Kamis, 30 November 2023 13:52 WIB

Celiac Plexus Block

Responsive image
160
Dr. Cynthia Dewi Sinardja, Sp.An, MARS, FCC - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Kanker menduduki peringkat kedua penyebab kematian di dunia dengan lebih dari 10 juta orang meninggal setiap tahunnya. Di Indonesia menurut catatan Globocan pada tahun 2020, kasus baru kanker sebanyak 396.314 kasus dengan kematian sebesar 234.511 orang. Salah satu komplikasi dari kanker yang sangat mengganggu adalah nyeri kronis.

Nyeri kronis adalah nyeri yang dirasakan lebih dari tiga atau enam bulan. Nyeri kronis pada pasien kanker biasanya disebabkan oleh serabut saraf yang tertekan oleh kanker itu sendiri, sehingga menyebabkan pasien kanker sangat bergantung pada obat-obatan anti nyeri. Penggunaan obat-obatan jangka panjang bisa menyebabkan banyak efek samping obat, sehingga kadang dibutuhkan metode lain selain obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan dosis dan efek samping dari obat-obatan. Beberapa efek samping dari obat-obatan seperti mual dan sulit buang air besar. Selain menggunakan obat-obatan, nyeri kanker juga bisa diatasi dengan penyuntikan pada saraf yang tertekan untung mengurangi rasa nyeri.

Celiac plexus adalah serabut saraf yang mempersarafi organ-organ pencernaan, seperti kantung empedu, usus, hati, pankreas, dan lambung. Pada pasien kanker pankreas atau radang pankreas yang kronik, bisa menyebabkan penekanan pada celiac plexus, sehingga menyebabkan nyeri yang terus menerus. Nyeri ini akan menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien kanker pankreas atau radang pankreas yang kronik.

Selain menggunakan obat-obatan, salah satu teknik yang bisa digunakan untuk mengurangi rasa nyeri adalah dengan penyuntikan pada celiac plexus dengan menggunakan obat steroid atau obat anestesi lokal. Tujuannya adalah untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan penekanan saraf ini karena kanker. Pada kebanyakan orang, efek antinyeri dari penyuntikan ini bisa bertahan hingga 3 – 6 bulan ( berbeda - beda tergantung dari kondisi masing – masing individu ).

Proses penyuntikan ini bisa berlangsung sekitar 1 jam, sehingga bisa dilakukan pada pasien one day care. Pasien biasanya diposisikan telungkup, atau jika sulit pada posisi telungkup bisa dalam posisi telentang. Pasien juga biasanya disuntikkan obat penenang sebelum tindakan untuk relaksasi. Pada saat proses penyuntikan biasanya digunakan jarum dengan bantuan fluoroscopy, CT – Scan, atau menggunakan alat USG. Kemudian obat bius lokal atau steroid bisa disuntikkan pada serabut saraf yang dituju. Setelah itu pasien akan dipantau terlebih dahulu selama 1 – 2 jam untuk mengawasi apakah ada efek samping dari proses penyuntikan.

Beberapa efek samping dari tindakan ini seperti kebiruan, bengkak, atau nyeri pada tempat penyuntikan yang bisa perlahan menghilang, infeksi pada tempat penyuntikan, tekanan darah rendah, keram otot, alergi obat bius lokal atau zat kontras, dan kejang. Jika muncul efek samping ini, pasien harus langsung berkonsultasi ulang dengan tenaga kesehatan.

Dengan tindakan penyuntikan ini, diharapkan rasa nyeri pasien berkurang supaya dosis dari obat-obatan antinyeri tersebut bisa dikurangi. Setelah 3 – 6 bulan jika efek penyuntikan mulai berkurang, tindakan ini dapat diulangi lagi setelah berkonsultasi ulang dengan tenaga kesehatan.

 

Referensi :

<!--[if supportFields]> ADDIN ZOTERO_BIBL {"uncited":[],"omitted":[],"custom":[]} CSL_BIBLIOGRAPHY <![endif]-->Butterworth JF, Morgan GE, Mikhail MS. Morgan and Mikhail’s clinical anesthesiology. 5th edition. Mackey DC, Wasnick JD, editors. New York: McGraw-Hill; 2013.

https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/16853-celiac-plexus-block#:~:text=A celiac plexus block is,pancreatic cancer or chronic pancreatitis. Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/16853-celiac-plexus-block#:~:text=A celiac plexus block is,pancreatic cancer or chronic pancreatitis.

<!--[if supportFields]><![endif]-->