Selasa, 09 Agustus 2022 11:14 WIB

Apa Saja yang Perlu Diketahui Tentang Konstipasi Paska Operasi

Responsive image
2337
dr. Ida Bagus Krisna Jaya Sutawan, Sp.An, M.Kes, K - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

     Dalam melakukan suatu tindakan operasi tentu diperlukan persiapan dan penanganan secara menyeluruh dari awal sampai penanganan nyeri paska dilakukan operasi. Penanganan nyeri menjadi bagian penting dari sebuah rangkaian operasi untuk kenyamanan dan kesembuhan pasien dan juga mencegah terjadinya suatu nyeri yang berkepanjangan paska operasi. Tindakan operasi dapat menyebabkan munculnya beberapa komplikasi yang timbul akibat tindakan operasi itu sendiri maupun komplikasi akibat pembiusan dan akibat dari pemberian obat - obatan penghilang nyeri. Salah satu komplikasi yang cukup sering terjadi setelah operasi adalah terjadinya konstipasi.

     Konstipasi atau sembelit merupakan salah masalah pencernaan dimana seseorang tidak bisa buang air besar sama sekali atau tidak tuntas. Melihat dari frekuensi BAB setiap orang yang berbeda – beda, seseorang dapat dikatakan mengalami konstipasi apabila BAB kurang dari 3x dalam seminggu. Konstipasi yang muncul paska pembedahan sendiri diakibatkan oleh beberapa hal, antara lain : puasa sebelum operasi, pemberian opioid sebagai anti nyeri pada saat operasi dan paska operasi, kurangnya asupan serat, serta kurangnya pergerakan setelah operasi. Hal ini tentunya sudah menjadi pertimbangan dokter anestesi sehingga pasien dipersiapkan sebelum operasi dan dipantau setelah tindakan operasi sehingga risiko terjadinya konstipasi dapat diturunkan. Beberapa hal yang dapat dilakukan sebelum operasi antara lain diet tinggi serat seperti makan sayur – sayuran serta buah – buahan dan asupan air yang cukup sebelum puasa persiapan untuk operasi. Puasa yang direkomendasikan saat ini sesuai jurnal dari ESPEN adalah 2 jam untuk minuman jernih (air putih) dan 6 jam untuk makanan padat. Selain itu dalam ERAS (enhanced Recovery After Surgery) juga menyarankan pemberian makanan atau minuman secara dini kepada pasien setelah menjalani operasi. Hal ini bertujuan untuk membuat sistem pencernaan pasien kembali dalam keadan fisiologis sehingga komplikasi akibat pembiusan terhadap sistem pencernaan dapat ditekan.

     Konstipasi yang terjadi pada pasien setelah menjalani tindakan operasi, dapat diatasi dengan meningkatkan asupan cairan dan makanan tinggi serat serta toilet training. Apabila kondisi konstipasi dicurigai akibat dari penggunaan obat – obat an opioid, dokter anestesi akan melakukan evaluasi ulang terkait tata kelola nyeri pada pasien paska operasi dan mempertimbangkan pemberian obat yang bersifat melunakan kotoran atau laxative. Penanganan konstipasi paska operasi ini merupakan hal yang perlu ditangani secara tim, baik dari bagian gizi, keperawatan, dokter penanggung jawab pasien, dan juga dokter anestesi sehingga pasien bisa ditangani secara holsitik.

Daftar Pustaka :

1.    Moningi S, Patki A, Padhy N, Ramachandran G. Enhanced recovery after surgery: An anesthesiologist's perspective. J Anaesthesiol Clin Pharmacol. 2019;35(Suppl 1):S5-S13. doi:10.4103/joacp.JOACP_238_16

2.    Weiman A. ESPEN guideline : Clinical Nutrition in Surgery. ELSEVIER. 2017:36. http://dx.doi.org/10.1016/j.clnu.2017.02.013

3.    Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan&Mikhail’s Clinical Anesthesiology 6th Edition. 2018. Mc Graw Hill.

4.    Mangku, G., Buku Ajar Ilmu Anestesi dan Reanimasi /SMF Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, 2017.