Selasa, 09 Agustus 2022 10:08 WIB

Masalah Gizi pada Lansia dan Cara Mengatasinya

Responsive image
14912
Eka Sriati Yalasviva, S.Gz, RD - RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Lanjut usia (Lansia) secara definisi adalah Proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. 

Secara umum dikatakan Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (menurut PP RI No. 43 tahun 2004). Lansia dikelompokkan menjadi tiga : Pralansia (50-64 tahun), Lansia muda (65-80) dan Lansia lanjut >80 tahun (menurut PMK No. 28 tahun 2019). Sedangkan menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok: Usia pertengahan (45-59 tahun), elderly (60-74 tahun), Old (75-90 tahun), very old (>90 tahun).

Lansia merupakan sebuah siklus hidup manusia yang hampir pasti akan dialami setiap orang. Lansia dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi, meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan, namun sebaliknya sudah terjadi evolusi dan degenerasi jaringan sel-selnya. Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit, oleh karenanya lanjut usia itu harus sehat. Proses menua sangat individual dan berbeda perkembangannya pada tiap orang, karena dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi proses menua adalah Asupan makan, pendidikan, sosial budaya, penyakit infeksi/degenerative, hygiene sanitasi lingkungan, ekonomi dan dukungan keluarga, kemunduran psikologis seperti sindroma lepas jabatan, perasaan sedih dan sendiri/kesepian.

Asupan makan sangat mempengaruhi proses menua karena seluruh aktifitas sel atau metabolisme dalam tubuh memerlukan zat-zat gizi yang cukup. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi proses menua adalah perubahan Biologis, yang pada akhirnya juga dapat mempengaruhi status gizi. 

PROSES PERUBAHAN BIOLOGIS PADA LANSIA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP GIZI:                  

·  Pengurangan massa otot antara 1%-2% pertahun dimulai usia 30 tahun, sebaliknya bertambahnya massa lemak (jaringan adipose) sebesar 0,5%-1,5% pertahun sejak usia 30 tahun. Menurunkan jumlah cairan tubuh, kulit terlihat mengerut dan kering, wajah berkeriput dengan garis-garis yang menetap, dan terlihat kurus.

· Gangguan indera perasa, penciuman, pendengaran, penglihatan dan perabaan. Menurunnya fungsi indera perasa berkaitan dengan kekurangan kadar zink yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan pada lansia. Sensitifitas terhadap rasa manis dan asin biasanya berkurang, ini menyebabkan Lansia senang makan yang manis dan asin.

· Katarak pada lanjut usia sering dihubungkan dengan kekurangan Vitamin A, C dan Asam Folat.

· Gigi geligi yang tanggal dan tidak lengkap, menyebabkan gangguan fungsi mengunyah yang mengakibatkan kurangnya asupan makanan, sehingga pada akhirnya terjadi penurunan berat badan.

· Cairan saluran cerna dan enzim-enzim pencernaan berkurang, Nafsu makan dan kemampuan penyerapan zat-zat gizi terutama lemak dan Kalsium juga menurun. Menurunnya sekresi air ludah mengurangi kemampuan mengunyah dan menelan makanan. Penurunan Asam lambung menyebabkan rasa lapar juga menurun. Pada lambung, faktor yang berpengaruh terhadap penyerapan vitamin B12 juga berkurang, sehingga dapat menyebabkan Anemia.

· Penurunan mobilitas usus, meyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung, nyeri perut dan susah buang air besar atau sembelit. Hal ini juga dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan dan terjadinya wasir.

· Penurunan kemampuan Motorik, menyebabkan Lansia mengalami kesulitan untuk makan.

· Terjadinya penurunan fungsi sel otak, menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Demensia/Pikun).

· Kapasitas Ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang, sehingga dapat terjadi pengenceran Natrium. Selain itu pengeluaran urine diluar kesadaran (incontinensia urine) menyebabkan lansia sering mengurangi minum, sehingga dapat menyebabkan Dehidrasi.

Lanjut usia memerlukan Asupan Gizi yang cukup dan seimbang untuk mempertahankan Status Gizi yang optimal serta untuk mencegah atau mengurangi risiko penyakit degeneratif dan kekurangan gizi (Malnutrisi).

REKOMENDASI GIZI SEIMBANG UNTUK LANSIA:

1.    Jaga keseimbangan energi untuk mencapai dan menjaga Berat Badan Normal. Pola makan sehat diutamakan sepeti asupan makanan dan minuman yang padat gizi. Pilih BM sumber protein seperti susu dan hasil olahannya yang rendah lemak, daging has, unggas, telur, kacang-kacangan dan biji-bijian.

2.    Batasi konsumsi gula (Karbohidrat sederhana termasuk tepung-tepungan), garam dan lemak jenuh. Konsumsi gula, garam dan lemak berlebihan dapat meningkatkan risiko Lansia untuk mengalami hiperglikemia, hipertensi, hiperkolesterolemia, stroke, penyakit jantung dan diabetes.

