Kamis, 04 Agustus 2022 14:46 WIB

Lepasnya Saraf Mata, Apakah Berbahaya?

Responsive image
12289
Dr. dr. Vera Sumual, Sp.M(K) - RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado

Lepasnya saraf mata, atau dalam istilah kedokteran dikenal dengan Ablasio Retina, merupakan suatu keadaan darurat dimana jaringan tipis (retina) yang terletak di belakang mata terlepas dari posisi normalnya. Keadaaan ini dapat menyebabkan kebutaan permanen jika tidak segera ditangani.1

Kondisi yang dapat menyebabkan saraf mata terlepas adalah 1) terdapat robekan di retina, robekan ini membut cairan di bagian tengah bola mata (cairan vitreous) masuk dan menumpuk di belakang retina sehingga dapat membuat lapisan retina terlepas dari asalnya. 2) Tertariknya retina dari posisi semula akibat jaringan parut yang tumbuh pada mata. Kondisi ini biasanya ditemukan pada orang dengan diabetes yang tidak terkontrol. 3) Menumpuknya cairan vitreous tanpa robekan/tarikan yang dipicu oleh radang atau tumor pada koroid.1

Gejala yang seringkali muncul berupa terdapatnya bercak-bercak hitam yang melayang di pandangan (floaters), kilatan cahaya pada penglihatan (fotopsia), dan penglihatan kabur atau tertutup oleh bayangan seperti tirai.2

Kelompok orang yang berisiko terjadi lepasnya saraf pada mata yaitu mereka yang memiliki miopia tinggi atau rabun jauh, pernah mengalami ablasio retina sebelumnya, pernah menjalani prosedur pembedahan di mata seperti operasi katarak, pernah mengalami cedera/trauma pada mata, dan memiliki anggota keluarga yang mengalami hal serupa.3

Siapakah yang berwenang mengobati lepasnya saraf mata? Pasien yang dengan kecurigaan ablasio retina harus segera dirujuk ke dokter spesialis mata. Penanganan inisial yang bisa dilakukan dokter umum dalam proses merujuk adalah menganjurkan agar pasien mengurangi mobilisasi dan apabila memungkinkan sebaiknya berbaring kesisi “tirai” yang dikeluhkan.

Bila pada pemeriksaan ditemukan robekan-robekan kecil di retina dengan sedikit atau tanpa terlepasnya retina maka robekan ini dapat direkatkan dengan sinar laser (fotokoagulasi laser). Saraf mata terlepas yang disebabkan oleh robekan atau tarikan pada retina biasanya ditatalaksana dengan pembedahan. Sedangkan saraf mata terlepas yang tidak disebabkan oleh robekan atau tarikan pada retina biasanya ditatalaksana dengan non-pembedahan dimana penyakit yang mendasari harus diidentifikasi terlebih dahulu dan diobati.1

Lepasnya saraf pada mata tidak selalu dapat dicegah, namun risikonya dapat diturunkan dengan cara segera memeriksakan diri ke dokter mata apabila muncul tanda-tanda awal berupa floaters, kilatan cahaya atau terdapat perubahan pada lapang pandang. Rutin memeriksakan mata, terutama bila memiliki diabetes, rutin mengontrol kadar gula dan tekanan darah agar kondisi pembuluh darah retina tetap sehat, serta menggunakan pelindung mata saat berolahraga atau saat melakukan aktivitas yang berisiko mencederai mata.

 

Referensi

Kanski, J., Bowling, B. 2016. Retinal Detachment. In: Kanski’s Clinical Ophthalmology – A Systematic Approach. Elsevier: Edinburgh.

Pandaya, HK. 2018. Retinal Detachment Clinical Presentation. New York, NY: WebMD. https://emedicine.medscape.com/article/798501-clinical#b1 (diakses tanggal 2 April 2021)

American Academy of Ophthalmology. 2020. Retinal Detachment. https://www.aao.org/eye-health/diseases/detached-torn-retina (diakses tanggal 2 April 2021)

Sitorus, R., Sitompul, R., Widyawati, S., dkk. 2017. Buku Ajar Oftalmologi. Jakarta: Badan Penerbit FK UI.

Sumber gambar: klikdokter.com