Selasa, 09 Agustus 2022 11:12 WIB

Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support and First Aid Training)

Responsive image
199673
Dr. dr. Dita Aditianingsih, SpAn-KIC - RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Keadaan henti jantung saat ini menjadi penyebab tertinggi kasus kematian di berbagai belahan dunia. Henti jantung dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan disebabkan oleh berbagai kondisi dan lingkungan yang beragam. Oleh karena itu, dibutuhkan serangkaian tindakan guna mencegah kematian yang diakibatkan oleh henti jantung.

Untuk melakukan pertolongan terhadap kejadian ini, diperlukan sebuah teknik untuk menolong nyawa pasca henti jantung. Teknik ini dinamakan dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Bantuan ini tidak hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan, namun setiap warga pada umumnya dapat melakukan BHD ini dengan mempelajari langkah-langkahnya.

Langkah-langkah bantuan Hidup Dasar :

1. Mengenali kondisi Korban

Jika penolong menemukan seseorang yang tidak responsif (tidak ada pergerakan atau respons terhadap rangsangan) atau menyaksikan seseorang jatuh terkapar maka tindakan pertama dari rangkaian BHD dimulai.

Penolong harus dapat memastikan korban tidak responsif dengan cara berteriak/menepuk-nepuk, atau menggoyangkan bahu pasien, setelah itu dapat dilanjutkan dengan memberikan rangsang nyeri dan tidak bernafas dengan normal setelah sebelumnya mengamankan lingkungan kejadian dan diri sendiri serta memperkenalkan diri pada orang sekitar jika ada. Bersamaan dengan itu, penolong juga perlu memeriksa pernapasan korban, jika pasien tidak bernapas atau bernapas secara abnormal (terengah-engah), penolong harus mengasumsikan pasien mengalami henti jantung.

2. Meminta tolong/ bantuan

Jadi hal apa saja yang harus dilakukan dalam langkah awal Bantuan Hidup Dasar?

  1. Meminta Tolong/Bantuan
  2. Menghubungi 119
  3. Pengaktifan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat (EMS)
  4. 3A

  Cara Minta Tolong dengan benar :

•      Teriak ke sekitar untuk meminta bantuan

•    Telepon ke nomor darurat (119) kemudian sebutkan nama, alamat, jenis kejadian, jumlah dan kondisi korban, dan Apa yang diperlukan).

•      Jika kejadian di Rumah Sakit  -> Aktifkan sistem CODE BLUE

3. Melakukan penilaian korban/ cek respon korban

Dalam melakukan penilaian, kita dapat melakukan 3A dan MARCH yang terdiri atas:

•       3A : Aman diri , Aman Pasien. Aman Lingkungan

•       MARCHMassive hemorrhage, Airway, Respiration(Breathing), Circulation, Head Injury

M pada MARCH merupakan Massive hemorrhage yang berarti:

•      Kita harus melakukan pemeriksaan apakah pasien memiliki perdarahan banyak “banjir”  yang dapat mengancam nyawa

•      Pasangkan torniket saat ditemukan perdarahan, ekspose/buka pakaian pada bagian yang cedera, gunakan sedekat mungkin dengan luka

•      Catat waktu pemasangan torniket, lalu bawa segera ke Rumah Sakit terdekat

Selanjutnya adalah A pada MARCH merupakan Airway yang berarti:

•      Periksa apakah pasien terdapat gangguan pada saluran napas pasien, penolong dapat mengajak pasien berbicara, selanjutnya menilai apakah terdapat respons, jika tidak ada respons , penolong dapat membuka jalan nafas dengan melakukan jaw thrust / chin lift (yaitu dengan dengan meletakkan telapak tangan pada dahi korban dan menengadahkan kepala korban. Gunakan tangan yang lain untuk menarik dagu korban sehingga jalan napas dapat terbuka).

•      Jika pasien sadar, ijinkan pasien untuk mencari posisi senyaman dan untuk menjaga jalan nafas

Selanjutnya adalah R pada MARCH yang merupakan  Respirasi – Breathing,  yaitu:

•    Periksa apakah pasien bernafas atau tidak dan liat apakah dadanya mengembang secara simetris atau tidak

•     Pastikan bahwa :

•     Posisikan pasien senyaman mungkin

•       Longgarkan pakaian pasien,  jangan dikerubungi

Selanjutnya adalah C pada MARCH yang merupakan Circulation, dengan memeriksa:

•         Tangan dan kaki pasien pucat, dingin, dan lembab?

•         Terdapat perdarahan eksternal?

