Senin, 01 Agustus 2022 08:45 WIB

MENGENAL BCG-ITIS: REAKSI ABNORMAL PASCA-IMUNISASI BCG

Responsive image
4242
Prof. Dr. Heda Melinda N Nataprawira, dr. Sp.A(K), - RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang masih menjadi masalah
kesehatan utama di dunia dan TBC dapat dicegah dengan imunisasi Bacillus Calmette
and Guerin (BCG). World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian
vaksin BCG pada bayi baru lahir terutama di negara dengan angka kejadian TBC tinggi
seperti Indonesia. Vaksin BCG merupakan jenis vaksin bakteri hidup yang telah
dilemahkan (live attenuated vaccine) dan komplikasi berupa infeksi oleh basil vaksin
dapat saja terjadi.
Imunisasi BCG akan memicu sistem kekebalan tubuh agar tubuh bayi
terlindung dari TBC berat antara lain TBC radang selaput otak. Secara umum, BCG
dianggap sebagai vaksin yang aman dengan efek samping yang rendah. Hampir
semua vaksin-vaksin yang ada tidak terlepas dari efek samping termasuk vaksin
BCG.
Artikel ini berfokus pada salah satu reaksi abnormal yang jarang terjadi pada
penyuntikan vaksin BCG yang dikenal dengan BCG-itis.

Bagaimana reaksi normal setelah bayi diberikan vaksin BCG?
? Imunisasi BCG dilakukan dengan penyuntikan vaksin BCG di bawah kulit.
Kesepakatan di Indonesia adalah bahwa penyuntikan dilakukan di daerah lengan
atas sebelah kanan.

Gambar 1 Reaksi Normal pada Lokasi Pasca-
imunisasi BCG

? Reaksi normal umumnya akan menimbulkan kemerahan yang muncul 2–3 minggu
pasca-imunisasi, kemudian terbentuk bisul atau luka bernanah (nodul) berukuran
5-15 mm pada kulit yang muncul 3–4 minggu pasca-imunisasi. Bisul tersebut
kemudian akan pecah dan membentuk ulkus atau borok kecil dan mengering
membentuk keropeng/krusta. Krusta kemudian dapat muncul di bagian tengah

ulkus yang umumnya tampak pada minggu ke–13. Ulkus dapat meninggalkan
parut kecil yang datar berukuran 3-7 mm. Parut BCG dapat hilang seiring
berjalannya waktu atau bisa menetap. Kemunculan pembesaran kelenjar getah
bening regional kurang dari 15 mm, tanpa kemerahan/eritema dan vesikel juga
dianggap normal.
? Reaksi lokal lain adalah pembesaran kelenjar getah bening pada sisi yang sama
dengan lokasi penyuntikan, paling sering di daerah ketiak tetapi dapat juga di
kelenjar getah bening lain. Pembesaran kelenjar getah bening regional yang
berukuran kurang dari 15 mm dan tidak menunjukkan kemerahan atau timbul
borok merupakan hal yang normal. Reaksi ini dapat terjadi meskipun imunisasi
dilakukan secara benar. Kejadian reaksi lokal tidak memerlukan pengobatan.

Bagaimana reaksi abnormal setelah penyuntikan vaksin BCG?

Apa itu BCG-it is?
BCG-itis harus dibedakan dengan reaksi normal yaitu yang ditunjukkan adanya
gambaran bentuk yang berbeda. BCG-itis merupakan komplikasi spesifik dari
penyuntikan vaksin BCG yang harus dibedakan dari reaksi non-spesifik yang umum
untuk beberapa jenis vaksin, seperti bekas luka keloid.
BCG-itis juga harus dibedakan dari abses bernanah lokal dengan radang kelenjar
getah bening, yang waktu awal kejadian penyakit lebih singkat dan perjalanan
penyakitnya dapat diatasi dengan pemberian antibiotik. Pada populasi normal, bakteri
yang dilemahkan dapat dikendalikan oleh sistem kekebalan dalam tubuh, namun pada
anak dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, maka komplikasi BCG-itis dapat
terjadi.

Apakah yang merupakan faktor risiko terjadinya BCG-itis pada bayi?
Komplikasi BCG-itis biasanya terjadi pada anak dengan gangguan sistem kekebalan
tubuh. Anak dengan infeksi HIV memiliki risiko lebih tinggi mengalami BCG-itis.
Selain itu, strain (galur) yang digunakan dalam vaksin BCG yang diproduksi juga
berpengaruh dalam perkembangan BCG-itis. Kesalahan teknis dalam penyuntikan
vaksin seperti dosis vaksin yang berlebihan, konsentrasi vaksin yang terlalu kental
juga dapat meningkatkan risiko BCG-itis.

