Senin, 01 Agustus 2022 09:21 WIB

Tuberkulosis (TB) Akibat Kerja

Responsive image
2916
dr. Nia Widyanti Nasrul, Sp.Ok - RSUP Fatmawati Jakarta

Berdasarkan survei pemerintah database Amerika Serikat, perawat kesehatan dengan masa kerja 24 bulan berpeluang tertular TB sebanyak 2,6 persen dari kasus nasional. Selama tahun 1994-1998, enam negaramemiliki 57 persen kasus TB di antara petugas kesehatan.

Potensi paparan TB pada tempat layanan kesehatan dan fasilitas lainnya bervariasi di masyarakat. Secara umum, tempat pelayanan kesehatan memiliki risiko tinggi dan penyakit ini lebih banyak pada tenaga kesehatan  karena penularan dan kontak dengan orang berpenyakit TB.

TB merupakan penyakit yang menjadi ancaman terutama ketika penyakit ini tak terduga dan tidak terdiagnosis dan ketika langkah-langkah pengendalian infeksi diabaikan. Selain itu bagi tenaga kesehatan, sebagai pekerja yang langsung menangani penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup besar terutama di Indonesia.

Occupationally acquired disease atau penyakit akibat kerja adalah penyakit yang didapat selama seseorang bekerja. Penularan TB di tempat kerja tertuju kepada petugas bekerja menangani langsung  pasien TB. Risiko TB yang didapatkan di tempat kerja adalah kemungkinan tertular  infeksi TB sebagai akibat dari paparan di tempat kerja terutama di fasilitas kesehatan.

 

Penelusuran sumber penularan berasal dari penyelidikan kemungkinan tuberkulosis akibat kerja atau diagnosis okupasi. Diagnosis okupasi memiliki 7 langkah tahapan untuk dapat memastikan TB yang disebabkan oleh pekerjaan. Proses diagnosis akibat kerja yaitu penentuan diagnosis klinis utama, identifikasi pajanan, penentuan hubungan antara pajanan dengan penyakit, besarnya pajanan, adanya faktor individu, adanya faktor lain diluar pekerjaan utama,dan diagnosis okupasi.

 

TB merupakan salah satu dari diagnosis okupasi yang spesifik dan dapat terjadi di berbagai fasilitas kesehatan. Sehingga dalam mendiagnosis TB akibat kerja dapat dilakukan oleh dokter umum.

 

Pengobatan TB akibat kerja pada umumnya tidak jauh berbeda dengan pengobatan TB bukan akibat kerja. Hanya saja perlu diperhatikan tindakan-tindakan pencegahan di lingkungan kerja menggunakan hierachy of control yaitu eliminasi, substitusi, sdministrative control, engineering control dan PPE.

 

Referensi :

[1] Mathew.A, David.T, Thomas.K, Kuruvilla PJ, Balaji.V, Jesudason MV, Samuel.P. 2012. Risk factors for tuberculosis among health care workers in South India: a nested case control study. Christian Medical College Hospital, Ida Scudder Road, Vellore 632004, Tamil Nadu, India

[2] Field,MJ, 1501. Tuberculosis in the workplace. Division of Health Promotion and disease Prevention, Washington DC.

 

 

Laporan : Promosi Kesehatan – RSUP Fatmawati