Kamis, 28 Desember 2023 15:12 WIB

Mengenal Penyakit Paru Obstruktif Kronik / PPOK

Responsive image
193
Muliawati Nugrahaningtyas, Ners - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Penyakit Paru Obstruktif Kronik / PPOK adalah suatu kumpulan penyakit paru yang yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara didalam saluran nafas yang bersifat progresif, dan disebabkan oleh partikel bersifat iritan yang dapat menimbulkan inflamasi paru. Keterbatasan aliran udara pada PPOK terjadi karena adanya obstuksi jalan napas yang bersifat progresif sehingga menghambat pernapasan Hambatan ini berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun dan berbahaya Kondisi tersebut bersifat nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK merupakan penyakit sistemik yang mempunyai hubungan antara keterlibatan metabolik, otot rangka dan molekuler genetik. Keterbatasan aktivitas merupakan keluhan utama penderita PPOK yang sangat mempengaruhi kualitas hidup. Disfungsi otot rangka merupakan hal utama yang berperan dalam keterbatasan aktivitas penderita PPOK. Inflamasi sistemik, penurunan berat badan, peningkatan risiko penyakit Kardiovaskuler, Osteoporosis dan depresi merupakan manifestasi sistemik PPOK.

Penyebab

PPOK disebabkan karena adanya korelasi erat antara paparan partikel atau gas berbahaya yang signifikan dan meningkatnya respons utama pada saluran napas dan jaringan paru.

Partikel gas berbahaya utama tersebut adalah asap rokok. Ada juga partikel lain seperti polusi bahan kimia di tempat kerja, dan asap dapur.

Gejala

1.      Batuk kronik tidak sembuh-sembuh

2.      Berdahak

3.      Sesak nafas

4.      Mengi

5.      Penurunan aktivitas

6.      Terasa berat di dada

7.      Penurunan berat badan

8.      Pembengkakan di tungkai

Faktor risiko

1.      Merokok, pajanan asap rokok pada perokok aktif maupun pasif merupakan faktor utama penyebab PPOK serta penyakit pernafasan lainnya.

2.      Usia, PPOK akan berkembang secara perlahan-lahan selama bertahun-tahun.  Gejala penyakit umumnya muncul pada pengidap yang berusia 40 tahun ke atas.

3.      Polusi udara seperti asap kendaraan bermotor, debu jalanan, gas buangan industri, briket batu bara, debu vulkanik, gunung meletus, asap kebakaran hutan, asap obat nyamuk bakar, asap kayu bakar, asap kompor, polusi ditempat kerja (bahan kimia, debu / zat iritasi dan gas beracun).

4.      Faktor keturunan, bika memiliki anggota keluarga yang PPOK , maka penderita memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit yang sama.

Komplikasi

1.      Gagal Napas

2.      Infeksi berulang

3.      Kor pulmonal

4.      Hipertensi Pulmoner

5.      Gagal jantung kongestif

6.      Pneumothoraks

Pemeriksaan

1.      Tes fungsi paru- paru (Spirometri)

2.      Tes darah

3.      Analisis gas darah arteri

4.      Pemindaian dengan foto Rontgen dan CT scan

5.      Tes dahak

6.      Eko - USG Jantung

Penanganan

1.      Obat- obatan

2.      Therpy oksigen

3.      Rehabilitasi Paru (pernafasan), merupakan program khusus bagi penderita penyakit paru, diantaranya mempelajari cara mengendalikan pernapasan melalui olahraga, nutrisi, dan mengendalikan stres.  Rehabilitasi paru meningkatkan kemampuan beraktivitas sehari-hari, dan meningkatkan kualitas hidup.

4.      Terapi ventilasi non-invasif di rumah, menggunakan masker untuk meningkatkan pernapasan.

Kapan Harus Pergi ke Dokter?

Sebaiknya segera periksa ke dokter apabila mengalami gejala PPOK terutama jika disertai dengan keluhan berikut :

1.      Demam

2.      Jantung berdebar

3.      Bibir dan ujung jari berwarna kebiruan.

4.      Napas tersengal sampai tidak bisa berbicara.

5.      Linglung dan sulit berkonsentrasi.

Pencegahan

1.      Berhenti merokok

2.      Melakukan pola hidup sehat.

3.      Mendapatkan vaksinasi flu tahunan dan vaksin Pneumonia secara rutin.

4.      Mencuci tangan dengan air dan sabun secara rutin.

5.      Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai standar jika bekerja di tempat yang banyak debu, asap dan gas.

6.      Beristirahat dan tidur yang cukup.

7.      Menerapkan pola makan yang sehat.

8.      Mengelola stres dengan baik.

9.      Berolahraga rutin

 

Referensi :

Soeroto, Arto Yuwono dan Suryadinata Hendarsyah. Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Ina J Chest Crit and Emerg Med Vol. 1, No. 2 June - August 2014.

Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Penyakit Paru Obstruktif Kronik.