Senin, 27 November 2023 08:49 WIB

Pengaruh Parenting Stres Ibu Bekerja pada Kesehatan Mental Anak

Responsive image
861
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Keluarga merupakan fondasi pertama bagi perkembangan kepribadian dan tingkah laku anak. Anak dapat berkembang dengan optimal dan tumbuh menjadi individu yang berguna bagi sesama, salah satunya ditentukan oleh keberhasilan orangtua dalam mengasuh anak. Artinya, ketidaktahuan orangtua dalam mendidik dan mengasuh anak dengan baik dapat mengakibatkan anak tumbuh menjadi pribadi yang lemah dan kesulitan dalam bersosialisasi di masyarakat. Selanjutnya, di dalam budaya masyarakat Indonesia, bahwa tanggung jawab pengasuhan anak pada umumnya lebih banyak dibebankan kepada ibu. Peran ibu memiliki pengaruh besar dalam keluarga, karena ibu merupakan figur utama dan pertama yang dikenal anak sejak ia dilahirkan. Oleh sebab itu, ibu menempati posisi kunci dalam proses mengasuh dan mendidik anak. Meski di sisi lain, sebagian dari ibu di era yang semakin modern dan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat pada saat ini akhirnya membuat mereka juga mengambil pilihan untuk bekerja demi memenuhi tuntutan hidup.

Dalam sebuah ulasan disampaikan bahwa ibu dengan peran ganda sering dikenal dengan istilah ibu bekerja, ibu yang bekerja ialah ibu yang selain mengurus rumah tangga juga memiliki tanggung jawab di luar rumah, baik di kantor, yayasan, atau wiraswasta dengan kisaran waktu tidak banyak digunakan untuk keluarga. Sebaliknya, ibu yang tidak bekerja adalah ibu yang tinggal di rumah dan cenderung melakukan tugas rumah tangga dalam kehidupan sehari-harinya. Artinya, ibu dengan peran ganda adalah ibu yang mana waktu dan tanggung jawabnya tidak hanya untuk mengurus pekerjaan rumah dan mengasuh anak, namun juga ditambah dengan beban tugas di tempatnya bekerja.

Banyaknya tanggung jawab yang harus dipikul oleh ibu dengan peran ganda menyebabkan ibu berpeluang lebih banyak merasakan lelah, baik secara fisik maupun emosional. Selain itu, ketiadaan asisten rumah tangga yang dapat meringankan tugas ibu juga dapat menyebabkan ibu yang bekerja menjadi stres, karena dituntut untuk membagi waktu antara pekerjaan kantor dengan pekerjaan rumah. Begitupula, banyaknya pekerjaan di rumah dan di kantor, serta kurangnya manajemen waktu merupakan hal yang dapat memicu stres pada ibu bekerja.

Stres merupakan situasi yang biasa muncul dalam berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali dalam pengasuhan anak. Ketika ibu yang memiliki peran besar dalam pengasuhan mengalami stres, maka sedikit banyak dapat mempengaruhi praktik pengasuhan yang dilakukannya. Dalam sebuah penelitian mengungkapkan bahwa dalam ibu yang bekerja ditemukan bahwa konflik antara pekerjaan dan pengasuhan pada ibu bekerja berpengaruh secara tidak langsung terhadap parenting stres. Dalam sebuah penelitian lainnya mendefinisikan parenting stres sebagai serangkaian proses yang membawa individu pada kondisi psikologis yang tidak disukai dan reaksi psikologis yang muncul dalam upaya beradaptasi dengan tuntutan peran sebagai orangtua. Dengan kata lain, parenting stres merupakan situasi penuh tekanan yang terjadi pada pelaksanaan tugas pengasuhan anak.

