Proteinuria adalah suatu keadaan terdapatnya protein urin dalam jumlah yang melebihi 150 mg/hari atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/hari. Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya melebihi 200 mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda. Proteinuria terbentuk melalui pembentukan urin di dalam glomerolus, jika filtrasi di glomerolus mengalami kebocoran maka protein akan terbuang bersama urin sehingga menyebabkan proteinuria.
Berdasarkan klasifikasinya proteinuria dapat dikategorikan menjadi proteinuria glomerula, proteinuria tubular dan proteinuria karena produksi berlebih. Selain itu proteinuria dapat bersifat sementara (intermittent), ortostatik (timbul karena kelebihan aktivitas duduk atau berdiri) dan persisten (selalu ada). Pada proteinuria intermittent, proteinuria akan sembuh jika penyebabnya teratasi. Pada proteinuria ortostatik, ekskresi proteinuria akan normal ketika pasien berbaring dan akan meningkat ketika pasien duduk atau berdiri.
Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin. Kebanyakan cara rutin untuk menyatakan adanya protein dalam urin (proteinuria) berdasarkan adanya kekeruhan karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada. Pemeriksaan proteinuria dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan manual yaitu pemeriksaan semi kuantitatif dan kuantitatif.
1. Pemeriksaan semi kuantitatif
2. Pemeriksaan kuantitatif
Berupa pengumpulan urin 24 jam, pemeriksaan ini lebih akurat untuk pemeriksaan proteinuria dengan nilai normal < 80>
Adapun pemeriksaan secara otomatis yaitu dengan menggunakan alat urine analyzer dapat menganalisis sampel dalam jumlah besar, dan memerlukan waktu yang relatif singkat dalam penyelesaiannya. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar protein urin (proteinuria) tinggi, ini bisa mengindikasikan adanya gangguan kesehatan seperti :
Dengan demikian bahwa proteinuria dalam tubuh merupakan salah satu kondisi yang berbahaya dan perlu mendapatkan perhatian sedini mungkin. Untuk menghindari hal tersebut dapat dilakukan dengan menjaga pola hidup sehat misalnya dengan istirahat yang cukup, memperhatikan kebiasaan minum dan rutin berolahraga.
Referensi:
Ariceta, G. (2011). Clinical practice. Proteinuria, Europen Journal of Pediatrics: 170: 15-20.
Iseki K, Ikemiya Y, Iseki C, Takishita S, 2003. Proteinuria and the risk of developing end-stage renal disease. Kidney Int.
Jumaydha, D. (2016). Gambaran kadar protein dalam urin pada pekerja bangunan. Jurnal E-Biomedik (EBm),4 :5.
Srasinger & Di Lorenzo, M S. (2017). Urinalisis & Cairan tubuh. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sumber Foto : https://dokumen.tips/documents/makalah-carik-celupdocx.html