Selasa, 02 Januari 2024 13:39 WIB

Mengapa Transplantasi Hati pada Anak?

Responsive image
289
Dr. dr. Titis Widowati, Sp.A(K) dan dr. Wahyu Dama - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

Tidak dipungkiri bahwa transplantasi hati merupakan satu-satunya terapi yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan hidup pasien dengan penyakit hati tahap akhir. Penyakit hati kronis tahap akhir mempunyai mortalitas yang tinggi dan sering memerlukan perawatan berulang sehingga menurunkan kualitas hidupnya. Transplantasi yang berhasil, selain untuk menyelamatkan hidup juga dapat memperbaiki kualitas hidup resepien.

Transplantasi hati anak di RSUP Dr.Sardjito mulai dilakukan pada tahun 2015. Program transplantasi hati pada pasien anak ini dilaksanakan berkolaborasi dengan tim transplantasi hati dari Kyoto University Jepang. Kerjasama ini merupakan peluang alih iptekdok yang sangat baik bagi tim transplantasi RSUP Dr.Sardjito untuk mengembangkan pelayanan transplantasi hati anak yang komperhensif dan berkualitas. Harapannya di masa yang akan datang program transplantasi hati ini akan terus berkembang tidak hanya untuk pasien penyakit hati pada anak terapi juga pasien dewasa.

Transplantasi hati:

Transplantasi hati (liver transplantation) atau yang umum dikenal awam sebagai cangkok organ hati adalah suatu tindakan medis berupa mengganti organ hati yang rusak dengan organ hati yang sehat yang didapat dari pendonor yang telah memenuhi persyaratan tertentu.

Tindakan medis ini memerlukan persiapan dari resipien (pasien anak yang akan menerima organ hati) dan pihak donor (orang dewasa yang akan mendonorkan sebagian organ hatinya yang sehat). Persiapan yang perlu dilakukan diantaranya adalah pemeriksaan medis maupun non medis. Pemeriksaan non medis yaitu dilakukan pemeriksaan oleh tim hukum RSUP Dr.Sardjito untuk memastikan bahwa calon donor dan resipien tidak terlibat pada kegiatan kriminal yang melanggar hukum seperti jual beli organ donor. Pemeriksaan laboratorium darah yaitu golongan darah, marker hepatitis, imunoserologi, infeksi Toksoplasma-Rubella-Cytomegalovirus-Herpes Simplex Virus (TORCH), kultur bakteri, kimia darah (fungsi hati, fungsi ginjal, profil lipid), elektrolit; pemeriksaan urin lengkap, serta analisa tinja. Pemeriksaan radiologi berupa ultrasonografi abdomen, CT-scan kranial, X-ray thoraks. Persiapan yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi status gizi minimal adalah gizi kurang, kelengkapan imunisasi bagi calon resipien, skrining tumbuh kembang, dan pemeriksaan gigi untuk mencegah fokal infeksi. Banyaknya pemeriksaan tersebut bertujuan untuk memastikan donor dan resipien dalam kondisi optimal dan menekan risiko/komplikasi yang mungkin muncul setelah prosedur transplantasi dilakukan.

Apabila calon pendonor dan resipien sudah lolos pemeriksaan awal dan dinyatakan siap untuk dilakukan tindakan transplantasi hati, maka dokumentasi persetujuan setelah pemberian informasi harus dilakukan. Informasi yang menyeluruh bahwa tindakan ini merupakan rangkaian tindakan medis yang panjang dan tidak berhenti setelah operasi selesai (pascaoperasi) dilakukan di ruang operasi harus disampaikan oleh Tim Medis Transplantasi hati didampingi oleh Tim Hukum RSUP Dr.Sardjito serta dipahami betul oleh orangtua pasien.

Pemantauan pasien pascatindakan transplantasi di rumah sakit dimulai sejak pasien masuk ke ruang pemulihan pascaoperasi lalu dilanjutkan di ruang intensif anak dan ruang perawatan anak. Komplikasi yang mungkin terjadi pascatransplantasi hati diantaranya komplikasi bilier, infeksi, thrombosis vascular, hingga reaksi penolakan organ transplantasi (rejeksi).

Melihat kompleksnya tindakan transplantasi hati pada anak maka diperlukan tim transplantasi yang berisikan berbagai profesi medis dengan keahlian lintas disiplin. Tim transplantasi hati anak di RSUP Dr.Sardjito terdiri dari dokter spesialis anak(divisi Gastrohepatologi, Nutrisi Penyakit Metabolik, Alergi Imunologi, Infeksi Penyakit Tropis, Tumbuh Kembang, Nefrologi, Kardiologi, Hemato-onkologi, ERIA), penyakit dalam, bedah anak, kedokteran gigi anak, anestesi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomis, psikiatri, psikolog, perawat ruang intensif, perawat anak, ahli gizi, tim farmasi, serta non medis seperti perwakilan manajemen rumah sakit dan tim kerja hukum dan hubungan masyarakat.

