Kamis, 04 Agustus 2022 13:35 WIB

Mengapa Lidah Terasa Pahit pada Kondisi Gangguan Ginjal?

Responsive image
6571
team - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

     Memilih jenis makanan yang tepat untuk pasien dengan gangguan ginjal merupakan suatu tantangan yang tak sederhana. Dibutuhkan pemilihan komposisi yang sesuai untuk mencukupi nutrisi, sekaligus menghindari perburukan kondisi gangguan ginjal yang telah diderita. Namun, acap kali persiapan makanan ini dihadapkan dengan kendala seperti hilangnya nafsu makan serta perubahan indra perasa yang dialami oleh pasien.

     Gangguan pada indra pengecap merupakan salah satu gejala yang sering dialami oleh pasien dengan penyakit ginjal kronis, terutama pada stadium akhir. Sekitar 38% pasien dengan penyakit ginjal kronis mengalami perubahan kemampuan merasakan makanan, baik dalam derajat ringan hingga tak mampu merasakan rasa sama sekali.  Tak hanya itu, berkurangnya kemampuan pengecap pada pasien gagal ginjal juga berkaitan dengan meningkatnya risiko gangguan saluran pencernaan atas seperti lambung.

     Ada baiknya kita mengetahui mengapa kondisi gagal ginjal dapat mempengaruhi kemampuan dalam merasakan makanan. Studi menunjukkan bahwa orang dengan penyakit ginjal kronis mengalami perubahan derajat keasaman (pH) serta perubahan komposisi elektrolit pada air ludahnya. Perubahan tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja sel pengecap yang ada pada lidah, sehingga kemampuan seseorang untuk merasakan makanan akan menurun.

     Pada kondisi normal, manusia dapat merasakan 5 jenis rasa utama yaitu manis, asam, pahit, asin, dan umami (gurih). Lidah kita memiliki berbagai macam kuncup pengecap. Setiap kuncup pengecap terdiri dari kumpulan sel reseptor, yaitu sel pengecap I, II, dan III. Sel pengecap I mendeteksi rasa asin; sel pengecap II mendeteksi rasa manis, pahit, dan umami; sel pengecap III mendeteksi rasa asam dan pada beberapa kondisi mendeteksi rasa asin. Tiap sel tersebut saling berkomunikasi untuk menciptakan cita rasa yang dapat dirasakan seseorang.

     Perubahan kemampuan mengecap dapat bermanifestasi dalam berbagai macam bentuk. Keluhan yang sering dilaporkan oleh pasien penyakit ginjal kronis berupa rasa hambar, asin, metallic (seperti logam), dan rasa pahit pada lidah. Tiap gangguan rasa tersebut memiliki mekanisme penyebab yang berbeda-beda, sehingga penangannya pun juga harus disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya.

     Lalu apakah pasien dengan gagal ginjal selamanya akan mengalami kesulitan dalam merasakan makanan? Hingga saat ini, para ahli masih meneliti berbagai solusi untuk memperbaiki problematika ini.  Salah satu strategi yang sedang dikembangkan adalah penggunaan CKD Taste Plate.

Apa itu CKD Taste Plate?

     CKD Taste Plate merupakan suatu alat bantu klinis untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam memberikan rekomendasi yang tepat terkait gangguan pengecap pada pasien gagal ginjal. CKD Taste Plate dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki tampilan yang sederhana, menarik, rapi, dan menggunakan bahasa yang jelas. Proses pembuatan CKD Taste Plate ini telah dikonsultasikan oleh beberapa ahli, seperti ahli gizi bidang ginjal, dokter spesialis ginjal, dan perawat di bagian perawatan ginjal.

     Apabila kita lihat gambar di bawah, maka CKD Taste Plate terdiri atas dua bagian utama yaitu lingkaran bagian dalam dan bagian luar. Lingkaran bagian dalam menunjukkan perubahan rasa yang dialami pasien (hambar, asin, pahit, metallic). Sementara lingkaran bagian luar menunjukkan rekomendasi intervensi berdasarkan penyebab gangguan masing-masing rasa.

