Selasa, 31 Oktober 2023 13:45 WIB

Peran Anestesiologi dalam Kedokteran Bencana

Responsive image
796
Dr. Tjahya Ariyasa EM Sp.An, KAO - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Di era globalisasi ini, masih ada anggapan yang kurang benar dari para dokter baik dokter umum maupun dokter spesialis, lebih-lebih orang awam terhadapat anestesiologi atau ilmu anestesi. Anggapan yang kurang benar tersebut ialah, bahwa ilmu anestesi identik dengan kegiatan praktek didalam kamar operasi untuk memberikan obat yang akan menyebabkan penderita masuk dalam keadaan tidak sadar atau terbius.

Anestesiologi merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang tidak berorientasi pada organ atau umur, tetapi berorientasi pada fungsi. Dengan demikian maka hubungan dengan cabang-cabang ilmu kedokteran yang lain cukup banyak, bahkan sering kali ruang lingkup anestesi merupakan titik temu persilangan cabang ilmu medik dan bedah.

Ruang lingkup anestesi kini sudah jauh berbeda dibanding dengan keadaan yang digambarkan pada awal sejarahnya. Anestesiologi tidak lagi dibatasi ruang pembedahan, tetapi meluas keruang pulih sadar, ruang terapi/perawatan intensif. Kemudian juga meliputi kegiatan diluar rumah sakit, yaitu dalam kedokteran gawat darurat dan kedokteran bencana atau disaster medicine.

Salah satu disiplin ilmu terpenting yang membentuk kedokteran bencana adalah anestesi. Ahli anestesi dapat mengambil data dari lapangan saat terjadi bencana, membuat keputusan dengan cepat dan melakukan operasi penyelamatan dengan kepemimpinannya. Manajemen bencana adalah kompetensi kunci yang dimiliki oleh seorang ahli anestesi. Peran ahli anestesi dalam menanggulangi dan menangani dengan cepat untuk orang yang terluka sangat penting dalam bencana.

Ahli anestesi  memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam tanggap bencana. Penelitian telah menunjukkan bahwa setelah gempa bumi kira-kira setengah dari semua cedera melibatkan beberapa jenis patah tulang, banyak yang membutuhkan intervensi operatif. Anestesiologi memiliki berbagai modalitas untuk menyediakan anestesi, beberapa di antaranya cocok untuk situasi bencana atau sumber daya terbatas. Namun demikian, anestesi yang diberikan dalam kondisi bencana kemungkinan besar akan berbeda secara signifikan dari anestesi yang biasanya diberikan dalam kondisi stabil.

 

Referensi :

Grande CM, Baskett PJ, Donchin Y, Wiener M, Bernhard WN (1991) Trauma anesthesia for disasters. Anything, anytime, anywhere. Crit Care Clin 7: 339- 361. Link: https://bit.ly/2A9kj9W

Lockey DJ, Mackenzie R, Redhead J, Wise D, Harris T, et al. (2005) London bombings July 2005: the immediate pre-hospital medical response. Resuscitation 66: ix-xii. Link: https://bit.ly/2WiNX5h

Hapuarachchi S (2009) The Role of the Anaesthetist in Disaster Management. Sri Lankan Journal of Anaesthesiology 17: 1-2. Link: https://bit.ly/2SSWWYG