Kurang tidur atau insomnia adalah masalah umum yang dialami oleh banyak orang. Tidur yang cukup merupakan kebutuhan penting bagi tubuh manusia. Namun, dalam kehidupan modern saat ini, banyak orang yang mengalami kurang tidur akibat berbagai faktor seperti pekerjaan, gaya hidup yang sibuk, dan gangguan tidur. Banyak orang tidak menyadari bahwa kurang tidur dapat memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan jantung. Beberapa studi menunjukkan bahwa kurang tidur dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi, kerusakan pembuluh darah atau dalam bahasa medisnya disfungsi endotel, dan peradangan pada berbagai jaringan ataupun dalam aspek organ dalam tubuh.
Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan bahwa hanya beberapa jam tidur yang hilang dapat meningkatkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi atau prahipertensi. Hal ini terjadi karena kurang tidur dapat mempengaruhi sistem saraf otonom, yang bertanggung jawab mengatur tekanan darah. Kurang tidur juga dapat mempengaruhi fungsi ginjal, keseimbangan hormon, dan respon baroreseptor, yang semuanya berperan dalam regulasi tekanan darah. Kurang tidur juga dapat mempengaruhi ritme jantung. Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur dapat menyebabkan peningkatan risiko aritmia jantung, termasuk takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel. Kurang tidur dapat mempengaruhi aktivitas saraf otonom yang mengatur ritme jantung dan dapat menyebabkan gangguan ritme yang berpotensi berbahaya.
Inflamasi merupakan faktor risiko penting dalam perkembangan penyakit kardiovaskular. Kurang tidur dapat menyebabkan peningkatan produksi mediator inflamasi seperti interleukin-6 (IL-6) dan C-reactive protein (CRP). IL-6 diproduksi oleh adiposit dan sel endotel, dan dapat merangsang produksi CRP oleh hati. Peningkatan kadar IL-6 dan CRP dapat merusak dinding pembuluh darah dan memicu proses aterosklerosis. Selain itu, kurang tidur juga dapat mempengaruhi sistem imun dan meningkatkan aktivitas sel darah putih seperti monosit dan neutrofil, yang dapat menyebabkan peradangan. Dalam sebuah studi prospektif di Amerika Serikat, tingkat kematian akibat penyakit jantung koroner tertinggi terjadi pada mereka yang bekerja lebih dari 67 jam per minggu. Studi kasus-kontrol di Belanda, Denmark, dan Swedia juga melaporkan bahwa waktu kerja yang berkepanjangan terkait dengan risiko peningkatan serangan jantung. Sebuah studi kasus-kontrol di Jepang menemukan adanya peningkatan yang signifikan dalam rasio peluang serangan jantung pada mereka yang bekerja lebih dari 11 jam sehari. Penelitian lain dengan menggunakan data dari Nurses' Health Study menunjukkan bahwa durasi tidur yang singkat atau panjang secara independen terkait dengan peningkatan kemungkinan terjadinya penyakit jantung koroner. Terdapat hubungan U-shaped antara durasi tidur dan insiden penyakit jantung koroner.
Penelitian telah menunjukkan bahwa kurang tidur dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan meningkatkan resistensi insulin. Studi eksperimental menunjukkan bahwa kurang tidur terkait dengan penurunan toleransi glukosa dan peningkatan resistensi insulin. Studi lain menunjukkan hubungan antara durasi tidur yang singkat atau panjang dengan peningkatan risiko terjadinya diabetes mellitus. Durasi tidur yang kurang dari 5 jam atau 6 jam per malam memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami diabetes mellitus, sedangkan durasi tidur yang lebih dari 8 jam per malam juga memiliki risiko yang lebih tinggi. Durasi tidur yang terlalu pendek atau terlalu panjang berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya diabetes mellitus. Durasi tidur yang pendek terkait dengan gangguan sistem endokrin dan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis. Beberapa penelitian telah menghubungkan kurang tidur dengan peningkatan kadar kortisol, penurunan kadar testosteron, dan perubahan dalam metabolisme hormon yang berhubungan dengan obesitas dan peningkatan risiko diabetes mellitus.