     Bagaimana tahapan penggunaan CKD Taste Plate dalam setting klinis? Pertama kita harus melakukan screening terhadap adanya gangguan perasa. Masalah pada indra pengecap dapat muncul secara samar hingga sulit dideteksi. Selain itu, perubahan rasa biasanya tidak dijadikan pertanyaan utama dalam pemeriksaan medis. Oleh karena itu para ahli mencetuskan beberapa metode untuk screening, seperti melakukan Tes Persepsi Rasa terhadap 5 rasa utama serta memasukkan quesioner mengenai perubahan pengecapan dalam pemeriksaan rutin.

     Setelah ditemukan adanya perubahan dalam indra pengecap, maka tenaga medis akan menentukan berbagai macam kemungkinan penyebab yang mendasari gejala tersebut. Perubahan pengecapan tak hanya dapat disebabkan oleh gangguan ginjal, namun dapat disebabkan juga oleh luka pada mulut dan tenggorokan, atau secara tidak langsung disebabkan karena efek radioterapi dan kemoterapi. Setelah disimpulkan bahwa gangguan pengecapan merupakan dampak dari gangguan ginjal, maka tenaga medis dapat menentukan rekomendasi sesuai dengan lingkaran bagian dalam dari CKD Taste Plate.

1. Perubahan Rasa

2. Mekanisme

3. Manajemen

4. Rasa asin

Konsentrasi natrium yang tinggi pada air ludah menstimulasi sel perasa tipe I

- Pembatasan konsumsi garam

- Konsumsi manis untuk mengaktifkan sel perasa tipe II yang sensitif terhadap manis. Contohnya           menggunakan tomat dan buah bit (mengandung karbohidrat 4% dan 10%)

Rasa metallic

-     Konsentrasi urea yang tinggi

-     Urea dikonversi oleh bakteri menjadi ammonia dan CO2

-  Hindari alat makan dan masak berbahan metal

-  Menggunakan obat kumur natrium bikarbonat

-  Sebelum makan, konsumsi menthol (mints), jus buah, jahe

Rasa pahit

Tingginya kadar urea dapat mengaktifkan sel perasa tipe II

-  Hindari makanan pahit seperti kopi, cokelat, alkohol

-  Konsumsi manis, atau tingkatkan karbohidrat di makanan seperti memasak dengan madu, jus              buah, tomat, buah bit.

-  Konsumsi asam untuk mengaktifkan sel perasa tipe III untuk melawan rasa pahit

   Hilangnya kemampuan mengecap (dapat berupa hilangnya rasa tertentu maupun semua rasa)

-  Tingginya kadar natrium di air ludah menstimulasi sel perasa tipe I. Sel ini mensekresi K+ sehingga      menghambat sel perasa tipe II dan III. Hal tersebut mengurangi sensitifias terhadap rasa asam,          umami, pahit, dan asin.

-   Hilangnya kemampuan pengecap total disebabkan defisiensi zink

-  Coba meningkatkan rasa dengan menambahkan bumbu dan rempah-rempah seperti cabai dan          merica.

-  Mengaktivasi sel perasa tipe III dengan lemon, jeruk nipis, cuka.

-  Aktivasi sel tipe II yang sensitif terhadap manis dengan memasak menggunakan madu, jus buah

-  Suplementasi zink

-  Kurangi konsumsi garam

Kehilangan perasa asam

Tingginya konsentrasi bikarbonat mengurangi jumlah H+ dan mengurangi stimulasi sel perasa tipe III

Konsumsi makanan yang mengandung asam seperti biji-bijian, kiwi, blueberry, cuka Kehingalan

perasa umami  (contohnya tidak bisa merasakan daging) Tingginya kadar bikarbonat pada air ludah

- Konsumsi makanan yang mengandung asam

- Menggerakkan  lidah

     Selain dari segi cita rasa, komposisi makanan pasien penderita penyakit ginjal kronis juga perlu mencukupi kebutuhan nutrisi yang tepat. Asupan gizi berperan secara signifikan terhadap perkembangan penyakit. Dalam mempersiapkan makanan, penting untuk terlebih dahulu memahami rekomendasi nutrisi untuk pasien dengan gangguan ginjal pada stadium 3 hingga 5, yaitu:

