Minggu, 31 Juli 2022 10:18 WIB

Agranulositosis

Responsive image
2954
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Agranulositosis  merupakan kondisi di mana sumsum tulang tidak memproduksi sel darah putih jenis tertentu, sering kali neutrofil, dalam jumlah yang cukup. Neutrofil merupakan jenis sel darah putih yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melawan infeksi, dan merupakan proporsi terbesar dari sel darah putih di dalam tubuh.

Neutrofil merupakan bagian yang penting dari sistem daya tahan tubuh. Umumnya, sel tersebut merupakan sel daya tahan tubuh pertama yang tiba pada lokasi terjadinya infeksi. Sel tersebut juga melawan dan merusak hal yang dapat membahayakan tubuh, seperti bakteri.

Pada agranulositosis, neutrofil dengan jumlah yang rendah dapat berarti bahwa infeksi yang minor dapat berkembang menjadi infeksi yang serius. Mikroba atau kuman yang biasanya tidak berbahaya dapat secara tiba-tiba menghindari sistem perlindungan tubuh untuk menyerang tubuh. Agranulositosis tergolong kondisi yang jarang terjadi.

Gejala Agranulositosis
Agranulositosis terkadang dapat tidak menunjukkan tanda dan gejala pada saat tidak terjadi infeksi. Tanda dan gejala awal dari agranulositosis dapat mencakup :

  • Demam yang timbul tiba-tiba
  • Menggigil
  • Nyeri tenggorokan
  • Kelelahan
  • Nyeri sendi dan otot
  • Nyeri pada rongga mulut dan gusi
  • Sariawan
  • Gusi berdarah

Tanda dan gejala lainnya dari agranulositosis dapat mencakup :
? Denyut jantung yang meningkat.
? Frekuensi pernapasan yang cepat.
? Tekanan darah yang menurun.
? Abses pada kulit.

Penyebab Agranulositosis

Agranulositosis bisa terjadi akibat cacat lahir (kongenital) atau didapat akibat penyakit, obat, dan prosedur medis. Agranulositosis kongenital disebabkan oleh kelainan genetik langka, yaitu sindrom Kostmann. Kelainan ini diturunkan kepada anak-anak dari orang tua.

Penyebab agranulositosis yang didapat meliputi :

  • Kondisi autoimun, seperti lupus dan rheumatoid arthritis.
  • Penyakit yang menyerang sumsum tulang, seperti anemia aplastik, leukemia, dan sindrom mielodisplasia.
  • Hepatitis
  • HIV
  • Tindakan kemoterapi dan transplantasi sumsum tulang.
  • Paparan senyawa kimiawi, seperti arsenik atau merkuri.
  • Penyakit infeksi, seperti : malaria, tuberkulosis, dan rocky mountain spotted fever.
  • Kekurangan vitamin B12 dan asam folat.
  • Obat-obatan, seperti obat antipsikotik, obat malaria (misalnya pil kina), OAINS, dan obat hipertiroid.

Faktor Risiko Agranulositosis
Wanita lebih sering terkena agranulositosis daripada pria. Itu bisa terjadi pada semua umur. Namun, bentuk-bentuk yang diwariskan dari kondisi ini lebih sering ditemukan pada anak-anak, yang biasanya meninggal jauh dari kondisi ini sebelum mencapai usia dewasa. Agranulositosis yang didapat paling sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua.

Pemeriksaan Agranulositosis
Dokter akan memeriksa riwayat kesehatan pengidap dan melakukan pemeriksaan fisik. Apabila dicurigai agranulositosis, ada beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan, seperti :

  1. Pemeriksaan sel darah lengkap. Hal ini dilakukan untuk memastikan jumlah sel darah dalam tubuh, termasuk sel darah putih.
  2. Hitung neutrofil absolut juga dilakukan untuk melengkapi pemeriksaan sel darah lengkap. 

Hasil tes darah digunakan untuk memastikan tindakan diagnosis berikutnya. Pemeriksaan lainnya bertujuan untuk mengetahui penyebab dari agranulositosis seperti pemeriksaan aspirasi sumsum tulang dan biopsi sumsum tulang, yaitu diambil sampel darah dan jaringan dari tulang daerah panggul. Sumsum tulang merupakan salah satu tempat diproduksinya sel darah. Apabila dicurigai terdapat penyakit genetik, dokter akan meminta melakukan pemeriksaan genetik.

Penanganan Agranulositosis
Pengobatan terhadap agranulositosis akan disesuaikan dengan penyebabnya. Beberapa pilihan pengobatan yang dapat diberikan oleh dokter untuk mengatasi agranulositosis adalah :

  • Pemberian Antibiotik. Antibiotik yang akan diresepkan oleh dokter tergantung pada tingkat keparahan infeksi. Pada penderita agranulositosis dengan jumlah neutrofil yang sangat rendah, antibiotik bisa diberikan sebelum terjadinya infeksi guna menurunkan risiko terjadinya infeksi yang berat.
  • Suntik Granulocyte Colony-Stimulating Factor (G-CSF). G-CSF diberikan melalui suntikan di bawah kulit pasien. Hal ini dilakukan untuk merangsang sumsum tulang agar menghasilkan lebih banyak granulosit.
  • Pemberian Imunosupresan. Jika agranulositosis disebabkan oleh penyakit autoimun, dokter akan memberikan obat yang dapat menekan respon kekebalan tubuh yang berlebihan.
  • Transplantasi Sumsum Tulang. Jika tidak bisa ditangani dengan obat-obatan, dokter akan melakukan  transplantasi sumsum tulang . Prosedur ini umumnya dilakukan pada pasien yang berusia di bawah 40 tahun dengan fungsi organ tubuh yang baik.

 

Referensi :
Marina Kurniawati, dkk. 2012. Evaluasi Penggunaan Metamizol yang Diduga Menyebabkan Agranulositosis di Pelayanan Kesehatan Kabupaten Cilacap. Jurnal Manajemen Pelayanan Farmasi Jurusan Farmasi Univeritas Gajah Mada Yogyakarta. 

Genchanok, Y., et al. 2019. Agranulocytosis from Outpatient Antimicrobial Treatment with Ceftriaxone: a Case Report. The Permanente Journal, 23.

Fonzo, H. D., et al. 2018. Agranulocytosis Induced by Vancomycin. Case Report and Literature Review. American Journal of Case Reports, 19.

National Health Service U.K. 2017. Health A-Z. Low White Blood Cell Count.  

National Institute of Health. 2018. U.S. National Library of Medicine. MedlinePlus. Agranulocytosis. 

Cleveland Clinic. 2017. Agranulocytosis.

Medicine Net. 2018. Medical Definition of Agranulocytosis.Cleveland Clinic.

Medical News Today. Types, Causes, and Symptoms of Agranulocytosis.