Senin, 18 Desember 2023 13:13 WIB

Teknik Pemeriksaan Radiografi pada Trauma Cervical

Responsive image
543
Yustina Paran Subekti SST - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Trauma cervical merupakan kasus yang banyak terjadi dan mempunyai arti yang sangat penting karena berhubungan dengan cedera medula spinalis dan saraf spinalis yang dapat berakibat pada kematian dan kelumpuhan (Apley, 1993).

Kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah penyakit jantung, kanker, dan stroke, tercatat kurang lebih 50 peningkatan per 100.000 populasi tiap tahun, 3% penyebab kematian ini karena trauma langsung medula spinalis, 2% karena multiple trauma. Kejadian trauma pada laki-laki 5 kali lebih besar dari perempuan. Ducker dan Perrot melaporkan 40 % spinal cord injury, disebabkan kecelakaan lalulintas, 20 % jatuh, 40% luka tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi fraktur atau fraktur dislokasi cervical paling sering pada C-2 diikuti dengan C-5 dan C-6 terutama pada usia dekade tiga (Iskandar,2002)

Pasien dengan trauma cervical harus mendapatkan penanganan yang tepat dan segera. Oleh karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan akurat yang dapat dijadikan dasar bagi dokter bedah untuk memberikan penanganan atau pembedahan. Salah satu diagnosa pada trauma cervical adalah dengan pemeriksaan radiologi, baik secara konvensional (foto polos) maupun pemeriksaan lanjutan dengan modalitas CT scan dan MRI (Joseph, 2004 dan Apley, 1993) .

Teknik pemeriksaan yang baik serta pemilihan proyeksi/ teknik yang tepat mutlak diperlukan dengan memperhatikan patient safety sehingga akan didapat informasi diagnostik yang memadai dan tidak memperburuk/menambah cedera pada pasien (Joseph, 2004).

1.      Columna Vertebra Cervicalis

Karakteristik vertebra cervical adalah adanya foramen di prosesus tranversus yang merupakan tempat lalunya arteri vertebralis beserta anyaman serabut simpatis. Ciri lain adalah korpusnya kecil dan persegi, foramen vertebralis berbentuk segitiga dan prosesus spinosusnya bifida (C3-C6) (Gb.3a).

2.      Diskus Intervertebralis

Diskus Intervertebralis adalah suatu bantalan penghubung antar 2 korpus vertebra yang didesain untuk menahan dan menghantar beban, peredam getaran (shock absorbers) dan memungkinkan fleksibilitas columna vertebra. Diskus terdapat pada semua celah antar korpus vertebra cervical kecuali pada C1 dan C2. Setiap diskus intervertebralis tersusun atas annulus fibrosus yang terletak diluarnya dan nukleus pulposus yang merupakan inti dari diskus (Darwono, 2002).

3.      Ligamentum Yang Memperkuat Columna Vertebra

Ligamentum adalah suatu jaringan yang menghubungkan  antara tulang dengan tulang dan tulang dengan tendon yang berfungsi membantu stabilitas tulang belakang.

4.      Medula Spinalis Dan Saraf Spinalis

Medula spinalis adalah bagian dari susunan saraf pusat yang berada di dalam kanalis vertebralis. Sama halnya otak, medula spinalis mengandung zat putih (white mater) dan zat abu (grey mater) dan dilapisi oleh selaput otak piamater, arachnoid mater dan duramater. Medula spinalis dimulai dari bagian bawah medula oblongata setinggi cervical 1 sampai lumbal 1/2.

B.    TRAUMA CERVICAL

Secara umum trauma cervical dapat digolongkan berdasarkan mekanisme cederanya. Menurut Greenspan (1988) dan Mueller (2006), secara garis besar penggolongan berdasarkan mekanisme trauma dibagi menjadi 3 yaitu :

1.      Flexion Injury

Flexion Injury yaitu trauma cervical dimana terjadi flexi yang berlebihan (hyperflexi). Flexion Injury ini dapat mengakibatkan cedera antara lain :

a.      Anterior Subluxation

Anterior subluxation terjadi karena ruptur ligamen dibagian posterior (ligamen longitudinal posterior dan ligamentum flavum).

b.      Facet Dislocation

Yaitu dislokasi vertebra cervical yang berat, dapat bilateral maupun unilateral. Ini terjadi apabila terjadi kerusakan ligamen baik pada bagian posterior maupun anterior, juga terjadi kerusakan pada diskus (Gb.5a).

c.       Odontoid Fracture (Gb.5b)

Yaitu fraktur pada prosesus odontoideus. Terdapat 3 tipe fraktur yaitu :

