Jumat, 05 Agustus 2022 08:30 WIB

Perilaku Caring Perawat

Responsive image
6886
Sirila Ngesti Purnani - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

     International Council of Nursing (ICN) tahun 1965 mendefinisikan perawat sebagai seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit. Menurut UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Perawat adalah seseorang yang dengan dasar profesionalisme memberikan layanan kesehatan berupa tindakan keperawatan sesuai kewenangannya untuk mencegah penyakit dan melayani penderita yang sakit (pasien).

     Caring merupakan suatu perilaku atau tindakan yang dilakukan untuk memberikan rasa aman secara fisik dan emosi dengan orang lain secara tulus. Caring merupakan sentral untuk praktek keperawatan, seorang perawat dituntut untuk lebih peduli kepada pasien (Kusnanto, 2019). Dalam menyelenggarakan praktik professional, seorang perawat adalah care provider karena perawat mempunyai tugas utama sebagai pemberi asuhan keperawatan yang komprehensif.

     Perawat di masa kini mempunyai berbagai tantangan dalam memberikan asuhan keperawatan, di antaranya karena perkembangan ilmu kesehatan, kemajuan teknologi dan perubahan kondisi lingkungan sosial budaya. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi kualitas dari perilaku caring seorang perawat. Begitu banyak distraksi yang dijumpai seorang perawat untuk dapat menunjukkan perilaku 18VB terhadap pasien yang dirawat, seperti kebutuhan sosial media saat bertugas, komunikasi whatsapp, ke ‘kepo’an dengan story IG, hanya contoh kecil yang dijumpai saat ini di lingkungan kerja kita. Bukan suatu hal yang dilarang dalam bekerja, terlebih saat ini jalur komunikasi memang banyak digunakan whatsapp, sistem pelaporan pasien juga menggunakan itu, namun demikian hal ini cukup menjadi distraksi bagi perawat manakala harus membagi perhatian antara kebutuhan sosial media dan kewajiban merawat pasien. Dibutuhkan kemampuan dan effort yang lebih untuk dapat mengatasi berbagai distraksi ini selama merawat pasien. Inti dari caring adalah peduli, perawat dituntut untuk lebih peduli dengan kebutuhan pasien, lebih peka terhadap apa yang dirasakan, dibutuhkan dan bahkan ditunggu-tunggu oleh pasien dalam setiap kehadiran dan sapaan seorang perawat.

     Menurut teori Nursing as Caring (Anne et al, 2021) bahkan menyebutkan bahwa perilaku caring diharapkan menjadi bagian dari filosofi seorang perawat sebagai bentuk dari realisasi dan aktualisasi diri yang disebut sebagai bahasa caring perawat. Perawat berada 24 jam di sisi pasien bukan hanya hadir secara fisik namun hadir secara “hati” karena dalam memberikan asuhan keperawatan bukan lagi demi kepuasan perawat akan tetapi difokuskan pada kepentingan dan kepuasan pasien dimana hasil akhir dari rangkaian asuhan keperawatan ini adalah kesembuhan pasien secara jasmani dan rohani.

     Perilaku caring dapat kita wujudkan mulai dari hal kecil, bahkan sepele, seperti menyapa pasien, memanggil namanya, menanyakan keluhan dengan penuh perhatian, melakukan kontak mata saat berkomunikasi, melakukan sentuhan saat dibutuhkan sehingga pasien merasa bukan sebagai obyek (benda mati) akan tetapi sebagai subyek yang butuh diakui keberadaannya, keluhan dan perasaannya saat membutuhkan kehadiran seorang perawat. Sebagai contoh pengalaman dari seorang pasien yang mengatakan bahwa dirinya merasa nyeri berangsur hilang hanya dengan didengarkan keluhannya, perawat hadir di sisinya, menggali perasaannya. Ternyata perilaku caring dapat menjadi sebuah terapi placebo atau dapat sebagai distraksi dari apa yang dirasakan pasien. Perilaku caring dapat kita tumbuhkan dengan mengubah cara pandang kita, berani mencoba menilai dari perspektif lain, tanamkan dalam benak kita saat merawat pasien, bilamana pasien ini adalah kedua orangtuaku? bilamana pasien ini adalah kakak/adikku? bilamana pasien ini adalah suami/istriku? bilamana pasien ini adalah anakku? bukankan kita akan selalu memberikan yang terbaik untuk orang-orang yang kita cintai?

     Perilaku caring seyogyanya melekat dalam diri seorang perawat, apalah artinya perawat tanpa caring, akan terasa tidak berbeda dengan istilah ‘tukang suntik’, ‘tukang memandikan’, ‘tukang menyuapi’ dimana hal tersebut jauh dari profil seorang perawat professional. Akhir kata dari penulis, “nursing without caring is nothing“ jadilah perawat yang sesungguhnya, yang hadir secara jasmani dan rohani, merawat dengan sepenuh hati, karena itulah harta berharga yang dimiliki seorang perawat dan tidak ditemui dalam profesi yang lain.

Referensi :

Anne et al, 2021. “ They Have Our Backs “ : Nurse Leaders and Caring-Based Nursing Theory in the Time of COVID-19

Kustanto, 2019. Perilaku Caring Perawat Professional, Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya, 2019

Linda et al, 2018. The Cost Of Caring : An Exploration of Compassion Fatigue, Compassion Satisfaction, and Job Satisfaction in Pediatrics Nurses, Journal of Pediatric Nursing, 2018.

Pardede dkk, 2020. Perilaku Caring Perawat Dengan Koping Dan Kecemasan Keluarga , Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)