Dalam sebuah penelitian lainnya mengungkapkan bahwa parenting stres timbul ketika orang tua mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan menjadi orang tua dan hal tersebut mempengaruhi perilaku, kesejahteraan, dan penyesuaian diri pada anak. Selain hal tersebut dalam sebuah penelitian lainnya mengungkapkan bahwa ibu bekerja lebih banyak mengalami stres dibandingkan ibu tidak bekerja. Sejalan dengan hal tersebut, pada komponen orangtua, kesehatan fisik, mental dan emosi orangtua yang kurang baik dapat mendorong timbulnya stres. Ibu bekerja yang memiliki anak dimungkinkan memiliki parenting stres yang lebih tinggi dari pada ibu rumah tangga saja. Hal ini disebabkan karena tuntutan waktu, pikiran dan tenaga yang ekstra pada ibu dalam menjalankan kedua peran yang diembannya. Pada komponen anak juga dapat memicu parenting stres, misalnya kemampuan anak beradaptasi yang rendah, kurang penerimaan terhadap orangtua, suka menuntut atau menyusahkan, suasana hati yang buruk, mengalami kekacauan pikiran, dan kurang memiliki kemampuan untuk memperkuat orangtua. Adapun komponen relasi orangtua-anak yang dapat memicu parenting stres adalah derajat konflik yang muncul dalam interaksi orangtua anak. Dengan demikian, ketiga komponen tersebut pada akhirnya akan menyebabkan kemerosotan kualitas dan efektivitas perilaku pengasuhan. Ibu yang mengalami stres akan berdampak pada pengasuhan seperti berkata kasar, bersikap keras, tidak memberikan kasih sayang kepada anak, mengabaikan anak, menghukum anak. Hal tersebut merupakan pelampiasan emosi negatif dari tekanan yang dialami oleh ibu yang bekerja. Sementara luapan emosi negatif tersebut akan berdampak pada kesehatan fisik maupun psikis anak. Misalnya anak menjadi tertekan, terluka, bahkan sampai mengalami kematian. Oleh karena itu, keterampilan mengelola emosi atau regulasi emosi yang baik perlu dimiliki oleh ibu yang bekerja.

Dengan melihat beberapa ulasan diatas Peran ganda yang dialami oleh ibu bekerja, dimana ibu memiliki tugas untuk mengurus anak, tugas rumah dan tugas kerja dapat menimbulkan kelelahan secara fisik maupun emosional yang dapat menyebabkan parenting stress. Hal tersebut dapat diminimalisir dengan cara meningkatkan keterampilan regulasi emosi. Individu yang memiliki keterampilan regulasi emosi yang baik, akan mampu menyeleksi situasi, memodifikasi situasi, dan fokus pada penyelesaian masalah, serta berpikir positif terhadap masalah yang sedang dihadapi. Begitupula, ibu bekerja yang memiliki ketrampilan regulasi emosi yang baik mampu berpikir positif, tetap tenang dalam segala situasi, mampu memilih atau mengubah situasi agar menjadi lebih nyaman, dengan demikian ibu bekerja dapat terhindar dari stres dalam mengasuh anaknya. Sebaliknya, jika ibu bekerja memiliki keterampilan regulasi yang buruk, seperti merasa terbebani dengan tugas yang besar, tidak mampu berpikir positif, menilai situasi yang dialami sebagai suatu masalah besar, maka hal tersebut dapat memicu parenting stress yang tinggi pada ibu bekerja, dan berdampak pada pola pengasuhan, di antaranya menyakiti anak.

 

Referensi  :

Apreviadizy, P., & Puspitacandri, A. 2014. Perbedaan Stres Ditinjau dari Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja. Jurnal Psikologi Tabularasa, 9(1), 58-65.

Berry & Jones. 1995. The Parental Stres Scale : Initial Psychometric Evidence. Sage Journals, 12(3).

Gross, J. J., & John, O. P. 2003. Individual Differences in Two Emotion Regulation Processes : Implications for Affect, Relationship, and Well-being. Journal of Personality and Social Psychology, 85(2), 348-362.

Kim, A. 2015. Study on The Effect of Working Mom’s Conflict Between Job and Nurturing on Parenting Stress-Focus on Mediating Effect of Core Competence in Nurturing, (8 October).

Lestari, S. 2018. Psikologi Keluarga : Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga (5th ed.). Jakarta : Prenadamedia Group.

Yasmin, P. A. 2016. Memahami Stres yang Rentan Dialami Ibu Bekerja.

Fathana Ginaa, Yulia Fitrianib, Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara, Jakarta.

Regulasi Emosi dan Parenting Stress pada Ibu Bekerja. Jurnal Psikologi Terapan dan Pendidikan Vol. 2, No. 2, November 2020, pp. 96-102 ISSN 2715-2456 http://journal.uad.ac.id/index.php/Psikologi/index Universitas Ahmad Dahlan.