Senin, 08 Agustus 2022 13:41 WIB

Pandangan Studi Terkait Seft (Spiritual Emotional Freedom Technique) dalam Menurunkan Kecemasan Pasien Sebelum Operasi

Responsive image
14736
Annisa Walidatus Sholihah - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

Saat ini, semua orang sudah tidak asing lagi dengan tindakan pembedahan dalam suatu proses penyembuhan sebuah penyakit seseorang, utamanya dalam bidang kesehatan. Tindakan ini dilakukan dengan berbagai indikasi dan syarat sehingga bisa ditentukan apakah orang tersebut memang perlu dilakukan tindakan pembedahan. Tidak menutup kemungkinan tindakan pembedahan ini menyebabkan kekhawatiran tersendiri baik bagi orang yang sudah pernah mengalaminya maupun yang berlum pernah mengalami sama sekali. Menurut Christantie Effendy, 90% pasien yang akan menjalani operasi berpotensi mengalami anxiety (kecemasan). Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2008) pada pasien sebelum operasi (pre operasi) dengan jumlah responden 30 orang didapatkan hasil 1 orang (3,3%) cemas ringan, 2 orang (6,7%) cemas sedang, 19 orang (63,3%) cemas berat dan 8 orang (26,7%) mengalami panik.

Dengan latar belakang berbagai penelitian yang telah dilakukan terkait tingkat kecemasan pasien sebelum dilakukan tindakan operasi tersebut, perkembangan ilmu dan pengetahuan, khususnya keperawatan komplementer, bermunculan untuk membantu pasien mengurangi kekhawatiran atau kecemasan yang dirasakan sebelum tindakan pembedahan. Salah satu perkembangan ilmu keperawatan komplementer untuk hal tersebut adalah SEFT.

Definisi dari SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) adalah salah satu bentuk terapi non farmakologi penggabungan sistem energi tubuh dengan terapi spiritual dengan teknik tapping atau ketukan ringan pada titik-titik tertentu di tubuh. Prinsip kerja SEFT hampir sama dengan akupuntur dan akupresur yaitu menstimulus titik-titik kunci pada 14 jalur energi tubuh. Metode ini sangat membantu pasien untuk merasakan keseimbangan dan hubungan dengan sebuah energi yang lebih besar sehingga dapat memberikan manfaatnya dalam berbagai aspek utamanya membantu pasien mencapai tugas spiritual dan mendapatkan respon relaksasi, mengaktifkan jalur neurologis dalam proses penyembuhan diri, menimbulkan rasa percaya diri dan merasakan kehadiran Allah SWT (Saputro 2011 dalam Rahmawati, 2018).

Efektifitas metode SEFT dijabarkan dalam beberapa penelitian terkait. Penelitian yang dilakukan oleh Prabowo (2019) yang berjudul “Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF)” pada 60 responden yang akan dilakukan tindakan pembedahan dengan kasus pada jantung bahwa rata-rata tingkat kecemasan sebelum dilakukan terapi SEFT yaitu 86,20 pada kelompok intervensi dan 86,43 pada kelompok kontrol. Kemudian, kelompok intervensi dilakukan terapi SEFT dan menunjukkan hasil terdapat penurunan skor kecemasan pada pasien pre operasi bedah jantung selama 2 hari. Terapi SEFT yang dilakukan selama 2 hari, 2 kali terapi menunjukkan dampak yang signifikan terhadap penurunan kecemasan pada responden.

Pasien merasa lebih tenang dan rileks karena terapi ini termasuk dalam kriteria terapi relaksasi. Responden melakukan teknik ini dengan melakukan pengulangan secara verbal tentang kepasrahan secara spiritual, tahap ini disebut Tune In dalam SEFT yang merupakan bagian dari self hypnotherapy sehingga responden saat relaksasi dapat mengeluarkan hormon dengan lebih stabil, tubuh akan menguraikan ketegangan otot-otot, pikiran menjadi lebih tenang (Zainuddin, 2012).

