Selasa, 09 Agustus 2022 10:22 WIB

Kenali Cemas Dan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

Responsive image
10541
dr. Ida Aju Kusuma Wardani, SpKJ(K), MARS - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Kecemasan adalah reaksi normal manusia akibat rangsangan dari lingkungan yang terus menerus, maka untuk mempertahankan diri maka manusia akan bereaksi melawan atau melarikan diri. Secara alamiah akan mereda kembali baik kecemasan dan reaksi tubuh tersebut dan manusia dapat melakukan kehidupan sehari-hari dalam fungsi pekerjaan dan sosialnya. Dikatakan abnormal bila kecemasan menetap dalam waktu yang lama, tidak mereda atau sangat tinggi intensitasnya, berulang dan dapat menyebabkan penyakit fisik (misal: GERD)

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana konten atau isi lambung mengalir kembali ke esofagus, kemudian menyebabkan gejala yang mengganggu seperti mulas dan regurgitasi asam. GERD dapat berlangsung secara kronis, menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien yang cukup parah, dan dikaitkan dengan beban ekonomi. GERD dapat juga berkembang dan menyebabkan komplikasi seperti striktur, barrett esofagus, dan adenokarsinoma esofagus. GERD sebagai masalah kesehatan utama di sebagian besar negara.

Adanya hubungan antara, stres dan emosi yang dapat mempengaruhi fungsi saluran pencernaan, gejala dan penyakit saluran pencernaan. Demikian juga dengan keadaan organ saluran cerna yang dapat mempengaruhi status emosional seseorang. Faktor psikologis dapat memperburuk gejala GERD, menyulitkan dan memperburuk hasil pengobatan, dan mengganggu kualitas hidup pasien.

Gangguan fisik (GERD) dapat mempengaruhi gangguan jiwa (cemas), begitu juga sebaliknya gangguan jiwa (cemas) dapat mempengaruhi atau memunculkan gangguan fisik (GERD).

Ciri-ciri penting adanya kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan disertai dengan ketegangan motorik atau kegelisahan. Kecemasan berlebihan dapat mengganggu aspek lain dari kehidupan seseorang. Pola ini harus terjadi lebih banyak setidaknya selama 3 bulan. Ketegangan motorik paling sering dimanifestasikan sebagai kegoyahan, kegelisahan, dan sakit kepala.

Hanya sepertiga dari pasien yang memiliki kecemasan dan GERD mencari pengobatan psikiatri. Banyak yang pergi ke dokter umum, internis atau ahli gastroenterologi, mencari pengobatan untuk komponen somatik dari gangguan tersebut. Karena tingginya insiden gangguan mental komorbid pada pasien dengan kecemasan, perjalanan klinis dan prognosis gangguan tersebut sulit untuk diprediksi. Meskipun demikian, beberapa data menunjukkan bahwa peristiwa kehidupan dikaitkan dengan timbulnya kecemasan. Terjadinya beberapa peristiwa kehidupan negatif sangat meningkatkan kemungkinan gangguan tersebut berkembang. Menurut definisi, gangguan cemas menyeluruh adalah kondisi kronis yang mungkin terjadi seumur hidup.

Faktor-faktor yang sering terkena cemas dan GERD

1.    Jenis kelamin perempuan lebih banyak terkena dibandingkan jenis kelamin laki-laki.

2.    Basal Mass Index (BMI) tinggi (obesitas) dan perokok aktif

3.    Riwayat Minum alkohol

4.    Status Perkawinan: Janda atau Duda lebih banyak terkena dibandingkan yang masih menikah

5.    Tidak berolah raga rutin

Pengobatan yang paling efektif untuk kecemasan dan GERD adalah pengobatan yang menggabungkan pendekatan psikoterapi, farmakoterapi, dan suportif. Perawatan mungkin memerlukan waktu yang lama bagi dokter yang terlibat, baik dokter tersebut adalah psikiater, praktisi keluarga, atau spesialis lainnya.

Pendekatan kognitif membantu pasien menyampaikan sendiri terjadi gangguan konsentrasi secara langsung, dan pendekatan perilaku menangani gejala somatik secara langsung. Teknik utama yang digunakan dalam pendekatan perilaku adalah relaksasi dan meditasi. Beberapa data awal menunjukkan bahwa kombinasi pendekatan kognitif dan perilaku lebih efektif daripada teknik yang digunakan secara tersendiri. Terapi suportif memberi kenyamanan dan percaya diri pasien, meskipun kemanjuran jangka panjangnya diragukan.

 

 

 

Referensi :

Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry, 11th edition, Chapter 9.6 : Generalized Anxiety Disorder

Ji-Min Choi et all, 2018, Association Between Anxiety and Depression and Gastroesophageal Reflux Disease: Results From a Large Cross-sectional Study, Journal of Neurogastroenterology and Motility; 593-602