Kurang tidur dapat menyebabkan penurunan sensitivitas insulin dan peningkatan resistensi insulin, yang dapat mengganggu pengaturan glukosa dalam tubuh. Selain itu, kurang tidur juga dapat mempengaruhi produksi hormon lapar dan kenyang seperti leptin dan grelin, yang dapat menyebabkan peningkatan nafsu makan dan akumulasi berat badan.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Wehrens et al, terungkap bahwa kurang tidur dapat menyebabkan gangguan fungsi endotel, yang merupakan tanda awal dari kerusakan pembuluh darah dan penyakit jantung. Penelitian ini melibatkan dua kelompok pekerja, yaitu pekerja yang bekerja dengan sistem shift dan pekerja yang tidak bekerja dengan sistem shift. Hasilnya menunjukkan bahwa pekerja dengan sistem shift memiliki fungsi endotel yang lebih buruk dibandingkan dengan pekerja yang tidak bekerja dengan sistem shift. Selain itu, pekerja dengan sistem shift juga memiliki variabilitas detak jantung yang lebih rendah, yang dapat menjadi indikator aktivitas saraf simpatis yang tinggi dan aktivitas saraf parasimpatis yang rendah.
Untuk mencegah penyakit jantung akibat kurang tidur, ada beberapa langkah yang dapat diambil. Pertama, penting untuk memprioritaskan tidur yang cukup setiap malam. Usahakan untuk tidur selama 7-8 jam setiap malam untuk menjaga kesehatan jantung dan sistem tubuh lainnya. Selain itu, hindari kebiasaan tidur larut malam dan bangun terlambat, serta hindari konsumsi kafein dan alkohol sebelum tidur. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah dan mengobati penyakit jantung akibat kurang tidur antara lain:
1. Menjaga jadwal tidur yang teratur dan tidur selama 7-8 jam setiap malam.
2. Menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan tenang, termasuk suhu yang tepat, kebisingan minimal, dan pencahayaan yang redup.
3. Membatasi konsumsi kafein dan alkohol, terutama sebelum tidur.
4. Melakukan aktivitas fisik secara teratur untuk meningkatkan kualitas tidur.
5. Menghindari paparan terhadap cahaya biru dari perangkat elektronik sebelum tidur.
6. Mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan dalam.
7. Jika kurang tidur terus-menerus menjadi masalah, berkonsultasilah dengan dokter untuk menentukan apakah ada kondisi medis yang mendasarinya dan untuk mencari pengobatan yang sesuai.
Kurang tidur secara konsisten dapat memiliki dampak serius pada kesehatan jantung Anda. Kurang tidur dapat menyebabkan gangguan fungsi endotel, peningkatan aktivitas saraf simpatis, dan penumpukan plak pada dinding pembuluh darah. Untungnya, dengan mengadopsi kebiasaan tidur yang sehat dan mengikuti langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas tidur, Anda dapat mengurangi risiko penyakit jantung yang disebabkan oleh kurang tidur. Tidur yang cukup dan berkualitas adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan jantung Anda.
Referensi:
Mullington JM, et al. Cardiovascular, Inflammatory, and Metabolic Consequences of Sleep Deprivation. Progress in Cardiovascular Diseases, 2009, 51(4): 294-302.
Haiqiong L and Aihua C. Roles of sleep deprivation in cardiovascular dysfunction. Life science. 2019, 219: 231-237.
Sophie MTW, Shelagh MH, and Debra JS. Heart rate variability and endothelial function after sleep deprivation and recovery sleep among male shift and non-shift workers. Scandinavian Journal of Work Enviroment and health. 2012, 38(2):171-181
Michiaki N, Satoshi H, and Kazuomi K. Sleep Duration as a Risk Factor for Cardiovascular Disease- a Review of the Recent Literature. Current Cardiology Reviews. 2010, 6: 54-61.
Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-vector/woman-having-problems-with-sleeping-illustrated_10253186.htm#query=sleepless&position=49&from_view=search&track=sph&uuid=296132ee-29be-4ab0-8b36-6604e0794392