Kamis, 30 November 2023 15:26 WIB

Sikap dan Dukungan Tenaga Kesehatan untuk Penyandang Disabilitas

Responsive image
1179
dr. Anindya Khairunnisa Zahra, M.Ked.Klin, Sp.KFR - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak (UU No. 8 tahun 2016),. Data pada tahun 2018 menunjukkan bahwa jumlah Penyandang Disabilitas di Indonesia mencapai 30.385.772 jiwa dengan berbagai tingkat keparahan dan ragamnya.

Ragam disabilitas dapat berupa:

1.  Fisik (terganggunya fungsi gerak), seperti pada kasus amputasi, lumpuh layuh atau kaku, paraplegi, celebral palsy (CP), akibat stroke, akibat kusta, dan orang kecil.

2. Intelektual (terganggunya fungsi pikir karena tingkat kecerdasan di bawah rata- rata), antara lain lambat belajar, disabilitas grahita, dan sindroma down.

3. Mental (terganggunya fungsi pikir, emosi, dan perilaku);gangguan psikososial antara lain skizofrenia, bipolar, depresi, anxietas, dan gangguan kepribadian; disabilitas perkembangan yang berpengaruh pada kemampuan interaksi sosial seperti pada kasus autis dan hiperaktif.

4. Sensorik (terganggunya salah satu fungsi dari panca indera), antara lain disabilitas netra, disabilitas rungu, dan/atau disabilitas wicara.

Studi menunjukkan bahwa dibandingkan dengan orang tanpa disabilitas, Penyandang Disabilitas mempunyai tingkat kesehatan yang lebih buruk, akses yang terbatas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, serta terlibat dalam perilaku kesehatan berisiko seperti merokok dan inaktivitas fisik. Kondisi sekunder seperti nyeri, kelelahan, obsesitas, dan depresi juga sering terjadi pada Penyandang Disabilitas.

 

Penyandang Disabilitas menghadapi banyak hambatan dalam mengakses layanan kesehatan. Hambatan ini dapat bersifat fisik, seperti hambatan transportasi maupun desain fasilitas layanan kesehatan yang sulit diakses. Hambatan akses lainnya adalah hambatan untuk mendapatkan informasi kesehatan yang memadai. Tenaga kesehatan perlu mengetahui cara berkomunikasi secara efektif dengan pasien yang memiliki berbagai disabilitas, termasuk disabilitas netra, rungu, wicara, maupun intelektual.

Kesalahpahaman dan stigma negatif terhadap Penyandang Disabilitas juga dapat menimbulkan sikap diskriminatif di kalangan tenaga kesehatan. Sikap seorang tenaga kesehatan dapat berpengaruh besar terhadap perasaan Penyandang Disabilitas terhadap

dirinya sendiri dan juga berdampak pada kemajuan pengobatan. Sikap positif meningkatkan motivasi Penyandang Disabilitas dan mendukung proses pengobatan. Sebaliknya, sikap negatif menyebabkan terhambatnya adaptasi dan penerimaan terhadap kondisi disabilitas, serta secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap harga diri mereka.

Apa yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk membantu Penyandang Disabilitas?

1. Berikan informasi yang dibutuhkan untuk hidup sehat kepada setiap pasien, termasuk Penyandang Disabilitas.

2. Dengarkan dan tanggapi masalah kesehatan pasien. Berikan informasi yang diperlukan untuk mencegah atau menanganinya.

3. Berkomunikasi dengan jelas dan langsung dengan pasien. Jika pasien tidak memahami pertanyaan atau instruksi yang diberikan, maka ulangi, gunakan kata lain, atau cari cara lain untuk memberikan informasi.

4. Luangkan waktu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan pasien.

5. Tunjukkan rasa hormat dan jaga harga diri pasien.

6. Cari informasi terkait isu disabilitas dan perkembangannya. Hal ini akan meningkatkan pemahaman terkait kondisi yang dialami Penyandang Disabilitas.

