Kamis, 04 Agustus 2022 07:48 WIB

Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Perawat saat Pandemi

Responsive image
796
Yusnia Rahmawati Andina, A.M.K - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Pandemi Covid-19 membuat banyak korban. Bukan hanya masyarakat awam, melainkan juga tenaga kesehatan, khususnya perawat. Berdasar data Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mencatat sudah ada sebanyak 160 perawat yang terkonfirmasi positif selama gelombang ketiga pandemi Covid-19 akibat varian Omicron (Jumat,11/2/2022). Hal itu membuat rumah sakit (RS) mulai kekurangan tenaga perawat. Beban kerja perawat menjadi meningkat dan rawan tertekan secara psikologis. Hal ini menyebabkan tingginya kebutuhan kesehatan mental emosional perawat di RS. Program pemerintah dengan memberikan tunjangan dan penghargaan lain menjadi salah satu suntikan moril dan materiil bagi mereka.

Gangguan mental dapat berbentuk cemas, khawatir berlebihan, takut, mudah tersinggung, sulit konsentrasi, ragu atau merasa rendah diri, kecewa, pemarah, dan agresif. Reaksi fisik dapat berupa jantung berdebar, otot tegang, sakit kepala, gangguan regulasi hormonal, hipertensi, diabetes melitus, asam urat, kolesterol, dan masalah imunologis lainnya.

Perubahan suasana mental emosional merupakan sebuah gangguan yang berdampak pada gangguan fisik dan jarang disadari oleh penderitanya. Perawat saat terganggu mental emosionalnya tidak akan datang ke faskes untuk berobat karena mereka tidak menyadari mengalami gangguan ini. Mereka hanya merasa kurang nyaman, tidak tahu harus bagaimana, harus berbuat apa, mulai dari mana. Perut lapar, tetapi tidak ingin makan. Ngantuk, tetapi tidak bisa tidur. Di keramaian ingin menyepi, di kesepian ingin mencari keramaian, dan sebagainya. Akibatnya, banyak pekerjaan yang tertunda, kualitas kerja terganggu, kualitas hidup terganggu, dan produktivitas terganggu.

Covid-19 adalah virus yang baru diidentifikasi dan bukti masih bermunculan tentang dampak patofisiologis dan epidemiologi serta implikasi demografis dari pandemi. Faktor-faktor perawat mengalami status gangguan mental, stres, kecemasan, gejala depresi, insomnia, penyangkalan, kemarahan, dan ketakutan disebabkan mereka memiliki risiko tinggi potensi terinfeksi virus, perlindungan yang tidak memadai, jam kerja yang panjang, kelelahan fisik dan mental, diskriminasi, isolasi, perawatan pasien yang kompleks, dan kurangnya kontak dengan keluarga semakin menambah rentetan penyebab stres perawat.

Solusi mencegah terjadinya gangguan mental emosional perawat selama pandemi adalah melatih kemampuan adaptasi, bangun pikiran, perasaan, dan kebiasaan hidup positif, dapatkan dukungan sosial, serta perkuat keyakinan spiritual yang akan membantu menemukan makna hidup. Setiap orang harus bertanggung jawab terhadap dirinya masing-masing untuk bersama berjuang melawan pandemi. Biarlah kita terhindar dari masalah gangguan mental emosional dan tetap sehat jiwa. Di sisi lain, ini menjadi koreksi bersama terhadap pembentukan kurikulum pendidikan perawat di masa depan bahwa pengendalian emosional menjadi fundamental dalam teori dan praktik keperawatan.

 

Sumber Foto:

https://www1.chester.ac.uk/sites/default/files/field/image/Mental%20Health%20Nursing%20Day%202.jpg

Referensi:

https://www.jawapos.com/opini/26/08/2020/gangguan-mental-perawat-saat-pandemi/