Kamis, 04 Agustus 2022 10:54 WIB

Strategi Berpuasa pada Bulan Ramadhan bagi Penyandang Diabetes

Responsive image
2366
dr. Indah Prasetya Putri dan Prof. Dr. dr. Dharma - RSUP H. Adam Malik Medan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu dinantikan oleh setiap umat muslim di dunia. Berpuasa selama satu bulan penuh pada bulan suci Ramadhan merupakan kewajiban bagi seluruh umat islam yang mampu dan sehat. Seluruh umat muslim menahan lapar dan dahaga mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Begitu juga untuk para penyandang diabetes, kegiatan berpuasa memiliki tantangan tersendiri untuk dapat terhindar dari resiko kekurangan cairan (dehidrasi), kadar gula terlalu tinggi  hingga resiko turunnya kadar gula darah secara tiba – tiba. Perlunya pemahaman yang mendalam serta pengalaman yang benar mengenai bagaimana strategi berpuasa di bulan Ramadhan khususnya bagi penyandang diabetes.

Menurut Studi Epidemiology of Diabetes and Ramadhan (EPIDIAR) pada tahun 2010 menunjukkan bahwa 1.9 milyar jiwa penduduk yang terdiagnosis diabetes yang berpuasa di bulan Ramadhan dari 13 Negara Muslim di Dunia dan akan meningkat sekitar 73% pada tahun 2050, dimana 42.8 % tergolong diabetes tipe 1 dan 78.7% merupakan pasien terdiagnosis diabetes tipe 2. Studi terakhir menunjukkan angka peningkatan lebih dari 116 juta orang  dengan diabetes yang memiliki rentang umur 20 - 79 tahun dari seluruh dunia diperkirakan berpuasa selama bulan Ramadhan. Hasil  riset kesehatan dasar menunjukkan bahwa Indonesia, yang termasuk negara dengan populasi muslim terbesar didunia, menunjukan bahwa penduduk dengan diabetes akan semakin meningkat  dari 6.9% di tahun 2013 menjadi 8.3 % di tahun 2018. Jumlah ini diperkirakan akan semakin meningkat dan dapat mencapai 16.7 juta pasien per tahun 2045.

Pada keadaan normal, tubuh harus mempertahankan kadar glukosa darah melalui mekanisme kerja hormon insulin dan hormon kontraregulator insulin seperti hormon glukagon, hormone pertumbuhan, hormon kortisol dan epinefrin. Adapun tujuannya untuk mempertahankan glukosa agar dapat dipakai sebagai sumber energi  utama yang krusial untuk otak, jaringan saraf serta sel – sel darah. Namun dalam keaadan puasa (tidak ada asupan kalori dari makanan kedalam tubuh), untuk mempertahankan kadar glukosa normal didarah, tubuh akan melakukan pemecahan glikogen hati menjadi glukosa, sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi dari otak. Setelah itu sumber glukosa darah adalah asam lemak yang dipecah dengan berbagai macam mekanisme. Pada pasien DM, adanya gangguan pada pengeluaran insulin dan glukagon serta resistensi insulin yang menyebabkan beberapa gangguan yaitu hipoglikemia (kadar gula darah menurun), hiperglikemia (kadar gula darah naik tinggi) dan meningkatnya variabilitas glukosa darah. Resistensi insulin yang terjadi dapat menganggu mekanisme hormon kontraregulator dan menyebabkan gangguan tonus simpatis adrenal sehingga meningkatkan resiko hipoglikemia selama berpuasa di bulan Ramadhan.

Resiko yang sering terjadi pada saat penyandang diabetes  berpuasa dibulan Ramadhan adalah resiko glukosa darah turun secara tiba – tiba. Pada keadaan ini, seorang pasien dengan diabetes dapat merasakan gejala gelisah dan berkeringat, gemetar, berdebar-debar, rasa kesemutan pada lidah dan bibir, bingung hingga penurunan kesadaran. Selain itu resiko glukosa darah yang tiba tiba meningkat tinggi juga dapat mengancam seorang diabetisi ketika berpuasa dibulan Ramadhan. Kondisi peningkatan glukosa darah ini akan membuat semakin cepat keadaan komplikasi DM yang terjadi pada pembuluh darah yang besar dan kecil, seperti gangguan di retina, gangguan di saraf, gangguan ereksi pada pria, hingga penyakit jantung coroner dan stroke.

Puasa Ramadhan yang dilakukan hanya sekitar 12 jam tersebut tidaklah terlalu menganggu kesehatan pada orang sehat dan pada penyandang diabetes dengan kadar glukosa darahnya yang terkontrol. Perlu untuk diingat bahwa selama bulan puasa selain terjadinya perubahan jadwal makan, akan juga terjadi perubahan asupan kalori dan lemak yang dikonsumsi. Sehingga para penyandang diabetes, harus memperhatikan petunjuk berikut ini  khususnya pada saat melakukan puasa Ramadhan.