  • Tipe I               : fraktur bagian atas dari prosesus odontoid, biasanya oblik.
  • Tipe II              : farktur tranversal bagian dasar prosesus odontoideus.
  • Tipe III: fraktur bagian dasar prosesus odontoid sampai ke korpus vertebra.

d.      Wedge Fracture

Fraktur kompresi pada korpus vertebra bagian depan. Biasanya pada vertebra level tengah sampai bawah (Gb.5c).

e.       Flexion Teardrop Fracture

Fractur antero-inferior korpus vertebra, fragmen fraktur terlepas ke anterior dan terjadi ruptur ligamen longitudinal posterior (Gb.5d).

f.        Clay–shoveler’s Fracture, yaitu fraktur pada dasar prosesus spinosus (Gb.5e).

g.      Hernia Nukleus Pulposus

Hiperfleksi columna vertebralis menyebabkan kompresi pada daerah anterior dan peregangan di daerah posterior, sehingga mendorong nuklseus pulposus ke arah annulus fibrosus bagian posterior yang tipis. Hal ini yang menyebabkan terjadinya HNP.

1.      Extension Injury

Yaitu trauma cervical yang diakibatkan karena terjadi hiper-ektensi :

a.       Fraktur Arkus Posterior C.1

Fraktur ini terjadi ketika kepala hiper-ekstensi dan arkus posterior C.1 terkompresi oleh occipital dan prosesus spinosus C.2.

b.      Hangman’ s Fracture

Yaitu fraktur pedikel bilateral C.2 disertai dislokasi anterior korpus C.2.

c.       Extension Teardrop Fracture

Fractur antero-nferior korpus vertebra, fragmen fraktur terlepas ke antero-inferior dan terjadi ruptur ligamen longitudinal anterior.

 

2.      Compression Injury

Yaitu trauma yang terjadi akibat adanya tekanan vertical yang sangat kuat.

a.      Jefferson’s Fracture

Yaitu fraktur yang terjadi pada arkus anterior dan posterior bilateral C.1 dan bergeser ke lateral karena terjadi ruptur ligamentum tranversus.

b.      Burst Fracture

Apabila tekanan yang kuat diteruskan ke vertebra cervical level yang lebih bawah maka akan terjadi burst fracture yaitu fraktur pada korpus vertebra bagian anterior sampai posterior.

 

C.    TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOLOGI TRAUMA CERVICAL

Selain pemeriksaan klinis, untuk mengetahui lokasi kelainan dan tingkat kerusakan yang terjadi diperlukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan radiologi dapat dimulai dengan pemeriksaan yang sederhana berupa foto polos sampai pemeriksaan lebih lanjut dengan modalitas CT-scan dan MRI.

1.  Pemeriksaan Radiologi Polos (X-Ray)

Secara umum pada trauma cervical pemeriksaan foto polos harus dapat memperlihatkan mulai dari C.1 sampai dengan C.7. Dalam menentukan proyeksi pemeriksan, radiografer harus memperhatikan kondisi serta indikasi klinis pasien. Proyeksi yang sering dilakukan adalah antero-posterior supine, lateral horizontal, AP open mouth dan proyeksi swimmer’s. Proyeksi lain dapat ditambahkan sesuai dengan dugaan klinis dan kondisi pasien.

Pemeriksaan dilakukan tanpa memindahkan pasien dari brangkart atau tempat tidur dan collar (fiksasi leher) serta slang oksigen tetap terpasang. Hindari fleksi, ekstensi serta rotasi dan perhatikan keadaan umum pasien selama pemeriksaan. Bila perlu dalam memposisikan pasien bekerja sama dengan perawat atau dokter yang menangani.

2.  Pemeriksaan CT Scan

Foto polos memiliki banyak keterbatasan, lebih dari 20% kasus fraktur cervical tidak tampak dalam foto polos terutama kelainan yang kecil dan kelainan daerah posterior. Pemeriksaan CT scan dapat memberikan gambaran yang baik pada kelainan daerah posterior dan sejauh mana cedera mengenai medula spinalis, adanya fragmen fraktur yang masuk ke spinal canal (Graber dan Kathol, 1999).

Pemeriksaan CT scan biasanya dilakukan hanya pada daerah/level tertentu saja sesuai dengan temuan klinis. Hal ini berkaitan dengan efesiensi dan minimalisasi dosis radiasi yang harus diterima pasien. Pemeriksaan dapat dilakukan baik dengan CT scan konvensional (slice by slice) maupun dengan spiral ataupun MSCT.