3.    Biasakan mengkonsumsi sumber kalsium dan vitamin D, seperti ikan, susu untuk menjaga kesehatan dan kekuatan tulang dan gigi. Sering terpapar sinar matahari pagi juga dapat membantu pembentukan vitamin D aktif dalam tubuh.

4.    Biasakan mengkonsumsi  sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan produk whole grain sebagai sumber serat makanan dan kalium, terutama sayuran yang berwarna hijau, merah atau orange. Serat penting bagi kesehatan Lansia karena selain untuk melancarkan pencernaan dan mencegah sembelit/konstipasi, serat juga berfungsi untuk mengontrol kadar lemak dan gula dalam darah.

5.    Minum air putih sesuai kebutuhan. Anjuran konsumsi air untuk Lansia adalah 1500-1600 ml (sekitar 6 gelas) per-harinya, atau 25-30 ml/kgBB/hari. Lebih sedikit dari anjuran minum untuk orang dewasa yang sebanyak 8 gelas perhari.

6.    Kebutuhan gizi sebaiknya terpenuhi dari Asupan makan sehari-hari. Bila dibutuhkan, makanan yang difortifikasi dan suplemen mungkin bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan satu atau lebih zat gizi pada kondisi khusus.

7.    Pola makan yang sehat harus mencegah penyakit terkait makanan (foodborne disease). Empat prinsip keamanan pangan yaitu; bersihkan, pisahkan, olah atau masak dan simpan pada suhu yang tepat, secara bersama-sama menurunkan risiko penyakit terkait makanan. Makanan setengah matang harus dihindari.

8.    Tetap melakukan aktifitas fisik dan kurangi waktu untuk aktifitas sedenter. Kekakuan otot sering terjadi pada Lansia karena berkurangnya kemampauan otot untuk berkontraksi dan relaksasi. Lansia dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik ringan seperti, berjalan santai, bersepeda, berkebun, yoga atau senam Lansia. Selain menjaga kelenturan otot, aktifitas fisik tersebut dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan kebugaran tubuh.

MENJAGA IMUNITAS LANSIA DENGAN  SUPER FOOD

SUPER FOOD setidaknya mengndung 2 jenis zat gizi dan memiliki densitas energy yang tinggi, kaya akan sumber serat fitonutrien, antioksidan, vitamin, mineral, protein dan asam lemak omega 3. 

TIPS DUKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBANTU MASALAH MAKAN PADA PENEDERITA DEMENSIA:

1.      Saat makan harus santai dan tidak tergesa-gesa. Dibutuhkan banyak waktu dan dipastikan tidak ada gangguan, seperti suara televisi atau kebisingan.

2.      Jika pasien gelisah atau tertekan, jangan paksa mereka untuk makan atau minum. Tunggu sampai tenang untuk menghindari risiko tersedak.

3.      Pastikan bahwa pasien nyaman dan duduk tegak saat makan. Jika terbaring di tempat tidur, aturlah posisi yang baik sebelum memberikan makanan dan minuman. (posisi duduk antara 30-45 derajat)

4.     Berhati-hati ketika menawarkan minum yang panas, karena beberapa penderita Demensia kehilangan kemampuan menilai suhu.

5.      Jika penderita memiliki kesulitan menggunakan sendok dan garpu, bimbinglah tangan mereka ke mulut untuk mengingatkan cara makan. Atau tawarkan makanan yang dapat dipegang dengan tangan.

6.      Berceritalah tentang makanan yang sedang dimakan untuk membantu mengingatkan mereka tentang selera dan rasa.

7.      Pasien Demensia sebaiknya menggunakan kacamata, gigi palsu dan alat bantu dengar saat makan. Penderita dengan gangguan penglihatan, makanan harus ditempatkan pada area yang mudah dijangkau.

8.      Pasien dengan kesulitan menelan harus diberikan makanan dengan konsistensi yang dapat di toleransi dan harus diberikan oleh keluarga.

9.      Pasien yang tidak dapat duduk lebih dari 15 menit untuk makan, dapat diberikan makanan ringan antara waktu makan, karena sering merasa lapar akibat gelisah.

10.   Masalah medis seperti penyakit ulkus peptikum dan konstipasi kronis dapat diobati secara medis untuk mengurangi ketidaknyamanan dan meningkatkan nafsu makan.

11.  Pasien Demensia stadium akhir memerlukan pemasangan slang makan untuk memenuhi asupan gizi dan mempertahankan berat badan.

 

Referensi:

Persatuan Ahli Gizi Indonesia & Asosiasi Dietisien Indonesia. Penuntun Diet dan Terapi Gizi. Ed.4. Jakarta: EGC, 2019.

Merryana B. Wirjatmadi. Lansia >65 Tahun. Materi Kuliah. Prodi Ilmu Gizi ITB.

https://helosehat .com>Arlina, Lucy Dwi. Gizi Seimbang Pada Lansia di Masa Pandemi Covid-19.

Sumber gambar: briliofood.net