Selasa, 02 Agustus 2022 08:29 WIB

Diet Ketogenik Pentingnya Mengetahui dan Dapat Menerapkan dengan Baik, Sebuah Tinjauan dari Aspek Endokrinologi

Responsive image
808
Ida Bagus Aditya Nugraha, Wira Gotera - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Penggunaan diet ketogenik pada epilepsi telah diteliti secara luas. Namun efek jangka panjang penggunaan diet ketogenik untuk menurunkan berat badan masih kontroversial. Dikhawatirkan bahwa pola makan tinggi lemak justru dapat menyebabkan obesitas dan beresiko terhadap beragam penyakit, seperti diabetes, kanker, dan penyakit arteri koroner.12,15

Studi review sistematik dan meta analisis oleh Smith et al membandingkan penurunan berat badan antara kelompok individu berusia diatas 18 tahun yang mendapatkan intervensi diet rendah lemak dengan diet rendah karbohidrat selama minimal 3 bulan. Hasil pada studi tersebut menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan signifikan pada kedua kelompok dalam variasi massa tubuh.16

Hasil berbeda didapatkan pada penelitian yang membandingkan penurunan berat badan pada pasien overweight dan obesitas yang dilaksanakan beberapa saat yang lalu. Penurunan berat badan lebih besar ditemukan pada diet ketogenik bila dibandingkan individu yang menjalani diet tinggi karbohidrat dan rendah lemak selama kurang dari 2 tahun.14,17

Kirkpatrick et al menyebutkan bahwa diet ketogenik jangka pendek (< 6 bulan) menyebabkan penurunan berat badan lebih signifikan bila dibandingkan diet lain. Namun demikian, pada periode jangka panjang (> 6 bulan) penurunan berat badan antara diet ketogenik dan diet lainnya tidak berbeda secara signifikan.14

The Diet Intervention Examining The Factors Interacting with Treatment Success (DIETFITS) melakukan penelitian terhadap 609 individu dengan IMT diantara 28 hingga 40 tanpa penyakit diabetes yang menjalani diet rendah lemak dan diet rendah karbohidrat selama 12 bulan. Penurunan berat badan pada bulan ke 12 didapatkan sebesar 5,3 kg pada kelompok diet rendah lemak dan 6 kg pada kelompok diet rendah karbohidrat.18

Diet ketogenik nampaknya memiliki efek yang bervariasi terhadap kolesterol LDL melalui mekanisme yang kompleks. Asupan karbohidrat yang tinggi akan meningkatkan sekresi insulin. Sebaliknya, asupan rendah karbohidrat akan menurunkan kadar insulin, menghambat aktivasi HMG-CoA reduktase dan sintesis kolesterol, dan mengaktifkan HMG-CoA lyase, enzim yang terlibat dalam pemebentukan badan keton. Terdapat efek sekunder pada lipoprotein lipase, reseptor LDL, dan ekspresi PCSK9 yang berpengaruh pada pembersihan VLDL dan LDL, serta proses remodeling lipoprotein.14

Sebuah studi meta-analisis  oleh Bueno, et al mengevaluasi randomnized clinical trial (RCT) individu dengan kelebihan berat badan dan obesitas yang mendapatkan intervensi program VLCKD dan diet rendah lemak jangka panjang (diatas 12 bulan). Individu yang menjalani program VLCKD mencapai penurunan berat badan, peurunan kadar triasilgliserol, dan peningkatan kadar kolesterol HDL lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan individu yang menjalani diet rendah lemak. Studi tersebut juga mendapatkan peningkatan kadar kolesterol LDL yang lebih besar pada kelompok dengan intervensi program VLCKD. Sebagaimana dibahas oleh  Volek  et al, efek VLCKD pada peningkatan kadar kolesterol HDL  dan  hipotriasilgliserolemia kemungkinan disebabkan oleh penurunan lipaemia post prandial.

Sebaliknya, peningkatan kadar kolesterol LDL dikaitkan dengan peningkatan asupan lemak jenuh. Namun, temuan ini membutuhkan penelitian lebih lanjut. Krauss et al melaporkan bahwa asupan tinggi lemak bersama dengan pembatasakan asupan karbohidrat meningkatkan kadar kolesterol LDL yang berukuran lebih besar, yang dikatakan kurang aterogenik bila dibandingkan dengan small dense kolesterol LDL.19 Dashti, et al melakukan sebuah studi pada 83 individu dengan BMI diatas 35 kg/m2 yang menjalani diet ketogenik selama 24 minggu. Seluruh subjek menjalani diet ketogenik yang terdiri dari 20-30 gram karbohidrat per hari berupa sayuran hijau dan salad, dan 90-100 gram protein dari daging, ikan, telur, dan keju. 12 minggu kemudian, ditambahkan 20 gram karbohidrat pada asupan pasien. Berat badan subjek di awal studi adalah 101,3±2,33 kg. Berat badan pada minggu ke 8, 16 dan minggu ke 24 masing- masing adalah 91,10±2,76 kg, 89,39±3,4 kg dan 86,67±3,70 kg. Penurunan signifikan juga ditemukan  pada IMT  subjek  penelitian, yakni  37,77±0,79 kg/m2  pada  awal penelitian, 33,90±0,83 kg/m2 pada minggu ke 8, 33,24 ± 1,00 kg/m2 pada minggu ke 16, dan 32,06 ± 1,13 kg/m2 pada akhir studi.11

Diet ketogenik mempengaruhi asupan energi dan energi ekspenditur. Hal ini disebabkan oleh perubahan kadar hormon katekolamin dan hormon tiroid, namun mekanismenya belum dapat dipahami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi lemak menjadi sumber energi utama pada diet akan menghasilkan pengeluaran energi yang lebih besar. Diet ketogenic memang bukan satu satunya solusi untuk menyelesaikan masalah misal oebsitas, diperlukan ketepatan dan bijak dalam memilih dan menyaring informasi sehingga untuk ke depan masyarakat dapat tetap sehat dan tidak salah dalam menentukan pilihan diet yang tepat. Salam Sehat..Sehat Indonesia..
 

Referensi :

Paoli A. Ketogenic diet for obesity-friend or foe. Int J Environ Res Public Health. 2014;11(2):2092–2107. https://doi.org/10.3390/ijerph110202092.

Diana R, Atmaka DR. Ketogenic diet for weight loss and its implication on health : a literature study. Media Gizi Indonesia (National Nutrition Journal). 2020.15(3): 184–193. https://doi.org/10.204736/mgi.v15i3. 184–193.

Drabinska N, Wiczkowski W, Piskula K. Recent advances in the application of ketogenic diet for obesity management. Trends in Food Science & Technology 110 (2021) 28–38.

Kelly T,Unwin D, Finucane F. Low-carbohydrate diets in the management of obesity and type 2 diabetes: a review from clinicians using the approach in practice. Int. J. Environ. Res. Public Health 2020, 17, 2557; doi:10.3390/ijerph17072557.

Oh, R., & Uppaluri, K.R. Low Carbohydrate Diet. StatPearls Publishing LLC. 2019. Diunduh dari https://www.ncbi.nlm.nih. gov/books/NBK537084/.

Kalra S, et al. The ketogenic diet. US Endocrinology. 2018;14(2):62–4. DOI: https://doi.org/10.17925/USE.2018.14.2.62.

Meira D, et al. Ketogenic diet and epilepsy: What we know so far. Frontiers in Neuroscience, 2019. 13(JAN), 1–8. https://doi.org/10.3389/fnins.2019.00005