Selasa, 09 Januari 2024 11:11 WIB

Hipertensi Dalam Masa Kehamilan

Responsive image
2106
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) didefinisikan sebagai tekanan darah 140/90 mmHg dalam dua kali pengukuran atau lebih. Hipertensi dalam kehamilan (HDK) memengaruhi sekitar 10 ?ri semua perempuan hamil di seluruh dunia. Hipertensi menjadi faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini, terjadinya gagal jantung serta penyakit gangguan otak. Penyakit ini dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup seseorang, sering disebut sebagai the killer disease karena merupakan penyakit pembunuh, dimana penderita tidak mengetahui kalau dirinya mengidap hipertensi, sehingga penderita datang berobat setelah timbul kelainan organ akibat hipertensi. Penyakit dan kondisi ini termasuk preeclampsia dan eclampsia, hipertensi gestasional dan hipertensi kronik. Hipertensi dalam kehamilan adalah penyebab penting morbiditas akut berat, cacat jangka panjang dan kematian ibu serta bayi. Hampir sepersepuluh dari semua kematian ibu di Asia dan Afrika terkait dengan hipertensi dalam kehamilan, sedangkan seperempat dari semua kematian ibu di Amerika Latin dikarenakan komplikasi. Sebagian besar kematian yang terkait dengan gangguan hipertensi dapat dihindari dengan menyediakan waktu yang cukup dan perawatan yang efektif untuk perempuan khususnya mengalami komplikasi.

Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan

Terdapat banyak faktor untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut :

1.      Primigravida, seorang wanita hamil yang untuk pertama kali, primipaternitas (kehamilan anak pertama dengan suami kedua).

2.      Hiperplasentosis misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel, DM, hidrops fetalis, bayi besar.

3.      Umur yang ekstrim (>35 tahun).

4.      Riwayat keluarga yang pernah preeklampsia / eklampsia.

5.      Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.

6.      Obesitas (BMI >35).

Pencegahan

Pencegahan hipertensi sebenarnya dapat dilakukan mulai dari ibu kepada anaknya dengan cara menyusui. Menyusui adalah hal yang disarankan oleh semua lembaga kesehatan, baik nasional maupun internasional, karena manfaat yang diberikannya untuk kesehatan ibu dan anak. Hal ini telah dibuktikan bahwa ibu yang menyusui anaknya hanya sedikit yang menderita gangguan kardiovaskular termasuk hipertensi, daripada wanita-wanita yang tidak menyusui anaknya baik dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Pencegahan hipertensi juga bisa dilakukan dengan latihan aerobik karena dapat menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg pada orang dewasa dengan hipertensi. Direkomendasikan agar berolahraga dengan frekuensi 3-4 hari per minggu selama minimal 12 minggu pada orang dewasa dengan hipertensi beberapa anjuran dalam upaya penurunan tekanan darah melalui modifikasi gaya hidup yaitu dengan penurunan berat badan, penerapan perencanaan makan dengan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), pembatasan asupan garam NaCl, dan membatasi asupan alkohol.

 

Referensi :

Sari, N. K., Hakimi, M., & Rahayujati, T. B. (2016). Determinan gangguan hipertensi kehamilan di Indonesia. Berita Kedokteran Masyarakat, 32(9), 295-96.

ANGGRENI, D., MAIL, E., & ADIESTY, F. (2018). Hipertensi dalam kehamilan. E-Book Penerbit STIKes Majapahit, 1-40.

Lisiswanti, R., & Dananda, D. N. A. (2016). Upaya pencegahan hipertensi. Jurnal Majority, 5(3), 50-54