Selasa, 28 November 2023 12:26 WIB

Aneurisma Otak

Responsive image
596
dr. Adika Mianoki, Sp.N, FINA - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Apa yang dimaksud aneurisma otak?

Aneurisma otak adalah dilatasi lokal abnormal pembuluh darah otak yang disebabkan karena kelemahan pada lapisan dinding pembuluh darah yang membesar dan menggelembung yang dapat mengalami ruptur (pecah) sewaktu-waktu.

Aneurisma otak disebut juga aneurisma serebral atau aneurisma intrakranial. Aneurisma otak merupakan aneurisma yang paling sering terjadi selain aneurisma pada aorta abdominal. Aneurisma yang tidak pecah berpotensi menimbulkan gejala klinis dan jika ruptur atau pecah akan dapat mengancam jiwa.

Seberapa sering kejadian aneurisma otak?

Insidensi secara keseluruhan pada populasi orang dewasa tanpa faktor risiko yang spesifik adalah sekitar 2,3 %.

Apa saja faktor risiko terjadinya aneurisma otak?

Penyebab dan faktor risiko aneurisma otak, antara lain :

1.      Berusia tua

2.      Memiliki gangguan pembuluh darah otak sejak lahir

3.      Wanita

4.      Memiliki hipertensi atau tekanan darah tinggi

5.      Memiliki riwayat trauma kepala

6.      Memiliki riwayat keluarga dengan aneurisma otak

7.      Mengonsumsi alkohol

8.      Merokok

9.      Riwayat pernah mengalami perdarahn subarakhnoid

Apa saja jenis dan pembagian aneurisma otak?

Pembagian aneurisma otak  dibagi menjadi beberapa tinjauan :

Ditinjau dari pecah atau tidaknya, maka ada dua :

1.      Unruptured aneurysm / aneurima tidak pecah

2.      Ruptured aneurysm / aneurisma pecah

Ditinjau dari ukurannya, maka ada small aneurysm, medium aneurysm, dan large / giant aneurysm. Dari sini dibagi lagi berdasarkan ukuran leher aneurima menjadi wide neck dan narrow neck aneurysm.

Ditinjau dari bentuknya, ada saccular aneurysm dan fusiform aneurysm.

Ditinjau dari lokasinya ada yang berada di lokasi sirkulasi anterior dan posterior.

Bagaimana gejala aneurisma otak?

Pada umumnya aneurisma otak tidak menimbulkann gejala kecuali apabila mengalami pecah dan biasanya ditemukan saat terjadi perdarahan sub arakhnoid. Beberapa aneurisma yang tidak pecah juga dapat menimbulkan gejala seperti : nyeri kepala, gangguan penglihatan, ataupun nyeri wajah.

Pada umumnya tidak akan ada gejala yang muncul jika aneurisma pada otak tidak mengalami ruptur atau pecah. Hal tersebut membuat pengidapnya seringkali tidak menyadari adanya kelainan ini. Aneurisma otak umumnya diketahui dari pemeriksaan medis rutin (medical check-up). Pada beberapa aneurisma yang cukup besar dapat menekan jaringan atau saraf sekitar sehingga akan timbul berbagai keluhan, seperti :

1.      Nyeri kepala

2.      Pandangan buram atau ganda.

3.      Nyeri di atas dan di belakang mata.

4.      Gangguan komunikasi

5.      Kelemahan dan baal pada sebagian wajah.

Apa yang terjadi jika aneurisma otak mengalami pecah?

Aneurisma otak yang mengalami ruptur dapat menimbulkan kondisi kritis pada individu dan memerlukan penanganan khusus. Aneurisma yang ruptur menjadi penyebab terjadinya perdarahan sub arakhnoid (PSA) dengan gejala yang umumnya terjadi meliputi nyeri kepala hebat, kelumpuhan saraf kranialis, muntah, kejang, kaku kuduk, penurunan kesadaran, dan dapat memburuk sampai menyebabkan kematian.

Kapan perlu dilakukan skrining pemeriksaan aneurisma otak?

Skrining disarankan untuk kondisi berikut :

1.      Pasien yang memiliki lebih dari 2 anggota keluarga dengan aneurisma otak atau perdarahan sub arakhnoid.

2.      Pasien dengan riwayat pemyakit ginjal polikistik autosomal dominan.

3.      Pasien dengan koarktasio aorta dan primodial dwarfisme osteeodisplastik microchepalus.

Ketiga kondisi di atas hendaknya perlu dilakukan skrining dengan pemeriksaan CTA atau MRA.

Bagaimana terapi aneurisma otak?

Berdasarkan tahapannya (belum pecah dan sudah pecah) terapi aneurisma otak dapat dibagi menjadi 2 (dua).

Pada aneurisma yang berukuran kecil, belum pecah, dan tidak menimbulkan gejala, maka terapi yang dapat dilakukan adalah dengan observasi rutin serta melakukan tindakan pencegahan agar aneurisma tidak semakin membesar dan mudah pecah.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan, seperti :

1.      Tidak mengonsumsi obat-obatan stimulan (baik yang legal maupun terlarang).

2.      Tidak merokok

3.      Menjaga tekanan darah normal.

4.      Mengonsumsi makanan yang tidak berlemak tinggi.

5.      Membiasakan pola makan yang sehat.

6.      Membatasi konsumsi kafein karena dapat meningkatkan tekanan darah.

7.      Menghindari mengangkat berat.

8.      Mengurangi berat badan.

9.      Dianjurkan untuk melakukan tindakan pembedahan kepada pengidap aneurisma otak yang berisiko untuk pecah.CTA atau MRA.

Kapan kecurigaan suatu kasus aneurisma harus pergi ke dokter?

Jika mengalami gejala yang sesuai dengan aneurisma otak yang disebutkan di atas, hendaknya segera periksakan ke dokter spesialis saraf. Adapun jika mengalami kondisi kegawatan seperti nyeri kepala hebat, mual muntah, kejang, penurunan kesadaran maka harus segera dibawa ke unit gawat darurat.

 

 

 

Referensi       :

Konsensus Nasional Neurointervensi. 2020. Kelompok Studi Neurointervensi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.

Web MD. 2020. Brain Aneurysm : Symptoms, Causes, Diagnosis, & Treatments.

Harrigan, M. R., & Deveikis, J. P. 2009. Handbook of Cerebrovascular Disease and Neurointerventional Technique. Humana Press Incorporated.