Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Tuberculosis. TB masih menjadi permasalahan kesehatan di dunia sampai saat ini dan upaya pengendaliannya menjadi salah satu target di dunia yaitu Suistainable Development Goals (SDGs), yang sebagai salah satu tujuannya di bidang kesehatan yaitu mengakhiri epidemic AIDS dan tuberkulosis (Bappenas, 2017). TB diperkirakan masih menginfeksi 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. Data WHO di kawasan` Asia Tenggara menunjukkan bahwa kematian akibat TB sekitar 2.000 jiwa setiap hari (WHO, 2015).
Menurut Tabrani (2010) strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) merupakan prioritas utama dari World Health Organization (WHO) dalam mengontrol angka kejadian TB. Untuk mendukung strategi DOTS, dibutuhkan kedisiplinan dari penderita TB itu sendiri dalam pengobatannya. Selain itu untuk meningkatkan kepatuhan minum obat pasien TB dibutuhkan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). (Netty, 2013).
Tingkat kepatuhan tinggi pasien pengobatan TB salah satunya dapat dipengaruhi oleh adanya motivasi. Motivasi dalam meningkatkan kesadaran dan keinginan berobat penderita sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan TB. Terkadang walaupun gejala penyakit mulai memberat, tetapi apabila penderitanya tidak merasa begitu sakit, penderita cenderung untuk tidak mencari pengobatan. Faktor lain tingginya tingkat kepatuhan pengobatan dapat disebabkan oleh beberapa faktor pendukung, seperti obat - obatan dan layanan diberikan secara gratis, pusat pelayanan kesehatan yang mudah diakses oleh masyarakat serta adanya keinginan dari dalam diri untuk sembuh. (Putu et al, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2014) untuk menjamin keteraturan pengobatan maka diperlukan adanya Pengawasan Menelan Obat (PMO). PMO adalah seseorang yang ditunjuk dan dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita TB dalam meminum obatnya secara teratur dan tuntas. PMO selalu mengingatkan untuk minum obat, selalu mengingatkan untuk mengambil obat dan mengecek dahak tepat waktu, serta menegur responden apabila lupa minum obat. (Putu et al, 2015).
Beberapa kegagalan pengobatan TB disebabkan ketidakpatuhan yang disebabkan karena sudah merasa sudah sembuh dan malas untuk mengambil obat lagi di layanan kesehatan. Salah satu cara untuk mengurangi kegagalan pengobatan TB yaitu dengan senantiasa memberikan informasi bagi masyarakat terutama penderita TB mengenai penyakit TB tentang penatalaksanaan pengobatan minum obat TB.
Sumber Foto: https://www.suara.com/health/2021/07/27/182216/simak-ini-peran-penting-sekolah-untuk-turunkan-penularan-tbc-pada-anak
Daftar Pustaka:
Bappenas. (2017). Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Kementerian PPN/Bappenas, 12-14
Netty, E. (2013). Hubungan Peran Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. Health Quality, 4(2),8390.www.poltekkesjakarta1.ac.id
Putu, N., Reza, A., Trasia, R. F., Indriyani, K. D., & Aryani, P. (2015). Gambaran Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Bebandem, Karangasem. E-Jurnal Medika Udayana, 3(10). https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/11928/8234
Tabrani, R. (2010). Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media
World Health Organization. (2015). Global Tuberculosis Report