Minggu, 31 Juli 2022 22:09 WIB

Hydroneprosis

Responsive image
7686
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Hidronefrosis adalah  pembengkakan  ginjal yang disebabkan oleh menumpuknya cairan di dalam sel dan jaringan ginjal itu sendiri. Hal ini bisa terjadi karena penyakit atau kondisi medis tertentu. Jadi hidronefrosis bukanlah penyakit yang berdiri sendiri, melainkan dampak dari suatu penyakit. Secara normal, ginjal akan menyaring produk hasil sisa metabolisme dari darah dan mengeluarkannya lewat urine. Urine dari pelvis ginjal akan mengalir menuju kaliks ginjal. Kemudian akan dialirkan ke ureter (saluran yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih).

Dari kandung kemih, urine akan dikosongkan melalui uretra. Ketika terjadi obstruksi atau sumbatan maka urine akan terbendung dan akan menyebabkan ginjal tenggelam dan terjadilah hidronefrosis. Kondisi ini dapat dialami oleh semua orang dari segala kelompok usia, bahkan pada janin (hidronefrosis antenatal). Jika terdeteksi dan ditangani dengan cepat, hidronefrosis jarang menyebabkan komplikasi jangka panjang. Sebaliknya, jika dibiarkan begitu saja, kondisi ini berisiko menyebabkan infeksi dan jaringan parut di ginjal yang dapat mengarah ke gagal ginjal. 

Penanganan hidronefrosis bertujuan untuk mengatasi kondisi medis yang menyebabkan aliran urine terhambat. Metode penanganannya bisa dengan pemberian obat atau prosedur operasi.

Penyebab Hidronefrosis
Ginjal memiliki sejumlah fungsi penting, antara lain untuk menyaring kelebihan air, garam, serta limbah sisa metabolisme. Sisa penyaringan tersebut lalu dikeluarkan melalui urine. Jika terjadi penyumbatan atau gangguan di saluran kemih (ureter), urine yang seharusnya dikeluarkan
menjadi menumpuk di dalam ginjal. Kondisi ini dapat menyebabkan ginjal bengkak atau hidronefrosis.
Umumnya, hidronefrosis merupakan akibat dari penyakit atau kondisi medis lain yang diderita pasien. Beberapa penyakit atau kondisi tersebut adalah :
? Batu ginjal yang keluar dari ginjal dan menyumbat ureter.

? Kanker atau tumor di sekitar saluran kemih, kandung kemih, panggul, atau perut.
? Gumpalan darah yang terbentuk di ginjal atau ureter.
? Jaringan parut yang muncul akibat infeksi, operasi, atau radioterapi, sehingga menyebabkan penyempitan pada ureter.
? Vesicoureteral Reflux (VUR), yaitu kondisi ketika urine dari kandung kemih kembali ke ginjal, bisa akibat kelainan bawaan lahir,  pembesaran prostat , atau penyempitan lubang saluran kemih (uretra).
? Prolaps uteri  atau turun peranakan.
? Gangguan pada saraf atau otot kandung kemih.
? Retensi urine
? Kehamilan

Sementara itu, penyebab hidronefrosis pada bayi baru lahir umumnya ditemukan pada pemeriksaan USG prenatal, antara lain :
? Kelainan bawaan lahir seperti ureter bercabang (ureter ektopik), spina bifida, atau kelainan katup uretra (posterior urethral valves).
? Penyumbatan (obstruksi) yang menghalangi urine mengalir keluar dari ginjal.
? Uretocele yaitu pembentukan kantung di ureter yang bisa menyumbat ureter.
? Gangguan di otot kandung kemih yang menyebabkan urine mengalir kembali ke ginjal.

Gejala Hidronefrosis
Pada beberapa kasus, hidronefrosis dapat tidak menimbulkan gejala sama sekali. Sedangkan pada hidronefrosis yang bergejala, keluhan yang timbul tergantung pada penyebabnya, antara lain :
? Nyeri di punggung dan panggul, yang dapat menjalar ke perut bagian bawah atau selangkangan.
? Mual dan muntah.
? Nyeri saat buang air kecil (disuria).
? Hematuria
? Kelelahan atau  malaise .
? Jarang buang air kecil.
? Tidak bisa mengosongkan kandung kemih sepenuhnya.
? Gejala infeksi saluran kemih, yaitu urine berwarna gelap, aliran urine lemah, menggigil, demam, atau rasa terbakar saat mengeluarkan urine.
Hidronefrosis pada bayi baru lahir biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi bisa juga mengakibatkan pembesaran perut atau gejala infeksi saluran kemih, seperti demam, rewel, dan tidak mau menyusu. 

Pemeriksaan Hidronefrosis
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan meraba, menekan, dan mengetuk bagian belakang pinggang pasien secara perlahan. Pada pasien pria, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan colok dubur untuk mendeteksi pembesaran pada kelenjar prostat. Sementara pada pasien wanita, diperlukan pemeriksaan panggul untuk mendeteksi gangguan pada rahim atau ovarium. Selanjutnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis, seperti :
? Tes darah, untuk mendeteksi infeksi melalui hitung darah lengkap, termasuk  tes fungsi ginjal .
? Tes urine , untuk melihat adanya darah, batu kristal, atau infeksi bakteri di dalam urine.
? Urografi intravena, untuk melihat kondisi saluran urine melalui foto Rontgen dan bantuan zat kontras.
? Pemindaian dengan USG atau  CT scan , untuk melihat gambaran ginjal secara lebih terperinci.

 

Referensi :
Ica Justitia, dkk. 2017. Hidroneprosis Berat yang Diakibatkan oleh Duplikasi Ureter Tipe Lengkap dengan Stenosis Uretrovesikal. Jurnal Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Mataram NTB.

Purnomo, B.B. 2013. Dasar-dasar Urologi. Sagung Seto Jakarta.

Kogan, B. A. Smith’s General Urol Patel, K., & Batura, D. 2020. An Overview of Hydronephrosis in Adults. British Journal of Hospital Medicine, 81(1), pp. 1-8.

Chiodini, B., et al. 2019. Clinical Outcome of Children with Antenatally Diagnosed Hydronephrosis. Frontiers in Pediatrics, 7, pp. 103.

National Institute of Health. 2021. Medline. Hydronephrosis of One Kidney.

National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. 2019. Urologic Diseases. Hydronephrosis in Newborns.

Boston Children’s Hospital. 2021. Conditions and Treatment. Hydronephrosis.

Brennan, D. WebMD. 2021. What to Know About Hydronephrosis.

Buttaccio, J. Verywell Health. 2020. An Overview of Hydronephrosis.

Wedro, B. MedicineNet. 2020. Hydronephrosis - Causes, Symptoms, and Treatment.