Jumat, 05 Agustus 2022 08:54 WIB

Miastenia Gravis

Responsive image
8291
Prof. Dr. dr. Tjokorda Gede Bagus Mahadewa, M. Kes - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Miastenia gravis merupakan salah satu penyakit saraf yang tergolong jarang terdengar di lingkungan masyaarakat umum. Adapaun miastenia gravis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan gangguan neuromuscular junction (NMJ), dengan gejala khas berupa kelemahan dan mudah lelah pada aktivitas yang melibatkan berbagai daerah otot rangka. Miastenia gravis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan dan menghasilkan antibodi yang menyerang jaringan sehat dalam tubuh. Dalam hal ini, antibodi menyerang jaringan yang menghubungkan sel saraf dan otot, sehingga otot melemah dan penderitanya menjadi cepat lelah.

Gejala utama miastenia gravis adalah melemahnya otot yang biasanya timbul setelah beraktivitas dan akan membaik hingga hilang setelah beristirahat. Seiring waktu, otot yang sering digunakan akan makin melemah dan tidak akan membaik meskipun penderita telah beristirahat. Umumnya, penyakit ini akan menimbulkan gejala yang dimulai dari sisi atas tubuh, yang kemudian perlahan akan menyerang bagian bawah tubuh (descending infection). Gejala miastenia gravis seringkali diawali dengan gangguan penglihatan, seperti penglihatan kabur atau ganda, akibat melemahnya otot-otot mata. Salah satu atau kedua kelopak mata juga bisa turun sehingga penderita akan tampak seperti sedang mengantuk (ptosis).

Miastenia gravis merupakan penyakit yang bersifat dan cenderung memburuk seiring berjalannya waktu. Penderita miastenia gravis harus melakukan pemeriksaan dokter secara berkala agar perkembangan penyakit dan kondisinya dapat terpantau dengan baik. Penderita miastenia gravis dianjurkan untuk segera ke IGD bila mengalami gejala sesak napas. Kondisi ini dapat berkembang menjadi henti napas jika tidak segera ditangani, sehingga penderita perlu mendapatkan alat bantu pernapasan secepatnya.

Belum ada cara yang dapat dilakukan untuk mencegah miastenia gravis. Meski demikian, ada beberapa cara untuk mencegah gejala miastenia gravis semakin memburuk, yaitu diantaranya (1) mencegah infeksi, salah satunya dengan cara mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air, serta menggunakan masker ketika sedang berdekatan dengan orang yang sedang sakit; (2) tidak melakukan aktivitas yang berat atau berlebihan; (3) menjaga suhu tubuh agar tidak terlalu dingin atau panas; (4) mengendalikan stres, misalnya dengan melakukan meditasi atau yoga.

Komplikasi miastenia gravis yang paling berbahaya adalah myasthenic crisis. Kondisi ini terjadi ketika otot tenggorokan dan diafragma terlalu lemah untuk mendukung proses pernapasan, sehingga penderitanya mengalami sesak napas akibat kelumpuhan otot-otot pernapasan. Myasthenic crisis dapat dipicu oleh beberapa faktor, seperti infeksi saluran pernapasan, stres, atau komplikasi dari prosedur operasi. Pada myasthenic crisis yang parah, penderita bisa berhenti bernapas. Dalam kondisi ini, dibutuhkan alat bantu napas (ventilator) untuk membantu penderita bernapas, sampai otot-otot pernapasan dapat kembali bergerak.

Walaupun belum ada cara yang efektif untuk menyembuhkan miastenia gravis, tetapi pengobatan yang diberikan oleh dokter dapat meredakan gejala, meningkatkan fungsi otot, dan mencegah kelumpuhan otot-otot pernapasan yang berakibat fatal. Jenis penanganannya pun berbeda-beda untuk tiap penderita, tergantung usia, tingkat keparahan, dan kondisi pasien secara keseluruhan. Beberapa tindakan pengobatan untuk mengatasi myasthenia gravis adalah (1)  Untuk meningkatkan kekuatan dan pergerakan otot. Obat ini digunakan sebagai penanganan awal myasthenia gravis. Contoh obat ini adalah pyridostigmine dan neostigmine; (2) Kortikosteroid, seperti prednisone, untuk menghambat sistem kekebalan tubuh dalam memproduksi antibodi ; (3) Obat imunosupresif, seperti azathioprine, ciclosporine, methotrexate, dan tacrolimus. Obat ini juga digunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh, sehingga produksi antibody dapat dikendalikan; (4) Imunoglobulin (IVIG), yaitu antibodi normal yang diberikan melalui infus untuk mengembalikan sistem kekebalan tubuh; (5) Antibodi monoklonal, misalnya rituximab, yaitu obat yang diberikan melaluiinfus untuk meredakan gejala myasthenia gravis yang tidak dapat ditangani dengan jenis pengobatan lain.

 

 

 

Referensi:

Phillips WD & Vincent A. Pathogenesis of Myasthenia Gravis: Update on Disease Types, Models, and Mechanisms. 2016; F1000 Research, doi: 10/12688/f1000research.8206.1. 

National Institute of Health. Myasthenia Gravis Fact Sheet.  National Institute of Neurological Disorders and Stroke.

Turbert D. What is Myasthenia Gravis? American Academy of Ophthalmology. January 11, 2022.

Gilhus NE, Nacu A, Andersen JB, et al. Myasthenia gravis and risks for comorbidity. European Journal of Neurology. 2014.

Mantegazza R dan Cavalcante P. Diagnosis and treatment of myasthenia gravis. Curr Opin Rheumatol. 2019, 31:623-633.