Jumat, 29 Desember 2023 13:35 WIB

HIV/AIDS, Fenomena Gunung Es yang Belum Berakhir

Responsive image
4837
A A Istri Putri Wahyuni, SKM,MM - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Jumlah penderita HIV di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat,  Kementerian Kesehatan  memprediksi hingga September 2023 kasus HIV/AIDS yang tercatat mencapai 500 ribu lebih.  Mirisnya lagi dari sekian banyak kasus HIV/AIDS yang tercatat, sekitar 69,9 persen penderitanya adalah usia produktif antara 25 sampai 49 tahun. Kasus HIV yang menimpa ibu rumah tangga juga cenderung meningkat setiap tahun. Kemungkinan mereka tertular dari suami, ada pula ibu rumah tangga yang juga menjadi pekerja seks komersial dengan alasan kesulitan ekonomi rumah tangga.  Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV mencapai 35%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kasus HIV pada kelompok lainnya seperti suami pekerja seks dan kelompok MSM (man sex with man).  Aktivitas ini telah menyumbang sekitar 30% penularan dari suami ke istri.  Dampaknya adalah kasus HIV baru pada kelompok ibu rumah tangga bertambah sebesar 5.100 kasus setiap tahunnya,” kata dr. Syahril selaku juru bicara Kementerian Kesehatan.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat membahayakan sistem kekebalan tubuh dengan cara menghancurkan sel darah putih yang melawan infeksi, virus ini dapat membuat seseorang mudah terkena infeksi serius dan kanker tertentu. Sedangkan AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. Namun beberapa penderita dengan HIV tidak sampai pada tahap AIDS (Ermawan, 2019).  Pada umumnya HIV dapat menular melalui hubungan seks yang tidak aman.  Seperti berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi HIV, dengan pasangan yang pekerja seks dan homoseksual. Selain itu, virus HIV dapat ditularkan melalui penggunaan jarum suntik yang berulang terutama pada pengguna narkoba suntik (Sofro, 2018).  Munculnya penyakit HIV/AIDS menimbulkan beberapa permasalahan yang cukup serius bagi penderitanya. Secara fisik dapat menimbulkan kerentanan terhadap beberapa penyakit lainnya seperti penyakit TB, Infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh jamur, pembengkakkan kelenjar getah bening, muncul herpes zoster berulang dan munculnya bercak gatal diseluruh tubuh (Tahir et al., 2022).

Melihat gejala dari HIV/AIDS yang sedemikian rupa, tak heran jika masih ada anggapan di masyarakat bahwa  penyakit ini sangat berbahaya dan mudah menular, serta anggapan lain yang salah atau mitos terkait penyakit ini sehingga orang-orang sekitar mengucilkan penderita HIV/AIDS. Akibat dari anggapan yang salah tersebut, penderita seringkali tidak mau terbuka dan merahasiakan penyakitnya. Hal inilah yang menyebabkan masalah HIV/AIDS di Indonesia bagaikan fenomena gunung es, karena laporan resmi jumlah kasus tidak mencerminkan masalah yang sebenarnya. Yang nampak dipermukaan hanyalah sebagian kecil kasus, namun kasus yang sesungguhnya jauh lebih besar daripada kasus yang nampak. WHO memperkirakan setiap 1 kasus yang ada, maka disekitarnya terdapat 100-200 kasus lain yang tidak terdeteksi, maka jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es (Asrina et al., 2021).

Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap tanggal 1 Desember diharapkan dapat menjadi penyemangat perjuangan global untuk mengakhiri stigma dan diskriminasi terkait HIV.  Informasi yang jelas dan akurat tentang HIV/AIDS akan membantu masyarakat memahami tantangan yang dihadapi komunitas terkait dan memberikan dukungan yang lebih besar. Pemberdayaan komunitas adalah kunci untuk meredam stigma dan memberikan ruang bagi kehidupan yang produktif bagi ODHA. Peringatan hari AIDS sedunia tahun 2023 menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk segera mengakhiri fenomena gunung es dengan memberikan dukungan penuh dan memperkuat peran komunitas, lintas sektor, dan semua mitra pembangunan. Sinergi antar mitra membentuk jaringan yang kuat, mengoptimalkan sumber daya dan pengetahuan untuk mencapai tujuan bersama.  Seperti disampaikan oleh Direktur P2PM dr. Imran Pambudi, bahwa beberapa hal penting menyangkut peningkatan kolaborasi dan koordinasi salah satunya adalah strategi kemitraan multi sektor. Upaya bersama ini menjadi fondasi dalam pengendalian HIV/AIDS di Indonesia.  Sebagai upaya memperkuat komitmen ini, pada peringatan Hari AIDS Sedunia Tanggal 1 Desember 2023 Indonesia mengusung tema "Bergerak Bersama Komunitas, Akhiri AIDS 2030,"

 

Referensi:

Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, 09 Mei 2023, Kasus Hiv Dan Sifilis Meningkat, Penularan Didominasi Ibu Rumah Tangga.

    https://p2pm.kemkes.go.id/publikasi/berita/hari-aids-sedunia-2023-bergerak-bersama-komunitas-akhiri-aids-2030

      https://nasional.kompas.com/read/2023/11/30/01140081/tema-hari-aids-sedunia-2023-dan-sejarahnya.

    https://www.kompasiana.com/miftachaerunisa/634d42104addee1a8d2cf842/fenomena-gunung-es-di-indonesia

https://www.detik.com/bali/berita/d-7064613/hari-aids-sedunia-1-desember-2023-sejarah-tema-dan-pesan-penting.

HIV/AIDS DI INDONESIA : FENOMENA GUNUNG ES DAN PERANAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional: 3(5):236- 24, Fakultas Kesehatan Masyarakat-UI., 2009

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20231201105421-255-1031462/kemenkes-prediksi-ada-500-ribu-kasus-hiv-di-indonesia