Minggu, 31 Juli 2022 11:32 WIB

Intip Apa itu Pemeriksaan BMP?

Responsive image
32641
Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Pemeriksaan Bone Marrow Puncie atau BMP atau Aspirasi Sumsum Tulang dilakukan untuk memastikan dan mendiagnosis penyakit kelainan darah dengan akurat. Aspirasi sumsum tulang dilakukan dengan mengambil sampel isi sumsum tulang. Aspirasi sumsum tulang adalah prosedur untuk memeriksa kondisi isi sumsum tulang. Prosedur ini dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai penyakit kelainan darah, seperti leukemia, memantau perkembangan penyakit, serta memantau efektivitas pengobatan. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan untuk melihat perkembangan dari pengobatan yang sedang dijalani para pengidap kelainan darah. 

Tindakan sumsum tulang yang merupakan gabungan dari aspirasi dan biopsi sumsum tulang ini merupakan tindakan yang sering dilakukan pada pasien dengan gangguan hematologi. Sumsum tulang Anda memiliki bagian yang cair dan bagian yang lebih padat. Dalam prosedur aspirasi sumsum tulang, dokter akan menggunakan jarum khusus untuk mengambil sampel dari bagian yang cair. Sementara itu, pengambilan bagian yang padat melalui prosedur biopsi sumsum tulang. Pemeriksaan BMP digunakan untuk menentukan diagnosis, derajat, maupun monitor terapi pada gangguan limfoproliferatif (leukemia limfositik kronik, leukemia akut, limfoma Hodgkin, limfoma non Hodgkin), mieloproliferatif (sindrom mielodisplasia, multiple myeloma), sitopenia, trombositosis, leukositosis, dan anemia. 

Selain itu itu, juga perlu pemeriksaan untuk mengetahui berbagi hal, antara lain:

  • menentukan kecukupan kadar zat besi,
  • mencari penyebab demam yang sering kambuh,
  • mendiagnosis penyakit yang berkaitan dengan sel darah dan sumsum tulang,
  • menentukan stadium perkembangan penyakit, serta
  • memantau pengobatan dari suatu penyakit.

Sumsum tulang adalah jaringan lunak yang berada di dalam tulang besar, seperti tulang panggul atau tulang belakang. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan untuk melihat perkembangan dari pengobatan yang sedang dijalani para pengidap kelainan darah. Sumsum tulang terdapat di dalam tulang-tulang berukuran besar di tubuh, seperti tulang dada, tulang pinggul dan tulang rusuk. 

Pemeriksaan ini dilakukan pada anak usia diatas 2 tahun, dilakukan disekitar tonjolan tulang yang letaknya beberapa centimeter dari tulang ekor. Agar anak tidak merasa sakit selama prosedur berlangsung, dokter akan mengawalinya dengan memberikan bius local dengan suntikan.

Teknik bone marrow aspiration atau aspirasi sumsum tulang memerlukan persiapan pasien termasuk informed consent dan memastikan pasien pada posisi yang nyaman. Teknik yang paling umum dilakukan adalah aspirasi sumsum tulang pada tulang iliaka. Metode biopsi sumsum tulang yang umum digunakan adalah metode biopsi trephine menggunakan jarum Jamshidi yang diameter ukuran 2–4 mm. Tempat pengambilan sumsum tulang di tonjol tulang usus belakang (krista iliaka posterior)
atau depan (anterior) dengan kedalaman 2 cm. Persiapan contoh sumsum tulang dilakukan dengan cara membuat preparat sentuhan (imprint) maupun dengan potongan histologis. Preparat imprint dapat segera dinilai melalui pengecatan Romanowsky maupun sitokimia. Pemotongan histologis umumnya dilakukan dengan perlekatan menggunakan parafin yang kemudian dicat dengan haematoxylin dan eosin, perak, sertatrikrom.

Dokter biasanya akan menginstruksikan prosedur BMP apabila dalam pemeriksaan darah lengkap yang sebelumnya telah dilakukan, jumlah sel darah merah, sel darah putih, ataupun trombosit Anda berada di bawah atau di atas batas normal. Prosedur BMP ini merupakan pemeriksaan yang lebih spesifik untuk mengetahui penyebab dari kelainan jumlah sel darah tersebut.

Saat pemeriksaan BMP dilakukan, petugas medis akan mengambil sampel cairan dari jaringan lunak di dalam tulang. Selanjutnya, sampel tersebut akan diamati di laboratorium. BMP adalah tes penting terutama ketika menjalani perawatan kanker, agar dapat mencegah kanker menyebar ke tulang.

 

Referensi:
Ariosta, Budiwiyono, I., & Wulanjani, H. A. (2016). Perbedaan respon nyeri pada pasien yang dilakukan punksi sumsum ulang dengan premedikasi midazolam dan tanpa premedikasi. Medika Muda, 1(3). 

Indonesian Association of Clinical Pathologists. (2011). Patogenesis dan pemeriksaan laboraorium mielofibrosis primer. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 17(2). Retrieved from http://journal.unair.ac.id/download- fullpapers-IJCPML-12-3-08.pdf

DOC, PROMKES, RSMH