Kamis, 26 Oktober 2023 11:52 WIB

Stuttering atau Gagap

Responsive image
1136
Ika Rinawati, A.Md. TW - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

Kasus gagap bisa dijumpai dan terjadi dimana saja di seluruh dunia. Bisa dialami orang dari berbagai suku dan budaya, laki-laki atau perempuan, anak-anak sampai orang dewasa, dan dari lapisan sosial manapun.

Apa itu Stuttering (Gagap)?

Stuttering (gagap) adalah gangguan pada ketidaklancaran pola bicara seseorangyang ditandai adanya pengulangan, jeda, dan perpanjangan bunyi bicara dan suku kata yang tidak disengaja maupun tidak disadari. Individu yang mengalami ketidaklancaran akan berusaha dengan susah payah untuk menyelesaikan bicaranya.

Penyebab gagap antara lain:

1. Faktor perkembangan

Ketidakmatangan system saraf untuk membagi signal-signal yang ada di otak inilah yang menyebabkan kondisi gagap. Karena system dan fungsi sarafnya belum sepenuhnya matang, anak-anak mungkin bisa mengalami keterlambatan dalam perkembangan ketrampilan berbicara atau berbahasa, sementara pada saat sama harus bersaing dengan lingkungan yang bahasa verbalnya sudah sangat berkembang. Bisa juga untuk perkembangan bahasa mereka cukup pesat, tetapi tidak dibarengi dengan kapasitas kemampuan bicara verbal. Ketidaklancaran bicara juga dapat terjadi sebagai hasil dari adanya keinginan yang sangat kuat untuk mengekspresikan bahasa secara verbal, tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan aktifitas motorik, termasuk motorik bicaranya.

2. Kognitif

Faktor perkembangan kognitif meliputi perkembangan proses memahami, penalaran, berimajinasi, dan kemampuan memecahkan masalah yang pasti akan berkaitan dengan bahasa dan bicara. Dari mulai lahir hingga usia 2 tahun anak memasuki tahap perkembangan sensorimotor, dimana kognitif berkembang justru dibantu oleh aktifitas sensory dan aktifitas motor. Antara usia 2 – 6 tahun, anak mengalami peningkatkan level kognitif seiring dengan munculnya ketrampilan motoric bicara yang terus berkembang. Pada usia inilah biasanya gagap mulai terjadi.

3. Sosial, lingkungan dan Emosi

Faktor perkembangan sosial dan emosi juga dapat ikut berperan mempengaruhi terjadinya gagap dan ketidaklancaran bicara. System saraf yang belum berkembang matang membuka peluang terjadinya benturan/ persinggungan antara saraf - saraf yang mengatur emosi dan yang mengatur fungsi bicara dan bahasa. Hal ini mudah di deteksi terutama ketika emosi sedang labil, baik karena rasa senang yang berlebihan, atau karena terdorong oleh rasa terburu-buru untuk mengatakan  sesuatu. Ketidaklancaran dan gagap bisa juga terjadi karena perubahan sosial yang dialami anak, misalnya perubahan dari rumah kemudian masuk ke TK atau lahirnya adik baru yang memicu konflik batin pada diri anak.

Bagaimana karakteristik/gejala stuttering (gagap) pada anak?

1. Karakteristik umum berikut terjadi pada anak yang tidak menyebabkan kegagapan (Normal Non Fluency):

  • Menambahkan suara atau kata, yang disebut kata seru – "Aku harus pulang!."
  • Mengulangi seluruh kata – "Kue, kue, dan susu."
  • Mengulangi frasa – "Dia – dia berumur 4 tahun."
  • Mengubah kata-kata dalam sebuah kalimat, disebut revisi – "Saya pernah – saya kehilangan gigi."
  • Tanpa menyelesaikan pemikirannya – “Namanya… Saya tidak ingat.”
  • Terjadi 9 kali atau kurang ketidaklancaran dalam 100 kata.

Saat anak-anak mempelajari banyak kata atau bunyi ujaran baru, Anda mungkin melihat beberapa ketidakfasihan yang umum terjadi. Ini normal.

2.    Karakteristik Normal Non Diesfluency berikut terjadi pada gagap anak usia 2 – 5 tahun:

  • Pengulangan sebagian kata – "Saya i-i-i-ingin minum."
  • Pengulangan kata satu suku kata – "Pe-pe-pe-pergi-pergi-pergi.”
  • Pengulangan satu kata _ “Aku…Aku main mobil”
  • Pengulangan Frasa_ “Aku ingin…. Aku ingin es krim”
  • Bunyi berkepanjangan – "ssssssssssssam bagus."
  • Memblokir atau menghentikan – "Saya ingin………….. kue (jeda)."
  • Adanya perhentian atau penambahan suku kata _ “em….eh…”
  • Mengalami Tense Pause yaitu penerhentian bibir tertutup tetapi tidak disertai ddengan suara dan Gerakan pada bibir.
  • Terdapat 10 kali ketidaklancaran pada setiap 100 kata-kata.
  • Secara umum durasi core behavior pada penyandang gagap rata-rata 1-5 detik, sementara frekuensi terjadinya gagap pada rat-rata penyandang gagap 5-10% kata dalam satu paragraph bacaan pendek. Untuk gagap ringan bisa di bawah 5%.

Bagaimana untuk mengurangi kegagapan pada anak?

Strategi untuk mengurangi kegagapan pada anak dengan cara:

1.     Meningkatkan kemampuan bermain (Play Therapi). Terapi yang dilakukan dengan bermain ini sangat bermanfaat untuk megurangi dan melepaskan ketegangan. Melalui bentuk terapi ini, anak mendapat kesempatan menikmati situasi baru di mana ia bebas bermain, merasa dicintai dan diterima tanpa peduli apakah ia menggunakan bahasa verbal atau non-verbal.

2.    Permainan Drama

Strategi untuk mengurangi stress, ketegangan dan rasa cemas adalah melalui permainan drama yang kreatif. Disini diperlukan seorang terapis yang kreatif dan pandai berimajinasi. Dalam aktifitas ini anak diberi kesempatan untuk memainkan berbagai peran dalam aktifitas kelompok.

3.    Berbicara sendiri

Setiap kesempatan harus dimanfaatkan oleh terapis untuk meningkatkan kelancaran bicara pada anak yang gagap. Bagi anak yang gagap di usia dini, sebaiknya saat gagapnya kambuh, dia disarankan untuk tidak banyak bicara dulu, sebaiknya saat dia lancar bicara, terapis harus membiarkan dia bicara tanpa diinterupsi.

 

Referensi:

Itasari Atitungga, A.Md TW., S.Pd. 2007. Buku Ajar Stuttering. Akademi Terapi Wicara – Yayasan Bina Wicara. Jakarta.

https://www.asha.org/public/speech/disorders/stuttering/.