Selasa, 09 Januari 2024 14:15 WIB

Apakah Konsumsi Daging Merah dan Lemak Hewan bisa Menyebabkan Hipertensi?

Responsive image
824
dr. Yosh Natanael - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Dalam konteks medis, masalah hipertensi atau tekanan darah yang tinggi merupakan isu yang sangat serius yang memengaruhi sekitar satu miliar individu di seluruh dunia. Kondisi kesehatan ini dapat mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah dan organ tubuh, seringkali menyebabkan berbagai komplikasi serius, terutama dalam hal penyakit kardiovaskular. Sejumlah penelitian klinis menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi daging merah dan peningkatan tekanan darah serta korelasinya dengan hipertensi. Dalam daging merah tersebut, terdapat senyawa yang disebut sebagai Trimethylamine-NOxide (TMAO) yang dihasilkan dari proses metabolisme daging merah oleh mikrobiota dalam usus manusia, dan baru-baru ini senyawa ini telah dihubungkan dengan penyakit kardiovaskular. Artikel ini akan mengulas secara lebih mendalam mengenai mekanisme bagaimana TMAO dapat berperan dalam menyebabkan hipertensi.

Pengaruh Daging Merah dan Lemak Hewan terhadap Hipertensi

Sejumlah penelitian klinis telah mengungkapkan bahwa asupan daging merah dan lemak hewani berkaitan dengan peningkatan tekanan darah serta memiliki korelasi dengan perkembangan hipertensi. Daging merah, seperti daging babi, sapi, domba, dan kambing, merupakan sumber yang kaya akan protein, zat besi, vitamin B12, seng, dan nutrisi penting lainnya yang diperlukan oleh tubuh. Akan tetapi, konsumsi yang tinggi dari daging merah, terutama yang kaya lemak hewannya, mengandung lemak jenuh yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dan secara signifikan meningkatkan risiko terkena hipertensi.

Selain itu, daging merah juga sering kali memiliki kandungan natrium yang tinggi, yang telah terkait dengan peningkatan risiko tekanan darah tinggi dan penyakit jantung, terutama pada individu yang lebih sensitif terhadap konsumsi garam. 

Bukti dari banyak uji klinis menunjukkan bahwa konsumsi daging merah dapat berkontribusi pada peningkatan tekanan darah dan memiliki hubungan dengan perkembangan hipertensi. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah senyawa Trimethylamine-N-Oxide (TMAO) yang dihasilkan dari pemecahan daging merah dalam tubuh manusia. Baru-baru ini, senyawa ini telah dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular yang serius.

Namun, perlu diingat bahwa penelitian lebih lanjut masih diperlukan, terutama dalam bentuk uji klinis yang lebih formal, untuk memahami secara lebih mendalam mekanisme dan hubungan yang lebih jelas antara konsumsi daging merah, lemak hewani, dan perkembangan hipertensi.

Pengaruh Kesehatan Daging Merah pada Hipertensi

Dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh daging merah terhadap hipertensi juga bisa bervariasi tergantung pada beberapa faktor, seperti jenis daging yang dikonsumsi, metode pemeliharaan hewan yang menghasilkan daging tersebut, serta teknik memasak dan pengolahan daging tersebut. Terdapat berbagai jenis daging yang tersedia, seperti daging konvensional (daging dari hewan yang dipelihara di peternakan besar), daging dari hewan yang diberi makan rumput (daging dari sapi yang dibiarkan berkeliaran dan makan rumput secara alami), daging organik (daging dari hewan yang diberi pakan organik 100?n dipelihara secara alami), daging olahan (daging yang melalui berbagai tahap pengolahan seperti pengawetan atau pengasapan), dan daging mentah.

Secara umum, daging yang kurang mengalami proses pengolahan cenderung lebih baik bagi kesehatan. Hal ini juga berlaku untuk daging yang berasal dari hewan yang diberi pakan rumput dan daging organik. Metode memasak juga dapat memengaruhi kualitas kesehatan daging. Hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu memasak daging, semakin besar potensi bahayanya bagi kesehatan. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami secara lebih rinci dampak suhu memasak terhadap kualitas daging dan kesehatan manusia.

Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, kita dapat lebih bijak dalam memilih dan memasak daging merah sebagai bagian dari pola makan kita, dengan tujuan menjaga kesehatan jantung dan mengurangi risiko terkena hipertensi.

Konteks dan Latar Belakang Penelitian Mengenai Daging Merah dan Hipertensi

Penelitian mengenai dampak kesehatan daging merah telah menjadi fokus utama dalam upaya memahami lebih baik risiko dan manfaat konsumsi daging dalam konteks saat ini, sekaligus membantu individu membuat keputusan yang lebih terinformasi tentang konsumsi daging di masa depan. Namun, penting untuk diingat bahwa penelitian ini dapat menjadi kompleks karena dampak kesehatan daging merah cenderung bervariasi tergantung pada sejumlah faktor yang melibatkan individu, hewan yang menghasilkan daging, dan metode pengolahan daging tersebut.

Faktor-faktor tersebut mencakup aspek kesehatan individu, seperti pola makan umum, kondisi kesehatan yang ada, dan toleransi terhadap berbagai nutrisi dalam daging merah. Selain itu, cara hewan ternak yang menghasilkan daging tersebut dipelihara juga memiliki peran penting. Misalnya, daging yang berasal dari hewan yang diberi pakan rumput dan dipelihara secara alami dapat memiliki dampak yang berbeda pada kesehatan dibandingkan dengan daging dari hewan yang dipelihara secara intensif di peternakan pabrik. Begitu juga, metode pengolahan daging, seperti pengawetan atau pengasapan, dapat mempengaruhi komposisi nutrisi dan dampak kesehatan dari daging tersebut.

Generalisasi sederhana seperti "daging itu buruk untukmu" atau "daging itu baik untukmu" tidak sepenuhnya mencerminkan kompleksitas masalah ini. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk memiliki pemahaman yang lebih mendalam mengenai pengaruh kesehatan daging merah agar dapat membuat keputusan yang lebih terarah tentang konsumsi daging. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang memengaruhi dampak kesehatan daging merah, individu dapat mengatur pola makan mereka dengan lebih cerdas, mempertimbangkan manfaat dan risikonya, dan menjaga kesehatan secara keseluruhan.

Konsumsi daging merah dan lemak hewan dapat berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan risiko terkena hipertensi. Senyawa TMAO yang dihasilkan dari metabolisme daging merah oleh mikrobiota usus telah dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular dan hipertensi. Namun, dalam hal ini, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami secara lebih mendalam mekanisme dan hubungan yang lebih jelas antara daging merah, lemak hewan, dan hipertensi. Penting bagi kita untuk memperhatikan jenis daging yang dikonsumsi, cara pemeliharaan hewan yang menghasilkan daging tersebut, dan cara memasak daging tersebut untuk menjaga kesehatan dan mengurangi risiko hipertensi. Sebagai bagian dari gaya hidup sehat, penting bagi kita untuk memiliki pola makan yang seimbang dan memperhatikan asupan daging merah dengan bijak.

 

Referensi:

Koeth RA, Wang Z, Levison BS, Buffa JA, Org E, Sheehy BT, et al. (2013). Intestinal microbiota metabolism of L-carnitine, a nutrient in red meat, promotes atherosclerosis. Nat Med, 19(5):576-85.

Wang Z, Klipfell E, Bennett BJ, Koeth R, Levison BS, Dugar B, et al. (2011). Gut flora metabolism of phosphatidylcholine promotes cardiovascular disease. Nature, 472(7341):57-63.

Gonzalez F, liu B, Roberto F. Machado RF. Does Red Meat Metabolism Induce Hypertension? [Internet]. austinpublishinggroup.com. Austin Publishing Group; 2015 [cited 2023 Sep 15]. https://austinpublishinggroup.com/pulmonary-respiratory-medicine/fulltext/ajprm-v2-id1019.php (accessed 2023 Sep 15)

Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-photo/chopped-raw-meat-process-preparing-forcemeat-by-means-meat-grinder-homemade-sausage-ground-beef_7676365.htm#query=red meat&position=3&from_view=search&track=ais&uuid=1dadb239-4365-48a3-af48-6152a1be1e5a