Senin, 01 Agustus 2022 11:06 WIB

Masyarakat Awam Bisa Mengetahui Cara Diagnosa Autoimun

Responsive image
7397
Nelywaty Br Tarigan, SKM, MARS - RSUP Fatmawati Jakarta

Normalnya, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan organisme asing, seperti bakteri atau virus. Ketika terserang organisme asing, sistem kekebalan tubuh akan melepas protein yang disebut antibodi untuk melawan dan mencegah terjadinya penyakit. Akan tetapi, pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh melihat sel tubuh yang sehat sebagai organisme asing, sehingga antibodi yang dilepaskan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat tersebut.

Gejala Penyakit Autoimun à kelelahan, pegal otot, ruam kulit, demam ringan, rambut rontok, sulit konsentrasi serta kesemutan di tangan dan kaki. Gejala penyakit autoimun dapat mengalami flare, yaitu timbulnya gejala secara tiba-tiba dengan derajat yang berat. Flare biasanya terjadi karena dipicu oleh suatu hal, misalnya paparan sinar matahari atau stres.

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika anda termasuk yang berisiko menderita penyakit autoimun dan mengalami gejala awal yang telah disebutkan di atas. Segera ke dokter jika gejala tersebut tak kunjung membaik, semakin memburuk, atau jika mengalami gejala yang spesifik.

Untuk mendiagnosis penyakit autoimun, dokter akan melakukan tanya jawab seputar gejala dan keluhan yang dialami pasien, riwayat kesehatan pasien, serta riwayat penyakit di dalam keluarga pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara me-nyeluruh. Tidak mudah bagi dokter untuk mendiagnosis penyakit autoimun. Meski setiap penyakit autoimun memiliki ciri khas, tetapi gejala yang muncul bisa sama. Oleh karena itu, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut ini untuk memastikan diagnosis:

1). Tes ANA (antinuclear antibody à untuk mengetahui aktivitas antibodi yang menyerang tubuh

2). Tes autoantibodi à untuk mendeteksi karakteristik antibodi dalam tubuh

3). Tes darah lengkap à untuk menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih

4). Tes C-Reactive protein à untuk mendeteksi peradangan dalam tubuh

5). Tes sedimentasi eritrosit à untuk mengetahui tingkat keparahan peradangan yang terjadi di dalam tubuh.

 

( Sumber : https://www.alodokter.com/penyakit-autoimun )

 

Laporan : Promosi Kesehatan – RSUP Fatmawati