Apa saja gejala BCG-itis?
Secara umum, BCG-itis dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi yang
berhubungan dengan lokasi penyuntikan yaitu lokal, regional, remote, dan diseminata.
1. BCG-itis lokal merupakan kondisi dimana infeksi terjadi di lokasi penyuntikan.
Kondisi ini ditandai dengan adanya nanah pada lokasi injeksi yang muncul rata-
rata 2,4 bulan setelah imunisasi dan ulkus yang menetap selama >4 bulan atau
ukuran indurasi >10 mm.
2. BCG-itis regional merupakan peradangan kelenjar getah bening pada sisi yang
sama dengan lokasi penyuntikan vaksin BCG yang dapat terjadi di kelenjar ketiak,
bahu, leher, dan lengan bagian atas yang terjadi dalam 3-28 minggu setelah
imunisasi.
3. BCG-itis remote merupakan kondisi BCG-itis yang ditemukan selain di lokal atau
regional. Pada kondisi ini, BCG-itis dapat mengenai lebih dari satu lokasi
diantaranya paru-paru, cairan serebrospinal (sumsum tulang), urin, bahkan hingga
tulang. Lesi biasanya tunggal dan tidak khas. Kondisi ini muncul rata-rata dalam 1
tahun pasca-imunisasi.
4. BCG-itis diseminata atau dikenal juga dengan istilah BCG-osis merupakan infeksi
yang melibatkan beberapa sistem organ. Umumnya bakteri ditemukan pada 2
lokasi tubuh dalam sistem organ yang berbeda yang jauh dari lokasi penyuntikan
atau setidaknya ditemukan di darah atau sumsum tulang.
BCG-itis diseminata ditandai dengan gejala umum seperti demam, penurunan berat
badan, pucat, pembesaran kelenjar getah bening serta pembesaran organ seperti
hati dan limpa. Kondisi ini dapat terjadi dalam waktu <1 tahun pasca-imunisasi dan
terjadi pada bayi dengan gangguan kekebalan tubuh atau imunokompromais.

Simpulan
BCG merupakan vaksin yang paling banyak diberikan di seluruh dunia dan telah
memberikan manfaat besar di seluruh dunia, terutama untuk mencegah penyakit TBC
berat antara lain TBC pada selaput otak. Walaupun kejadian efek samping imunisasi
BCG sangat rendah, tetapi penting untuk diketahui. BCG-itis merupakan salah satu
efek samping pemberian imunisasi BCG yang dapat dengan mudah disalahartikan
sebagai infeksi lain yang biasanya diobati dengan antibiotik. Oleh karena itu, penting
untuk mengetahui bagaimana mengenalinya sehingga pengobatan yang tepat dapat

dimulai. Penjelasan kepada orang tua sebelum pemberian vaksin terkait reaksi yang
akan tampak/terjadi setelah penyuntikan vaksin, BCG-itis dan prosedur imunisasi
yang baik dan aman penting untuk dilakukan sebagai bentuk pencegahan komplikasi
pasca-imunisasi BCG seperti BCG-itis.

Daftar Pustaka
1. Kourime M, Akpalu ENK, H. Ouair, Jeddane L, Benhsaien I, Ailal F, et al.
BCGitis / BCGosis in children: Diagnosis, classification and exploration. Arch
Pediatr. 2016; 23(7): 754–9.
2. Bielecka T, Augustynowicz-Kope? E, Gonerko P, Gruszczy?ski P,
Korzeniewska-Kose?a M, Krasi?ska M, et al. Recommendations for the
management of tuberculosis in children — KOMPASS TB. Part 1:
Tuberculosis prevention. Adv Respir Med. 2018;86(3):149–57.
3. Castresana G, Arango CA. Bcg vaccine-related lymphadenitis and bcg-itis.
Consultant. 2020;60(5):E8.
4. Hassanzad M, Valinejadi A, Darougar S, Hashemitari SK, Velayati AA.
Disseminated bacille calmette-guérin infection at a glance: A mini review of
the literature. Adv Respir Med. 2019;87(4):239–42.
5. Khalili N, Mohammadzadeh I, Khalili N, Heredia RJ, Zoghi S, Boztug K, et al.
BCGitis as the primary manifestation of chronic granulomatous disease.
IDCases. 2021;23:23–6.
6. Ong RYL, Chan SWB, Chew SJ, Liew WK, Thoon KC, Chong CY, et al.
Disseminated Bacillus-Calmette-Guérin infections and primary
immunodeficiency disorders in Singapore: a single center 15-year retrospective
review. Int J Infect Dis. 2020;97:117–25.