3.  Pemeriksaan MRI

MRI  jarang digunakan pada trauma cervical terutama pada trauma akut atau pasien yang tidak sadar karena MRI memerlukan waktu pemeriksaan yang relatif lama dan pasien biasanya terpasang peralatan yang sebagian menggunakan logam (Joshep, 2004).

Pada kasus tertentu dimana secara klinis terlihat nyata terdapat suatu kelainan namun tidak terlihat pada foto polos maupun CT scan maka MRI diperlukan untuk melihat adanya kelainan pada jaringan lunak. MRI sangat baik untuk melihat adanya cedera dan odema pada ligamentum, kompresi medula spinalis dan adanya perdarahan subdural serta hernia diskus (Mueller, 2006 dan Graber and Kathol, 1999). Salah satu keunggulan MRI juga dapat digunakan untuk pemeriksaan angiografi tanpa invasif.

Scaning yang rutin dibuat adalah irisan sagital dan axial dengan pembobotan T.1 dan T.2 (SE atau FSE). Posisi pasien supine, head first dan coil yang digunakan adalah coil leher yang dapat mencakup mulai dari basis cran

ii sampai T.2/3. Slice thickness dipilih yang tipis agar diperoleh spatial resolusi yang baik dan dapat menampakkan lesi yang kecil. Pada irisan sagital menggunakan FOV rectangular untuk mengurangi scan time. Unuk mengurangi artefak akibat aliran CSF dapat diberikan saturation pulse (Neseth, 2000 dan Rosner, 2005).

 

Referensi:

Apley A. G and Solomon L, 1993, Apley’s System of Orthopaedics and Fractures, Sevent Edition, Butterworth Heineman, Oxford

Bontrager K L, 2001, Textbook of Radiographic Position and Related Anatomy, Edisi V, Mosby Inc, Missouri

Darwono, DR, 2002, Nyeri Punggung Bawah (NPB), Tata Laksana Hernia Diskus Lumbalis Simtomatis (HDLS) Dan Degenerasi Diskus Di Bidang Orthopaedi, Simposium Pelantikan Dokter Periode 142, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Daniel Gelb, MD, 2006, Upper Cervical Spine Fractures, University of Alabama at Birmingham, available online : http://www.ota.org/res_slide/S06_Upper_Cerv_Spine_Fxs.ppt, akses tanggal 1 Juni 2006

Eidelson S. W, MD, 2005, Cervical Spine Anatomy (Neck), Spine Universe, available online : http://www.spineuniverse.com/displayarticle.php/article1021.html, akses tanggal :11 Juni 2006

Graber Mark A, M.D., and Kathol Mary, M.D, 1999, Cervical Spine Radiographs in the Trauma Patient, American Family Physician Vol. 59/No.2, available online : http://www.aafp.org/afp/990115ap/331.html, akses tanggal : 1 Juni 2006

Greenspan Adam, 1988, Orthopedic Radiologi : A Practical Approach, JB Lippincott Co, New York

Joseph Nicholas, R.T. (R), B.S, M.S, 2004, Trauma Imaging of the Cervical Spine, CE Essentials, available online : http://www.radiographicceu.com/article5.html, akses tanggal : 10 Mei 2006

Mueller Jorma B, MD, 2006, Fractures, Cervical Spine, New York University Medical Center,  available online :  http://www.emedicine.com/EMERG/topic189.htm, akses tanggal : 1 Juni 2006

Neseth, 2000, Procedurs And Documentation For CT And MRI, McGraw-Hill Co, New York

Nuttawan Jaengsri, 2004, CT Protocol, Radiologi Departement of  Takshin Hospital, Bangkok

Rosner Michael, MD, 2005, Spinal Cord Measurement Protocol, National Fibromyalgia Research Association, available online : http://www.nfra.net/MRIRosner.htm, akses tanggal : 2 Desember 2005

Sumber gambar:

https://cms.sehatq.com/cdn-cgi/image/format=auto,width=828,quality=90/public/img/article_img/mengenal-fungsi-tulang-leher-dan-kemungkinan-penyakitnya-1685448148.jpg

https://yonathanrizky.com/wp-content/uploads/2018/07/1.png

https://www.researchgate.net/publication/328148965/figure/fig2/AS:684540561481728@1540218596053/Sagittal-cervical-MRI-in-weighted-T1-images-showing-signs-of-a-dominant.png

ttps://www.researchgate.net/publication/304250529/figure/fig1/AS:526534667706368@1502547055289/Sagittal-coronal-and-axial-reformats-of-postmyelography-multidetector-computed.png