Selasa, 19 Desember 2023 15:18 WIB

Asuhan Keperawatan dengan Emfisema

Responsive image
310
Eka Hidayati, AMK - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Emfisema adalah penyakit akibat kerusakan jangka panjang pada Alveolus, yaitu kantong udara kecil pada paru-paru. Kondisi ini dapat menyebabkan penderitanya sesak atau sulit bernapas. Penyakit ini terjadi secara perlahan (kronis) dan dapat memburuk seiring waktu. Faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya Emfisema adalah kebiasaan merokok, riwayat terpapar dengan polusi udara secara kronis dan kelainan bawaan atau genetik. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan. Kerusakan paru yang terjadi bersifat permanen dan Irreversible (tidak dapat kembali ke kondisi semula). Yang dapat dilakukan dengan mencegah perkembangannya ke tingkat yang lebih berat, sehingga anda perlu segera ke dokter bila mengalami gejala mirip Emfisema seperti batuk yang tak kunjung reda atau sesak napas.

Penyebab

1.    Merokok 

Rokok secara patologis dapat menyebabkan gangguan pergerakan Silia pada jalan nafas, menghambat fungsi Makrofag Alveolar, menyebabkan Hipertrofi dan Hiperplasia kelenjar Mukus Bronkus. Secara patologis rokok berhubungan dengan Hyperplasia kelenjar Mucus Bronkus dan Metaplasia Epitel Skuamus saluran pernapasan.

2.    Polusi                

Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan Emfisema. Insiden dan angka kematian Emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah yang padat industrialisasi, polusi udara seperti halnya asap tembakau, dapat menyebabkan gangguan pada Silia menghambat fungsi Makrofag Alveolar.

3.    Infeksi

Infeksi saluran nafas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat. Penyakit infeksi saluran nafas seperti Pneumonia, Bronkiolitis akut dan asma Bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya Emfisema.

4.    Genetik

Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit Emfisema. Faktor genetik diantaranya adalah atropi yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar imonoglobulin E (IgE) serum, adanya hiper Responsive Bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada keluarga. Kondisi yang relatif jarang yang dikenal sebagai kekurangan alpha 1-antitrypsin adalah kekurangan genetik dari kimia yang melindungi paru dari kerusakan oleh Proteases.

5.    Penyebab-penyebab yang lain adalah :

a.    Penggunaan obat intravena dimana beberapa dari Additive-Additive yang bukan obat seperti tajin jagung dapat beracun pada jaringan paru.

b.    Kekurangan imun dimana infeksi-infeksi seperti Pneumocystis Jiroveci dapat menyebabkan perubahan-perubahan peradangan dalam paru.

c.    Penyakit-penyakit jaringan penghubung (Ehlers-Danlos Syndrome, Marfan syndrome) dimana jaringan elastis yang abnormal dalam tubuh dapat menyebabkan kegagalan alveoli.

Faktor Risiko

1.      Memiliki kebiasaan merokok atau sering terpapar asap rokok (perokok pasif).

2.      Menetap atau bekerja di lingkungan yang mudah terpapar polusi udara, seperti lingkungan pabrik atau industri.

3.      Berusia 40 tahun ke atas.

4.      Memiliki riwayat

6.      Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dalam keluarga.

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala Emfisema yaitu sesak nafas terutama saat beraktivitas, batuk terus menerus dan mengeluarkan dahak, Edema/ bengkak pada kaki, Mengi/ Asma, penurunan nafsu makan yang mengakibatkan berat badan berkurang, infeksi paru-paru yang berulang, mudah Lelah, sakit kepala dipagi hari, jantung berdebar, bibir dan kuku menjadi biru, pembengkakan pada kaki, gangguan tidur, depresi.

Komplikasi

1.    Hipertensi paru akibat Vasokonstriksi Hipoksis paru kronis yang akhirnya menyebabkan Cor Pulmonalise.

2.    Penurunan kualitas hidup pada pengidap penyakit ini yang parah.

3.    Sering mengalami infeksi ulang pada saluran pernapasan.

4.    Daya tahan tubuh kurang sempurna.

5.    Peradangan yang kronis di saluran napas.

6.    Tingkat kerusakan paru makin parah.

7.    Pneumothora

8.    Atelectasis

9.    Gagal nafas

Pemeriksaan

1.    Laboratorium

2.    Radiologi

3.    Ct Scan

4.    Spirometri

Penanganan

Emfisema tidak dapat diobati sepenuhnya, namun beberapa penanganan dapat meredakan gejala, memperlampat perkembangan penyakit dan meningkatkan kemampuan pasien untuk dapat beraktivitas dengan normal. Beberapa penanganan tersebut adalah yaitu :

1.    Perbaikan gaya hidup.

2.    Pemberian obat-obatan.

3.    Terapi

4.    Operasi

Pencegahan

1.    Tidak merokok

2.    Hindari bahan yang dapat mengiritasi paru / saluran nafas.

3.    Olahraga teratur

4.    Hindari udara dingin.

5.    Lakukan vaksinasi influenza atau pneumonia/ radang paru.

6.    Hindari infeksi pernafasan dengan menggunakan masker, sering mencuci tangan pakai sabun, menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi serta cukup istirahat.

 

Referensi :

Aru W. Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran.

Prof. Dr. Mubin A. Halim, Sp.PD, M.Sc. 2002. Ilmu Penyakit Dalam Edisi 2. Jakarta : Kedokteran.