•         Jika terdapat perdarahan, segera tutup dan tekan luka Perdarahan

•         Lalu Baringkan pasien dalam posisi “syok”, dengan kaki diangkat/ dielevasi

Yang terakhir adalah H pada MARCH , merupakan Head Injury - Hipotermia  dengan memeriksa:

•      memeriksa tanda-tanda trauma kepala dengan melihat apakah terdapat darah di hidung atau telinga?

•      memeriksa tanda-tanda hipotermia dengan memeriksa apakah pasien dalam keadaan menggigil, pucat, dingin?

      Kita harus berhati2 karena hipotermia akan menurunkan fungsi pembekuan darah. untuk mencegah pasien jatuh dalam keadaan tersebut segera ganti pakaian basah, selimuti pasien, dan matikan AC.

4. Kompresi Dada

Golden Period RJP

Idealnya, BHD harus segera dilakukan saat pasien mengalami henti jantung.

Terdapat golden period atau waktu emas dalam melakukan bantuan hidup dasar

•      Untuk Keterlambatan BHD selama 1 menit, maka kemungkinan berhasilnya 98 dari 100

•      Untuk Keterlambatan BHD selama 4 menit, maka kemungkinan berhasilnya 50 dari 100

•      Untuk Keterlambatan BHD selama 10 menit, maka kemungkinan berhasilnya 1 dari 100

            Saat otak tidak mendapatkan oksigen selama 6-8 menit maka pasien dapat menyebabkan kematian. Pasien disebut dengan mati klinis (henti nafas dan henti jantung) jika tidak mendapatkan oksigen dalam waktu 6 - 8 menit dan akan mengalami mati biologis (mati batang otak) jika tidak mendapatkan oksigen dalam waktu 8 - 10 menit/lebih,

Bagaimana melakukan kompresi jantung yang berkualitas?

Kompresi dada yang efektif dilakukan dengan prinsip push hard, push fast, minimal interruption, complete recoil.2 Untuk memaksimalkan efektivitas kompresi dada, korban harus berada di tempat yang permukaannya rata. Penolong berlutut di samping korban apabila lokasi kejadian di luar rumah sakit atau berdiri di samping korban apabila di rumah sakit. Penolong meletakkan tumit tangannya di bagian bawah tulang dada korban dan meletakkan tumit tangan yang lain di atas tangan yang pertama.  Penolong memberikan kompresi dada dengan kedalaman kurang lebih 2 inci/ 5cm.2 Penolong memberikan kompresi dada dengan frekuensi 100-120 kali permenit.Penolong juga harus memberikan waktu bagi dada korban untuk mengembang kembali agar aliran darah ke berbagai organ tidak berkurang.Penolong juga harus meminimalisasi frekuensi dan durasi dari interupsi dalam kompresi untuk memaksimalkan RJP yang dilakukan. Rasio kompresi dan napas bantuan yang dilakukan adalah 30:2.2

Penolong yang kelelahan dapat menganggu frekuensi dan kedalaman kompresi dada. Pada umumnya, kelelahan penolong mulai muncul setelah 1 menit melakukan RJP dan akan sangat terasa setelah 5 menit melakukan RJP. Ketika terdapat lebih dari satu penolong, dianjurkan untuk memberikan RJP secara bergiliran setiap 2 menit sekali atau setelah 5 siklus untuk menghindari berkurangnya kualitas RJP.Satu siklus RJP terdiri dari kompresi dan napas bantuan dengan rasio 30:2.RJP dilakukan hingga AED tiba (setelah itu tetap dilanjutkan), korban bangun, terdapat tanda-tanda pasti kematian atau petugas yang lebih ahli datang. Selama melakukan RJP, interupsi misalnya seperti memeriksa nadi korban harus diminimalkan.2

4.  Memberikan Napas Bantuan

Napas bantuan diberikan dalam waktu satu detik.Gunakan rasio kompresi dan napas bantuan 30:2.Napas bantuan dapat diberikan dengan berbagai cara.Cara pertama, bantuan napas dari mulut ke mulut, dilakukan dengan membuka jalan napas korban, menutup hidung korban, dan memberikan napas bantuan dalam waktu 1 detik.Pastikan terdapat kenaikan dada ketika dilakukan napas bantuan. Pemberian volume udara yang berlebihan harus dihindari karena dapat memperburuk kondisi korban, sesuaikan dengan volume saat menarik napas dan membuang napas secara biasa dari paru manusia normal. Lakukan sebanyak 5 siklus, baru cek denyut nadi setelah itu.

