Selasa, 28 November 2023 14:44 WIB

Penyebab Biang Keringat

Responsive image
12121
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, biang keringat dalam bahasa medis dikenal dengan sebutan miliaria. Biang keringat adalah kelainan kulit yang disebabkan adanya sumbatan pada saluran kelenjar keringat atau kelenjar ekrin. Umumnya kondisi kulit akan mengalami ruam kecil kemerahan. Kondisi ini juga biasanya akan disertai dengan rasa gatal dan sensasi seperti tersengat atau perih pada kulit. Kondisi biang keringat ini cukup sering dialami oleh bayi dan anak-anak karena kelenjar keringat yang belum berkembang dengan sempurna. Karena hal tersebut, kulit bayi atau anak-anak tidak mampu untuk mengeluarkan keringat dengan optimal. Akan tetapi, hal ini juga bisa saja terjadi terhadap orang yang sudah dewasa. Biang keringat, atau yang dikenal dengan keringat buntet, lebih mudah terjadi pada bayi, karena pengaturan suhu tubuh pada bayi belum sempurna dan kelenjar keringat bayi belum sepenuhnya berkembang. Akibatnya, kulit belum mampu mengeluarkan keringat dengan baik. Biang keringat pada bayi paling sering muncul di badan, leher, tangan, dan dada.

Penyebab Biang Keringat

Biang keringat disebabkan oleh timbulnya ruam dan peradangan akibat penyumbatan pada kelenjar keringat. Namun, tidak diketahui secara pasti mengapa kelenjar keringat tersumbat.

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya biang keringat, yaitu :

1.      Iklim tropis

Iklim dan cuaca yang panas serta lembab merupakan pemicu utama dari munculnya biang keringat.

2.      Kepanasan

Kepanasan dapat memicu tersumbatnya kelenjar keringat yang menyebabkan biang keringat. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan kepanasan adalah menggunakan pakaian yang terlalu tebal atau tidur dengan selimut tebal saat suhu sedang panas.

3.      Aktivitas fisik tertentu.

Aktivitas atau olahraga tertentu yang menyebabkan tubuh mengeluarkan banyak keringat dapat memicu terjadinya biang keringat.

4.      Kelenjar keringat belum berkembang.

Kelenjar keringat pada bayi belum berkembang sepenuhnya sehingga keringat lebih mudah tertahan di dalam kulit. Oleh karena itu, biang keringat lebih mudah terjadi pada bayi.

5.      Obesitas

Seseorang dengan berat badan berlebih (obesitas) lebih berisiko mengalami biang keringat, terutama di area-area lipatan kulit, misalnya perut, leher, dan selangkangan.

6.      Tirah baring (bed rest) terlalu lama.

Pasien yang menjalani tirah baring dalam waktu yang cukup lama, terutama yang mengalami demam, lebih berisiko untuk mengalami biang keringat.

Gejala dan Jenis Biang Keringat

Biang keringat merupakan kondisi yang tidak menular. Kondisi ini umumnya terjadi saat seseorang berada di cuaca yang panas atau lingkungan yang bersuhu lembab. Biang keringat kerap ditandai dengan gejala berupa :

1.      Bintil-bintil kecil berwarna merah, terutama di tempat menumpuknya keringat.

2.      Gatal atau rasa perih dan tajam pada ruam.

Gejala-gejala tersebut dapat muncul di seluruh bagian tubuh dan bisa terjadi pada semua rentang usia, tetapi paling sering terjadi pada bayi dan anak.

Biang keringat memiliki bentuk bintik yang mirip dengan keratosis pilaris. Akan tetapi, pada keratosis pilaris, bintik-bintik tersebut tidak gatal.

Jenis Biang Keringat

1.      Miliaria kristalina            

Miliaria kristalina adalah jenis biang keringat yang paling ringan. Miliaria kristalina hanya memengaruhi lapisan kulit teratas. Kondisi ini ditandai dengan kemunculan bintil merah berisi cairan berwarna jernih yang mudah pecah. Biang keringat jenis ini umumnya tidak menimbulkan gatal dan rasa sakit.

2.      Miliaria rubra

Miliaria rubra terjadi di lapisan kulit yang lebih dalam. Jenis biang keringat ini lebih sering dialami oleh orang dewasa daripada anak-anak. Gejala miliaria rubra adalah bintil merah yang disertai dengan rasa gatal dan menyengat.

3.      Miliaria pustulosa

Miliaria pustulosa merupakan perkembangan lanjutan dari miliaria rubra. Biang keringat ini terjadi ketika miliaria rubra mengalami peradangan.

Tanda miliaria pustulosa adalah bintil merah yang berisi nanah (pustule) sehingga berubah warna menjadi putih atau kuning. Adanya pustule menandakan mulai terjadinya infeksi kulit.

4.      Miliaria profunda

Miliaria profunda adalah jenis biang keringat yang paling jarang terjadi. Jenis miliaria ini terjadi di lapisan lebih dalam (dermis). Tertahannya keringat akan memicu munculnya bintil merah yang lebih besar dan lebih keras. Meski lebih jarang terjadi, miliaria jenis ini bersifat kronis dan sering kambuh.

Kapan Harus ke Dokter?

Biang keringat umumnya akan sembuh dengan sendirinya jika Anda dapat menjaga suhu lingkungan dan kulit tetap sejuk. Namun, lakukan pemeriksaan ke dokter jika biang keringat makin mengganggu dan disertai dengan gejala infeksi sekunder pada kulit. Beberapa gejala infeksi sekunder tersebut yaitu :

1.      Bintil-bintil kemerahan membengkak, dan terasa sakit.

2.      Bintil-bintil mengeluarkan nanah.

3.      Demam dan menggigil.

Penanganan Biang Keringat

Biang keringat umumnya tidak berbahaya dan tidak membutuhkan pertolongan medis yang khusus. Kondisi ini dapat ditangani sendiri di rumah dengan langkah-langkah sederhana, seperti :

1.      Mengompres bagian yang mengalami ruam, dengan kain lembab atau es batu yang dibalut kain selama tidak lebih dari 20 menit setiap jam.

2.      Membersihkan bagian yang mengalami ruam dengan air mengalir dan sabun yang lembut.

3.      Menaburkan bedak gatal pada bagian yang mengalami ruam, untuk mengurangi rasa tidak nyaman di kulit.

4.      Menjaga kulit tetap dingin misalnya dengan berendam dan mandi.

5.      Menghindari cuaca panas dan tempat yang lembab, seperti berada lebih lama dalam ruangan yang sejuk, atau menggunakan kipas angin.

6.      Meminum banyak cairan agar terhindar dari dehidrasi.

7.      Memakai pakaian longgar sehingga tidak menghambat pengeluaran keringat.

Jika biang keringat yang dialami cukup parah dan mengganggu, dokter dapat memberikan penanganan dengan obat biang keringat.

 

Referensi :

Britya Maulidka Intar Luvilla, dkk. 2019. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Ibu dengan Kejadian Biang Keringat pada Bayi. Jurnal Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Campbell, V., et al. 2020. Localized Mid-face Miliaria as a Consequence of Filtering Face Piece Respirator Use During the COVID-19 Pandemic. Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology : JEADV, 34(8), pp. e375-e376.

National Health Service UK. 2021. Health A to Z. Heat Rash (Prickly Heat).

Cleveland Clinic. 2022. Disease & Conditions. Heat Rash / Prickly Heat.

American Academy of Family Physicians. 2020. Family Doctor. Heat Rash.

Wedro, B. Medicine Net. 2022. Heat Rash (Symptoms, Pictures, Treatment, Remedies).

https://pafibaritokab.org/