Evidence Based Practice selanjutnya oleh Yuswinda (2017) dengan 8 responden menyatakan teknik SEFT ini melibatkan perasaan pasien dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa sehingga merangsan hipotalamus untuk menurunkan produksi CRF (Cortictropin Releasing Factor). CRF ini selanjutnya akan merangsang kortek adrenal untuk menurunkan sekresi kortisol. Kortisol ini yang akan menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi tingkat kecemasan. SEFT langsung menangani gangguan sistem energi tubuh untuk menghilangkan emosi negatif sehingga emosi tersebut akan hilang dengan sendirinya karena diselaraskan kembali dengan sistem energi tubuh.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuswinda (2017) menunjukkan SEFT berpengaruh terhadap penurunan kecemasan dan perubahan tanda-tanda vital dalam rentang normal. Lebih lanjut Yuswinda menuturkan teknik melakukan SEFT. Terapi SEFT sebaiknya dilakukan dalam waktu 3 sampai 20 menit, semakin lama terapi dilakukan maka akan semakin dapat membawa responden ke tingkat ketenangan dan konsentrasi yang lebih dalam. Ketenangan dan konsentrasi yang dalam akan membuat responden lebih mudah mengendalikan emosi dan kecemasan yang dirasakan.

SEFT menggunakan teknik yang lebih aman, mudah, cepat dan sederhana bahkan tanpa risiko karena tidak menggunakan alat atau jarum. Metode ini menggunakan jari telunjuk dan jari tengah kita yang diketuk-ketukkan ringan di 14 titik meridian tubuh dalam waktu singkat (3-20 menit) untuk membebaskan energi di dalam tubuh. Jika diri terkendali, akan ada gelombang elektromagnetik tertentu yang akan mengatur tubuh menjalankan fungsinya secara baik. Kemudian, dengan melibatkan Tuhan dalam proses energy psychology menjadikan SEFT mengalami amplifying effect sehingga spektrum masalah dapat diatasi jauh lebih luas seperti sakit kepala, nyeri punggung, alergi, asma, mudah letih dan masalah emosional.

Tahap akhir dalam terapi SEFT ini pasien diharuskan mengambil nafas panjang. Menurut teori, pernafasan penting untuk kehidupan serta pernafasan yang tepat merupakan penawar stress. Pada saat kita bernafas, udara dihirup melalui hidung dan menyaring kotoran yang akan dikeluarkan saat menghembuskan nafas. Paru-paru terhubung dengan bronkus yang membawa oksigen ke dalam pembuluh darah (vena dan nadi). Jika jumlah udara segar masuk ke dalam paru-paru tidak cukup, darah tidak dioksigenasi dengan baik. Jika kekurangan oksigen, darah akan berwarna kebiruan serta dapat dilihat melalui warna kulit yang buruk. Kurangnya oksigen dalam darah memperbesar kemungkinan terjadinya kecemasan lebih sukar ditangani. Oleh karena itu, latihan nafas dalam telah diketahui efektif menurunkan kecemasan (Mardiyono, 2009).

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa penelitian terkait efektifitas metode SEFT terhadap tingkat kecemasan pasien adalah terdapat pengaruh yang signifikan pada kecemasan pasien sebelum dilakukan tindakan pembedahan. Perubahan tersebut terlihat dari skala kecemasan dan tanda-tanda vital pasien/ responden tersebut. Diharapkan bagi tempat fasilitas kesehatan mampu menerapkan metode ini mengingat metode tersebut tidak membutuhkan peralatan maupun bahan yang banyak dan dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien serta metode ini bisa diajarkan kepada pasien sehingga pasien dapat melakukannya secara mandiri.

 

Referensi:

Mardiyono & Praneed Songwathana. 2009. Islamic Relaxation Putcomes: A Literature review. The Malaysian Journal of Nursing, vol. 1 no. 1 August, 2009p. 25- 30.

Prabowo, R. K., Nurachmah, E. & Dahlia, D. 2018. Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF). https://doi.org/10.36973/jkih.v6i2.138

Rahmawati, E. & Ridiawati, Y. 2018. Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen Malang. Vol. 2 No. 2 (2018): JURNAL KEPERAWATAN FLORENCE.

Yuswinda K. 2017. Evidence Based Practice Efek SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) Therapy Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruang Persiapan IAR RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Med Hosp 2017; vol 4 (2): 114- 120. https://www.researchgate.net/publication/336004783

Zainuddin, A.F. 2012. Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) for healing+success+ happiness+ greatness. Jakarta : Afzan Publishing.

Sumber gambar: klikdokter.com