1.      Pada penyandang diabetes tipe I tidak ada halangan untuk berpuasa, hanya saja untuk penyandang diabetes tipe 2, harus memperhatikan perencanaan makan, aktivitas dan pengobatan sebelum berpuasa dibulan Ramadhan.

2.      Pada perencanaan makan jumlah asupan kalori sehari selama bulan puasa dapat diperkirakan sama dengan jumlah asupan kalori sehari – hari yang dianjurkan sebelumnya. Perlu diingat bagi penyandang diabetes, untuk perlu mengatur pembagian porsi makan sebagai berikut: 40% makanan dikonsumsi pada waktu sahur, 50% makanan dikonsumsi pada waktu berbuka dan 10 % malam sebelum tidur.

3.      Makanan yang dimakan harus seimbang, yang terdiri dari 40 -50% karbohidrat dengan kadar indeks glikemik rendah dan tinggi serat, 20 -30% protein dan <35% lemak.

4.      Lakukan aktivitas fisik sehari-hari sewajarnya. Dianjurkan untuk beristirahat sebentar setelah melakukan aktivitas yang cukup berat. Waktu yang terbaik untuk aktivaitas jasmani dapat dilakukan 10 -20 menit sebelum dan setelah berbuka puasa.

5.      Perlu memperlambat frekuensi makan pada saat sahur dan hindari makanan pencuci mulut yang kaya gula

6.      Mengubah jadwal minum obat, obat gula Metofrmin diminum dengan dua dosis (1000 mg/ 2tablet) pada saat berbuka dan satu dosis (500mg/1 tablet) pada waktu sahur. Untuk obat gula glibenklamid, dapat diminum dosis biasa saat berbuka, dan setengah dosis lagi diminum saat sahur. Pada pemberian insulin basal, diberikan saat berbuka dengan dosis dikurangi 15 – 30% sedangkan insulin prandial dapat diberikan dengan dosis tetap pada saat berbuka, dosis tidak diberikan pada saat siang dan kurangi dosis 25-50% saat sahur.

7.      Dalam pengendalian dan pencegahan komplikasi DM, kita harus menghindari kondisi kadar gula darah yang terlalu tinggi (hiperglikemia) atau kadar gula darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) dengan cara melakukan pemantauan gula darah selama bulan puasa.

8.      Asupan cairan saat sahur dan berbuka puasa harus cukup yaitu 8 gelas/ hari. Hindari minum minuman pemanis, juice yang bergula dan minuman mengandung kafein.

9.      Saat berbuka puasa dianjurkan untuk memakan makanan yang segar dan bergizi seperti buuah – buahan dan sayur -sayuran serta diikuti dengan makanan yang lengkap. Hindari makan terlalu berlebihan dan makan harus dikunyah secara bertahap.

Para penyandang diabetes yang ingin berpuasa di Bulan Ramadhan sewajarnya telah harus mendapatkan edukasi dan pemahaman yang baik mengenai pengaturan pola makan yang harus dikonsumsi dan terkait penggunaan obat yang dimakan. Diperlukan adanya konsultasi dengan Dokter Spesalis Penyakit Dalam Bagian Endokrin terkait dengan hal – hal yang harus dipersiapkan sebelum berpuasa dengan tujuan untuk menjaga stabilisasi kondisi penyandang diabetes  pada saat berpuasa di Bulan Ramadhan. Sangat dianjurkan untuk terus melakukan aktivitas fisik yang ringan selama bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah bagi seluruh umat muslim, seyogyanya juga dapat dirasakan oleh semua kalangan, termasuk para penyandang diabetes. Semoga dengan melakaukan persiapan yang baik sebelum melakukan ibadah puasa, diharapkan ibadah puasa yang dilakukan selama Bulan Ramadhan membawa terus kesehatan dan berkah oleh sang pencipta.

 

Referensi:

International Diabetes Federation. Diabetes Atlas 2009. 4th ed. Brussels, International Diabetes Federation, 2009

Salti I, Be´ nard E, Detournay B, BianchiBiscay M, Le Brigand C, Voinet C, Jabbar A, EPIDIAR study group. A population based study of diabetes and its characteristics during the fasting month of Ramadan in 13 countries: results of the epidemiology of diabetes and Ramadan 1422/2001 (EPIDIAR) study. Diabetes Care 2004;27:2306 –2311

Penyakit Tidak Menular Kini Ancam Usia Muda diakses dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia(kemkes.go.id).2020.article/view/20070400003/penyakit-tidak-menular-kini-ancam-usia-muda.html pada 5 Mei 2021

The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) atau MABDA bertajuk The Muslim 500 edisi 2022

Pedoman Diet Diabetes Melitus. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009

Sumber gambar: id.theasianparent.com