Jumat, 15 Desember 2023 17:44 WIB

Diet Nabati pada Pasien Hemodialisis: Apa yang Perlu Diketahui?

Responsive image
545
Drg. Emmy Hastuti, M.Kes - RSUP Fatmawati Jakarta

Seiring perkembangan penelitian kesehatan, pandangan tentang diet nabati pada pasien hemodialisis mengalami perubahan. Dulu, masyarakat diingatkan untuk menjauhi makanan nabati karena khawatir mengandung kalium dan fosfat yang tinggi serta protein yang dianggap kurang. Akan tetapi, temuan baru menunjukkan bahwa diet nabati bisa memberikan manfaat kesehatan, terutama untuk jantung. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merenung dan memahami ulang pandangan tradisional tersebut.

Manfaat Diet Nabati:
Kontrol Asidosis dan Hiperfosfatemia: Makanan nabati cenderung mengandung fosfor dalam bentuk yang sulit diserap oleh tubuh (phytate), yang dapat membantu kontrol asidosis dan hiperfosfatemia pada penderita gagal ginjal.

Serat yang Baik untuk Usus: Kandungan serat dalam makanan nabati dapat mendukung kesehatan usus dengan memilihkan bakteri baik yang menghasilkan asam lemak rantai pendek, sementara mengurangi produksi toksin uremik oleh bakteri proteolitik.

Antioksidan, Vitamin, dan Mineral: Makanan nabati kaya akan senyawa antioksidan, vitamin, dan mineral yang baik untuk kesehatan secara keseluruhan. Kandungan lemak jenuh yang lebih rendah juga dapat memberikan dampak positif.

Sumber Protein Berkualitas: Sejumlah makanan nabati seperti kedelai, kacang, biji-bijian, dan sayuran tertentu bisa menjadi sumber protein yang baik, meskipun masih diperdebatkan apakah cukup memenuhi kebutuhan protein pasien hemodialisis.

Penelitian yang dilakukan di delapan pusat dialisis di Guangdong, China, menunjukkan adanya hubungan U antara persentase protein dari sumber nabati dengan risiko kematian. Hingga sekitar 45%, peningkatan konsumsi protein nabati berhubungan dengan penurunan risiko kematian, namun di atas angka tersebut, risiko kematian malah meningkat.

Biological Value Protein Nabati: Penelitian ini menyebutkan bahwa beberapa efek buruk mungkin disebabkan oleh nilai biologis protein nabati yang lebih rendah. Artinya, tubuh mungkin tidak menggunakan nitrogen dari asam amino protein nabati seefisien dari sumber protein hewani.

Penting untuk dicatat bahwa peserta yang lebih banyak mengonsumsi protein nabati juga memiliki asupan total protein dan energi yang lebih rendah. Ini dapat menimbulkan kekhawatiran akan kekurangan energi dan protein yang bisa memengaruhi kesehatan jangka panjang.

Tentu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami apakah peningkatan konsumsi protein nabati dapat menjadi pilihan aman dan efektif bagi pasien hemodialisis jika direncanakan dan dimonitor dengan cermat.

Penting untuk terus menggali dan mengkaji informasi terkini mengenai diet pada pasien hemodialisis. Meskipun diet nabati menawarkan potensi manfaat, tetap diperlukan pemahaman mendalam dan penelitian lebih lanjut untuk memastikan keamanan serta manfaat jangka panjangnya. Selama itu, upaya untuk mengubah pandangan tradisional menjadi lebih inklusif dan informatif perlu terus dilakukan agar panduan gizi dapat memberikan dukungan terbaik bagi pasien hemodialisis.

 

Referensi :

Pourafshar, S., & Scialla, J. J. (2021, November). Reconsidering Plant-Based Diets in Patients Receiving Maintenance Hemodialysis. American Journal of Kidney Diseases, 78(5),

624-626. https://doi.org/10.1053/j.ajkd.2021.06.005