· - Natrium: < 2.300 mg per hari

· - Protein: bervariasi tergantung stadium penyakit ginjal kronis

· - Kalium: individual, sesuaikan asupan untuk mempertahankan nilai laboratorium normal

· - Fosfor: individual, sesuaikan asupan untuk mempertahankan nilai laboratorium normal

· - Kalsium: jaga keseimbangan kalsium, penyesuaian asupan berdasarkan stadium penyakit ginjal         kronis, sumber kalsium, dan penggunaan vitamin D aktif

     Penting bagi pasien untuk membiasakan membaca label informasi nilai gizi yang ada pada makanan maupun minuman. Kadar natrium, protein, dan kalsium dapat ditemukan dengan mudah pada label tersebut. Selain itu, kebiasaan membaca komposisi makanan yang dikonsumsi dapat membantu pasien untuk mengidentifikasi adanya zat tambahan makanan yang berbahaya untuk kondisi ginjalnya.

     Selain restriksi jenis makanan pada pasien gangguan ginjal, ada pula hambatan lain yaitu asupan makan yang tidak konsisten pada pasien penyakit ginjal kronis. Malnutrisi pada populasi ini sering kali ditemukan dan pada umumnya disebabkan oleh ketidakseimbangan mikroba usus, peradangan sistemik, perubahan kebutuhan metabolisme, dan akumulasi produk urea di tubuh. Oleh karena itu diperlukan penilaian status nutrisi untuk mengidentifikasi risiko malnutrisi dan menentukan intervensi yang tepat. Tiga faktor spesifik yang menyebabkan gizi buruk pada populasi ini adalah ketidakpatuhan karena kompleksnya aturan diet ginjal, perubahan rasa, dan terbatasnya pengetahuan mengenai persiapan bahan makanan yang sesuai.

     Hambatan sosioekonomi, termasuk menentukan bahan makanan yang tepat serta bagaimana cara memasaknya juga dapat berdampak terhadap status gizi. Makanan olahan cenderung lebih mudah untuk dikonsumsi karena tidak perlu memikirkan cara mempersiapkannya, namun justru makanan-makanan tersebut mengandung kadar garam serta zat tambahan makanan tinggi.

     Dari semua permasalahan tersebut, teknik intervensi yang paling efektif sesungguhnya bergantung pada setiap individu dengan cara memanfaatkan teknologi, menentukan tujuan, giat mencari informasi, dan menentukan plan nutrisi yang sesuai dengan gaya hidup pasien. Edukasi mengenai pemilihan makanan dan camilan yang sehat dan tepat sangatlah penting pada populasi pasien ini.

     Berikut adalah rekomendasi pemilihan bahan makanan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mempersiapkan makanan. Handout berikut berfungsi sebagai referensi untuk individu dengan penyakit ginjal kronis stadium 3 hingga 5, yang membutuhkan ide makanan ringan atau makanan untuk disimpan di rumah saat memiliki keterbatasan waktu atau saat sedang dalam kondisi lapar. Melalui rekomendasi makanan yang ramah ginjal ini, diharapkan dapat membantu individu dalam memilih item makanan yang sesuai dengan diet mereka dan membantu mengelola nafsu makan mereka.

Sumber :

Brennan, F., Dawson, J., & Brown, M. A. (2021). A Novel Clinical Tool for the Management of Taste Changes in Patients With Chronic Kidney Disease: The Chronic Kidney Disease Taste Plate. Journal of renal nutrition : the official journal of the Council on Renal Nutrition of the National Kidney Foundation, S1051-2276(21)00174-6. Advance online publication. https://doi.org/10.1053/j.jrn.2021.06.010

Phillips, S., & Flanders, S. (2021). Snacks for the Patient With Chronic Kidney Disease. Journal of renal nutrition : the official journal of the Council on Renal Nutrition of the National Kidney Foundation, S1051-2276(21)00124-2. Advance online publication.