Minggu, 31 Juli 2022 10:11 WIB

Mengenal Uretritis

Responsive image
15969
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Uretritis adalah peradangan pada uretra, yaitu saluran atau selang yang membawa urine dari kandung kemih keluar dari tubuh. Kondisi ini biasanya ditandai oleh pembengkakan serta iritasi. Radang uretra dapat terjadi pada seluruh kalangan usia, baik pria maupun wanita. Namun wanita memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita uretritis, dibandingkan pria. Pasalnya, saluran uretra
pada wanita lebih pendek, dibandingkan pada pria. Akibatnya, bakteri lebih mudah masuk ke dalam uretra. Berdasarkan penelitian, uretritis sering ditemukan pada orang dengan rentang usia 20-35 tahun. 

Peradangan pada uretra menyebabkan nyeri atau rasa seperti terbakar saat buang air kecil. Uretritis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus yang dapat menular melalui hubungan seksual. Namun, uretritis juga dapat disebabkan oleh penyebab non-infeksi.

Penyebab Uretritis
Uretritis atau infeksi uretra terjadi ketika bakteri masuk ke dalam saluran kemih dari kulit di sekitar lubang uretra atau lubang kencing. Berdasarkan penyebab peradangan, uretritis terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :

  • Uretritis gonore, yaitu jenis uretritis yang disebabkan oleh bakteri penyebab  gonore (Neisseria gonorrhoeae).
  • Uretritis non-gonore, yaitu jenis uretritis yang disebabkan oleh bakteri lain, seperti : Chlamydia , Mycoplasma genitalium, dan Ureaplasma urealyticum. 

Uretritis juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti :

  • Virus, antara lain herpes simplex (HSV-1 dan HSV-2),  human papillomavirus , dan cytomegalovirus.
  • Trikomonas, yaitu sejenis parasit penyebab  trikomoniasis .
  • Cedera yang menyebabkan gangguan pada uretra.
  • Iritasi akibat pemakaian  spermisida .

Selain kondisi di atas, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena uretritis, yaitu :

  • Berjenis kelamin wanita.
  • Melakukan hubungan seks tidak aman, misalnya dengan berganti pasangan atau tidak memakai kondom.
  • Memiliki riwayat  infeksi menular seksual .

Gejala Uretritis
Gejala utama uretritis adalah nyeri saat buang air kecil. Pada pria, gejalanya meliputi :

  • Hematuria
  • Penis mengeluarkan cairan kental berwarna kuning kehijauan.
  • Rasa panas dan terbakar ketika buang air kecil.
  • Penis terasa gatal, membengkak, dan nyeri ketika disentuh.
  • Kelenjar getah bening di area selangkangan membengkak.
  • Nyeri ketika melakukan hubungan seksual atau ejakulasi.

Sementara itu, gejala uretritis pada wanita meliputi :

  • Sakit perut
  • Nyeri panggul
  • Demam dan menggigil.
  • Rasa terbakar dan tidak nyaman ketika buang air kecil.
  • Dispareunia
  • Keluar cairan dari vagina (keputihan).
     

Pemeriksaan Uretritis
Pada pria, pemeriksaan fisik dilakukan di bagian perut, kandung kemih, penis, dan skrotum. Sedangkan pada wanita, dokter akan memeriksa area vagina, perut, dan panggul.
Untuk lebih memastikan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa tes penunjang, yaitu :

  • Tes darah, meliputi  hitung darah lengkap  dan tes protein C-reaktif, untuk mendeteksi organisme penyebab infeksi menular seksual dalam darah.
  • Tes urine (urinalisis) dan kultur urine, untuk mendeteksi keberadaan bakteri Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis.
  • Tes usap (swab) rektal atau vaginal, untuk mendeteksi virus atau bakteri penyebab uretritis di area dubur atau vagina.
  • Tes kehamilan pada pasien wanita.
  • USG panggul , untuk memeriksa kondisi saluran kemih dan organ reproduksi.

Penanganan Uretritis
Pengobatan uretritis atau infeksi uretra bertujuan untuk menghilangkan bakteri penyebab infeksi, meredakan gejala yang dialami, dan mencegah penyebaran infeksi.
? Obat. Metode utama untuk mengobati uretritis adalah dengan pemberian antibiotic atau antivirus. Jika bakteri penyebab uretritis sulit diidentifikasi, dokter akan memberikan satu atau beberapa jenis antibiotik untuk mengatasi infeksi. 

  • Kateterisasi uretra. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra, untuk mengeluarkan urine. Pada kasus cedera uretra, prosedur ini dilakukan untuk mencegah retensi urine dan perdarahan pada uretra.
  • Sistoskopi. Prosedur ini dilakukan dengan memeriksa kondisi uretra dan kandung kemih menggunakan selang berkamera yang disebut sistoskop. Dokter juga dapat mengangkat batu kandung kemih jika ada.  Sistoskopi dilakukan jika tindakan kateterisasi uretra tidak mungkin dilakukan terhadap pasien.
  • Kateterisasi langsung ke kandung kemih. Bila uretra tersumbat, dokter akan memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui perut bagian bawah. Tindakan ini dilakukan jika pasien tidak bisa menjalani katerisasi uretra atau sistoskopi.

 

Referensi :
Neno Hasbie, dkk. 2013. Prevalensi Pasien Servisitis dan Urethritis Gonocokus di Puskesmas Rawat Inap Panjang Bandar Lampung. Jurnal Medika Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung.

Dewi Sulistyoningrum. 2012. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Urethritis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Keperawatan Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 

Esteghamati, A., et al. 2020. Rates of Chlamydia trachomatis and Neisseria Gonorrhoeae Infections from Pregnant Women to Newborns, Tehran, Iran. Jundishapur Journal of Microbiology, 13(3). pp. e92549.

Beeton, M., Payne, M., & Jones, L. 2019. The Role of Ureaplasma spp. in The Development of Nongonococcal Urethritis and Infertility Among Men. Clinical Microbiology Reviews, 32(4), pp. e00137-18.

Centers for Disease Control and Prevention. 2021. Sexually Transmitted Diseases (STDs). Diseases Characterized by Urethritis and Cervicitis.

National Institute of Health. 2021. MedlinePlus. Urinary Catheters.

National Health Services. 2020. Health A to Z. Non-gonococcal Urethritis.

Cleveland Clinic. 2021. Diseases & Conditions. Nongonococcal Urethritis in Men.