang ideal belum sepenuhnya diketahui. Secara umum alat cuci hidung dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu alat tekanan positif dan alat tekanan negatif. Alat tekanan negatif mencakup larutan yang dimasukkan ke hidung biasanya dengan menghirup dari sebuah botol atau menghirup dengan menutup satu hidung. Alat tekanan positif mengalirkan langsung cairan ke hidung, baik dengan gravitasi (misalnya dengan neti pot) dan alat yang memerlukan tekanan tangan (bulb syringe) (Shoseyov D. 1998).
Referensi :
Jorissen M. 1998. Corelations Among Mucociliary Transpor, Ciliary Function, and Ciliary Structure. Am J Rhinol.;12(1).
Brown and Graham. 2004. Nasal irrigation?: good or bad. Curr Opin Otolaryngol Head Neck Surg.;(12):9–13
Shoseyov D. 1998. Treatment with Hypertonic Salin Versus Normal Saline Nasal Wash of Pediatric Chronic Sinusitis. J Allergy Clin Immunol.;101(5):602–5