7. Bekerja sama dengan pasien, keluarganya, serta pihak pendukung lainnya.

8. Memikirkan tentang kelebihan dan kebutuhan pasien.

9. Beri dukungan untuk pasien dapat mengambil keputusan terkait kesehatannya.

10. Cari bantuan bila tidak yakin bagaimana dapat membantu seorang Penyandang Disabilitas.

Berikut ini adalah beberapa tips cara berkomunikasi dengan pasien yang memiliki disabilitas tertentu.

Disabilitas netra :

a. Kecuali dalam kondisi gawat darurat, jangan menyentuh pasien sebelum memperkenalkan diri.

b. Jangan berpikir bahwa pasien tidak dapat melihat sama sekali.

c. Bicara dengan suara yang normal.

d. Jika pasien memiliki tongkat, jangan menjauhkannya.

e. Pamit jika meninggalkan pasien.

 

Disabilitas rungu

a. Sebelum bicara, pastikan bahwa pasien sedang memperhatikan. Jika pasien tidak menghadap ke arah kita, maka sentuh pundaknya dengan lembut.

b. Jangan berteriak atau melebih-lebihkan ucapan.

c. Tataplah pasien secara langsung, dan sebaiknya pasien dapat melihat gerakan mulut kita.

d. Tanyakan cara terbaik untuk berkomunikasi menurut pasien.

 

Disabilitas fisik

a. Jangan berasumsi bahwa pasien lambat secara mental.

b. Jika memungkinkan, duduklah sehingga mata sejajar dengan mata pasien.

c. Jangan memindahkan kruk, tongkat, alat bantu jalan, atau kursi roda apa pun tanpa izin dari pasien atau tanpa mengembalikannya seperti semula.

d. Jika pasien merupakan pengguna kursi roda, jangan bersandar atau menyentuh kursi rodanya tanpa izinnya.

 

Disabilitas wicara

a.  Meskipun cara bicara pasien lambat atau sulit dipahami, bukan berarti ia mengalami kesulitan dalam belajar atau memahami.

b.  Minta pasien untuk mengulangi apa pun yang tidak kita mengerti.

c.  Ajukan pertanyaan yang bisa pasien jawab dengan "ya" atau "tidak".

d. Biarkan pasien meluangkan waktu sebanyak yang ia perlukan untuk menjelaskan masalahnya. Bersabarlah.

 

Disabilitas Intelektual

a. Bicara dengan cara yang dapat dimengerti oleh pasien.

b. Gunakan kata-kata sederhana dan kalimat pendek. Ulangi bila perlu.

c.  Bersikaplah sopan dan sabar.

d.      Pastikan bahwa pasien dan/ keluarga mengerti informasi yang diberikan, dan beri dukungan untuk pengambilan keputusan terkait kesehatannya.

 

Referensi:

World Health Organization & The World Bank. (2011). Summary: World report on disability. Swiss: Geneva.

World Health Organization. (2015). WHO Global Disability Action Plan 2014- 2021. Better Health For All People With Disability. WHO Press: Geneva, Switzerland.

UU No. 8 tahun 2016

Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2018

Al-Abdulwahab, S. S., & Al-Gain, S. I. (2003). Attitudes of Saudi Arabian health care professionals towards people with physical disabilities. Asia Pacific Disability Rehabilitation Journal, 14(1), 63-70.

Tervo, R. C., & Palmer, G. (2004). Health professional student attitudes towards people with disability. Clinical rehabilitation, 18(8), 908-915.

Werner, D. (1987). Disabled village children. The Hesperian Fdn, Palo Alto.

Maxwell J, Belser JW, David D. (2007). A health handbook for women with disabilities. Berkeley: Hesperian foundation; 2007 (https://hesperian.org/wp- content/uploads/pdf/en_wwd_2008/ en_WWD_2008_fm.pdf ).