Indikasi dan kontraindikasi transplantasi hati pada anak

Tidak semua penyakit yang berkaitan dengan organ hati membutuhkan tindakan transplantasi hati. Setidaknya ada 6 kelompok penyakit di organ hati yang membutuhkan transplantasi yaitu berupa: 1)Penyakit hati yang bersifat progresif dengan risiko gagal hati, 2)Penyakit hati dengan beban penyakit dan kematian yang tinggi, 3)Penyakit metabolik yang berkaitan dengan hati, 4)Gagal hati fulminan, 5)Tumor hati primer yang tidak bisa direseksi, 6)Malformasi pembuluh darah kompleks di hati.

Pada beberapa anak yang memenuhi indikasi untuk dilakukan tranplantasi hati, tim harus memastikan tidak ada kontraindikasi. Beberapa diantaranya yaitu 1)hasil pemeriksaan serologi HIV positif, 2)keganasan primer di luar organ hati yang tidak bisa direseksi, 3)Penyakit non-hati yang bersifat terminal, 4)Infeksi sepsis berat, 5)kelainan neurologis ireversibel.

Dari daftar indikasi transplantasi hati tersebut, terdapat 2 penyakit hati kronis yang sering dilakukan transplantasi hati yaitu Atresia bilier dan Sindrom Alagille. Kedua kasus ini cukup sering dijumpai pada pasien dengan penyakit hati kronis di RSUP Dr.Sardjito.

Atresia Bilier

Atresia bilier (AB) merupakan kelainan pada saluran empedu yang ditandai adanya kerusakan struktur, yang akhirnya mengakibatkan jaringan parut (fibrosis), hilangnya saluran empedu dan sirosis hati (jaringan parut pada organ hati).  Atresia bilier menyumbang 50% indikasi dilakukannya transplantasi hati. Apabila atresia bilier dapat didiagnosis dini sebelum usia 3 bulan, maka tindakan awal adalah dengan membuat saluran untuk mengalirkan empedu ke usus halus yang disebut portoenterostomi atau lazim dikenal sebagai prosedur Kasai. Namun, prosedur ini bukanlah terapi definitif untuk atresia bilier. Tindakan lanjutan yang diperlukan dan bersifat definitif adalah transplantasi hati.

Indikasi dilakukannya transplantasi hati pada anak dengan atresia bilier adalah tanda dan gejala awal muncul setelah usia lebih dari 3 bulan, adanya bukti sirosis hati, luaran yang buruk pada anak tersebut atau dekompensasi hati pascaprosedur Kasai. Tanda dekompensasi hati pascaprosedur Kasai dapat beragam diantaranya cholangitis berulang, penumpukan cairan di rongga perut/asites, hipertensi porta, malnutrisi, maupun kegagalan fungsi sintesis hati.

Sindrom Alagille

Sindrom Alagille adalah suatu kelainan yang melibatkan banyak sistem organ yang utamanya berdampak pada hati, jantung, mata, wajah, dan tulang dengan angka kejadian dilaporkan 1 dari 70.000 kelahiran hidup. Hingga saat ini tatalaksana pada sindrom Alagille adalah suportif menyesuaikan dengan manifestasi klinis yang ada pada pasien. Namun, beberapa kondisi berupa disfungsi sintesis pada organ hati, hipertensi porta, gangguan pertumbuhan, rasa gatal yang parah, patah tulang berulang, adalah indikasi dilakukannya transplantasi hati.

Kendala/hambatan

Beberapa kendala transplantasi hati pada anak yang dijumpai dari aspek medis yaitu rujukan pasien anak dengan penyakit hati kronis yang sudah dalam kondisi terlambat sehingga pasien sudah dalam kondisi gizi buruk dengan berbagai komplikasi sehingga sulit untuk mempersiapkan pasien tersebut untuk memenuhi syarat transplantasi hati. Selain itu, kendala dari aspek non medis yaitu terkait pembiayaan diakibatkan hingga saat ini belum seluruhnya ditanggung oleh jaminan kesehatan BPJS sehingga masih dibebankan ke keluarga resipien maupun Rumah Sakit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Referensi:

Kohut, T. J., Gilbert, M. A., & Loomes, K. M. (2021). Alagille Syndrome: A Focused Review on Clinical Features, Genetics, and Treatment. Seminars in liver disease41(4), 525–537. https://doi.org/10.1055/s-0041-1730951

Menon, J., Shanmugam, N., Vij, M., Rammohan, A., & Rela, M. (2022). Multidisciplinary Management of Alagille Syndrome. Journal of multidisciplinary healthcare15, 353–364. https://doi.org/10.2147/JMDH.S295441

Smith, S. K., & Miloh, T. (2022). Pediatric Liver Transplantation. Clinics in liver disease26(3), 521–535. https://doi.org/10.1016/j.cld.2022.03.010

Suchi, F.J., Sokol, R.J., Balistreri, WF. (2007). Liver Disease in Children (3rd digital ed). Cambridge University Press