Selasa, 31 Oktober 2023 13:44 WIB

Waspada Penyakit MPOX (Monkeypox)

Responsive image
615
Ns. Fransisca Danik Fiatun, S.Kep - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Anak bayi belajar makan pake sumpit, tapi lupa belum pake popok

Baru saja berlalu pandemic covid, datang lagi si monkeypox

Setelah pandemi COVID yang melanda dan meresahkan dunia karena memakan banyak korban jiwa, dunia kembali dihadapkan dengan ancaman penyakit infeksi lain yaitu mpox (Monkeyfox). Penyakit ini merupakan penyakit endemis di Afrika Tengah dan Afrika Barat, namun sejak Mei 2022, kasus ini mulai merebak di negara-negara non endemis. Pada tanggal 23 Juli 2022 WHO telah mendeklarasikan wabah mpox sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD) dan pada 20 Agustus 2022, Indonesia telah melaporkan satu kasus konfirmasi mpox. Update terakhir tanggal 21 Oktober 2023 ditemukan 7 kasus konfirmasi di Jakarta.

Apa itu mpox (Monkeyfox)?

Mpox (monkeyfox) merupakan emerging zoonosis yang disebabkan oleh monkeypox virus. Mpox pertama kali ditemukan tahun 1958 di Denmark Ketika ada dua kasus ceperti cacar pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian. Mpox pada manusis ditemukan pertama kali di Republik Demokratik Kongo tahun 1970.

Bagaimana Penularannya?

Penularan kepada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan hewan ataupun manusia yang terinfeksi, atau melalui benda yang terkonfirmasi virus tersebut. Virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka/terbuka, saluran pernafasan atau melalui selaput lendir (mata, hidung ataupun mulut. Mpox juga dapat juga dapat menyebar melalui kontak seksual dan melalui plasenta ibu ke janin.

Masa penularan?

Masa penularan dapat bervariasi, namun pada umumnya masa penularan dimulai saat onset gejala hingga krusta mengelupas dan lapisan kulit baru terbentuk (biasanya antara 2-4 minggu). Masa inkubasi sekitar 6-13 hari, sedangkan masa infeksi dibagi dalam 2 fase:

1.    Fase akut (0-5 hari)

Gejalanya berupa: demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot dan kelelahan yang terus menerus.

2.    Fase erupsi (1-3 hari setelah timbul demam) berupa: munculnya ruam atau lesi pada kulit. Lesi kenyal, dalam, berbatas tegas, dan sering mengalami umbilikasi (menyerupai titik di atas lesi). Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai fase erupsi ini hilang atau rontok.

Bagaimana pengobatannya?

Belum ada pengobatan spesifik untuk infeksi mpox. Terdapat antivirus yang telah dikembangkan untuk pasien cacar (smallfox) yang bermanfaat melawan mpox. Pengobatan simptomatis dan supportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul.

Langkah upaya MERDEKA pengendalian mfox:

Menghindari kontak erat  termasuk kontak seksual dengan orang yang bergejala.

Edukasi penggunaan alat pelindung diri seperti masker bila kontak dekat dan sarung tangan apabila harus kontak dengan kulit penderita.

Rajin melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak baik dengan penderita maupun dengan lingkungan dekat penderita.

Disinfeksi area dan benda yang sering disentuh sesering mungkin dengan air dan sabun.

Etika batuk harus dilakukan dengan benar dan gunakan masker.

Kebiasaan hidup sehat dengan makan makanan yang bergizi seimbang, istirahat yang cukup harus dilakukan untuk meningkatkan imunitas

Apabila anda mengalami gejala mfox, segera mengisolasi diri di rumah dan mencari pertolongan di fasiltas pelayanan kesehatan terdekat.

Ayo lindungi diri anda dan orang lain dari MFOX!

 

Referensi :

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/document/pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-mpox-monkeypox-2023/view

Thornhill JP, et al. 2022. Monkey Virus Infection in Human across 16 Countries, April-Juni 2022. Nengl J Med 2022; 387:679-691. DOI: 10.1056/NEJMoa2207323