Bantuan nafas yang diberikan dapat berupa

•      Bantuan pernafasan mulut ke mulut

•      Bantuan pernafasan mulut ke hidung

•      Bantuan pernafasan mulut ke sungkup

•      Bantuan pernafasan dengan kantung nafas buatan (bag mask)

RJP Hands Only

Jika pada saat kejadian henti jantung, alat tidak memadai atau alat pelingdung diri (APD) tidak, kita dapat melakukan RJP Hands Only

Langkah-langkah RJP "Hands Only " :

1.      Safety :
3A : Amankan diri, Amankan pasien/orban, Amankan lingkungan

2.      Periksa respon, pernafasan (5-10 menit)
Tepuk-tepuk bahu, tanya "Anda Kenapa? "
Bila ada respon : Biarkan berbaring, cari penyebabnya, panggul bantuan medis, sambil mengawasi

3.      Panggil bantuan :
Panggil Bantuan ": Hubungi Call center PSC 119/112

4.      Kompresi dada :
Lakukan Kompresi Dada tanpa interupsi sampai pasien ada repson

 

 

Kapan RJP Dihentikan?

RJP dapat dihentikan jika ditemukan kondisi2 seperti

  1. Kembalinya denyut jantung dan napas spontan (pasien bergerak spontan)
  2. Pasien alih rawat ke tempat perawatan
  3. Penolong terancam keselamatannya
  4. Penolong kelelahan
  5. Do not resuscitate (DNR)

Jika pada pasien sudah ditemukan tanda2 pasti kematian seperti lebam mayat, kaku mayat, dan pembusukkan maka dapat dipastikan bahwa pasien sudah meninggal.Hanya dokter yang dapat menyatakan bahwa korban meninggal dunia.

Melakukan kejut jantung dengan AED

AED merupakan alat yang dapat memberikan kejutan listrik pada korban.

Langkah Pemakaian :

  1. Pastikan korban tidak sadar, tidak bernapas, nadi tidak teraba dan dalam kondisi kering
  2. Nyalakan AED dan pasang pad AED pada dada korban
  3. Ikuti instruksi AED. Bila AED mengindikasikan kejut jantung, maka tekan tombol

Recovery Position atau Posisi pemulihan

Posisi ini dilakukan jika korban sudah bernapas dengan normal dan sirkulasinya sudah adekuat. Posisi ini dilakukan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka dan mengurangi risiko tersumbatnya jalan napas dan tersedak.Korban dimiringkan dengan meletakkan tangan di bawah kepala korban.

1.  Korban tidur terlentang pada posisi supine, penolong berlutut di sisi kanan korban

2.  Tangan kanan korban diluruskan di sisi kepala korban

3. Tangan kiri korban ditekuk menyilang dada hingga posisi telapak tangan berada dibahu kanan korban.

4. Lutut kaki kiri korban ditekuk ke kanan. Posisi tangan kiri penolong di bahu kiri korban, tangan kanan penolong di lipatan lutut kiri korban. Tarik korban

Bantuan Hidup Dasar pada Anak-anak

Teknik dasar untuk bantuan hidup dasar pada anak-anak sama seperti pada dewasa. Perbedaanya terletak untuk bayi dengan usia 1 - 12 bulan, dapat melakukan kompresi dada menggunakan 2 jari, dan untuk anak usia 1-8 tahun, dapat dilakukan kompresi dada dengan satu tangan.

Kompresi dapat menggunakan jari telunjuk + jari tengah atau jari tengah + jari manis, pada bayi dapat menggunakan dua ibu jari.

Kesalahan yang sering terjadi pada bantuan hidup dasar

1. Posisi mengunci jari tangan yang salah , kemudian pastikan posisi siku lurus

2. Teknik kompresi dada yang salah

Kompresi dada yang benar harus dengan

  1. Kedalaman minimal  5 cm ( tidak lebih dari 6 cm )
  2. Kecepatan 100 – 120 x/menit, teratur
  3. Rekoil komplit
  4. Minimal interupsi

 kecuali untuk memberi nafas buatan atau memindahkan pasien (tidak boleh berhenti >10 detik)

 

Referensi:

Travers AH, Rea TD, Bobrow BJ, Edelson DP, Berg RA, Sayre MR, et al. Part 4: CPR Overview: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation 2010;122; S676-S684

Berg RA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF, et al. Part 5: Adult Basic Life Support: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emrgency Cardiovascular Care. Circulation 2010;122; S685-S705

Butterworth J, Mackey DC, Wasnick J. Morgan and Mikhail’s Clinical Anesthesiology, 5th ed. 2013. McGraw-Hill Medical

Cardiopulmonary resuscitation (CPR): First aid [Internet]. Mayo Clinic. 2022 . Available from: https://www.mayoclinic.org/first-aid/first-aid-cpr/basics/art-20056600#:~:text=Cardiopulmonary%20resuscitation%20(CPR)%20is%20a,hard%20and%20fast%20chest%20compressions.

Sumber gambar: rsgm.ugm.ac.id