Selasa, 24 Oktober 2023 07:55 WIB

Ketahui Jenis Kista Epidermoid atau Milia

Responsive image
1411
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Kista epidermoid atau disebut juga milia umumnya berwarna putih dan biasanya disebut juga dengan nama milia yang muncul pada area pipi dan hidung serta berkelompok. Jika hanya satu, kista ini disebut dengan milium. Kista tersebut muncul ketika keratin yang terjebak pada permukaan kulit bagian bawah. Keratin sendiri merupakan sejenis protein kuat yang umumnya terdapat pada jaringan kulit, rambut, dan sel pada kuku. Kista bisa terjadi pada semua orang dari berbagai usia, tetapi paling rentan terjadi pada bayi baru lahir. Umumnya, kista ini tidak berbahaya dan bisa hilang tanpa harus melakukan penanganan tertentu. Meski begitu, beberapa kasus milia tetap membutuhkan perawatan karena dianggap mengganggu bagi orang yang mengalaminya. Jenis milia dibagi berdasarkan usia ketika kista muncul atau penyebab yang mendasarinya. Jenis milia juga dibedakan menjadi milia primer dan sekunder. Milia primer muncul dari keratin yang terjebak secara langsung dan banyak dijumpai pada orang dewasa maupun bayi yang baru dilahirkan. Sementara itu, milia sekunder biasanya muncul karena adanya suatu kondisi yang menyebabkan saluran yang mengarah pada permukaan kulit mengalami penyumbatan. Ini sering terjadi pada orang-orang yang mengalami cedera, memiliki luka lepuh, atau luka bakar pada kulit. Milia berbeda dengan miliaria (biang keringat). Miliaria merupakan ruam kemerahan di kulit yang dapat terasa gatal atau perih. Kondisi ini terjadi akibat penyumbatan pada kelenjar keringat.

Jenis Kista Epidermoid atau Milia

Secara umum, milia terbagi menjadi beberapa jenis, yakni :

1.      Neonatal milia, yaitu istilah untuk milia pada bayi baru lahir. Milia jenis ini umumnya muncul di sekitar hidung.

2.      Primary milia atau milia primer, yaitu milia yang muncul pada anak-anak dan dewasa. Milia primer biasanya menghilang dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan.

3.      Secondary milia atau milia sekunder, yaitu milia yang muncul di kulit yang cedera. Kondisi ini bisa terjadi akibat luka lepuh, luka bakar, atau penggunaan krim kulit yang mengandung kortikosteroid.

4.      Milia en plaque, yaitu jenis milea yang cukup parah dan belum diketahui pasti penyebabnya. Milia en plaque biasanya tumbuh cukup lebar dan menonjol dengan diameter mencapai beberapa sentimeter. Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita paruh baya.

5.      Multiple eruptive milia, yaitu milia yang biasanya muncul berkelompok dalam kurun waktu beberapa minggu atau bulan. Milia jenis ini juga jarang terjadi.

Penyebab Kista Epidermoid atau Milia

Milium atau milia terbentuk ketika sel kulit mati atau protein yang bernama keratin terperangkap di bawah permukaan kulit. Belum diketahui secara pasti mengapa milia tumbuh pada bayi baru lahir. Namun, pada orang dewasa, munculnya milea berkaitan dengan kerusakan di kulit, seperti :

1.      Luka lepuh akibat kondisi atau penyakit tertentu, seperti epidermolisis bulosa, cicatricial pemphigoid, atau porphyria cutanea tarda.

2.      Luka lepuh akibat paparan tanaman beracun, seperti poison ivy.

3.      Paparan sinar matahari dalam waktu yang lama atau akibat luka bakar.

4.      Penggunaan krim kortikosteroid dalam jangka panjang.

5.      Perawatan kulit dengan prosedur tertentu, seperti dermabrasi atau laser resurfacing.

Gejala Kista Epidermoid atau Milia

Milia ditandai dengan benjolan yang berwarna putih mutiara atau putih kekuningan. Benjolan ini berukuran kecil dengan diameter sekitar 1-2 milimeter. Meskipun tidak menimbulkan nyeri, benjolan akibat milia bisa menimbulkan rasa tidak nyaman bagi sebagian penderitanya.

Milia juga dapat berwarna kemerahan dan mengalami iritasi bila bergesekan dengan pakaian atau seprai yang berbahan kasar.

Milia lebih sering terjadi di beberapa bagian kulit berikut :

1.      Kulit kepala

2.      Dahi

3.      Kelopak mata

4.      Hidung

5.      Belakang telinga

6.      Pipi

7.      Rahang

8.      Bagian dalam mulut

9.      Dada

10.   Kelamin

Pengobatan Kista Epidermoid atau Milia

Bayi yang menderita milia umumnya tidak memerlukan penanganan khusus, karena milia tidak berbahaya dan akan menghilang dengan sendirinya setelah beberapa minggu. Sementara pada remaja dan orang dewasa, milia biasanya hilang dalam beberapa bulan.

Meski demikian, milia juga bisa sangat menganggu. Terkadang, benjolan bahkan dapat bersifat permanen. Pada kondisi tersebut, perlu tindakan dari dokter untuk menghilangkan benjolan tersebut. Metode penanganan yang dapat dilakukan adalah :

1.      Krioterapi, yaitu prosedur untuk membekukan dan menghancurkan benjolan milia menggunakan nitrogen cair.

2.      Dermabrasi, yaitu pengikisan lapisan kulit teratas dengan menggunakan alat khusus.

3.      Chemical peeling, yaitu pengikisan lapisan kulit teratas dengan mengoleskan cairan kimia.

4.      Ablasi laser, yaitu prosedur untuk menghilangkan milia dengan menggunakan laser.

5.      Diathermy, yaitu prosedur untuk menghilangkan milia dengan menggunakan suhu panas.

6.      Deroofing, yaitu prosedur untuk mengeluarkan isi milia dengan menggunakan jarum steril.

Pada kasus milia en plaque, dokter dapat meresepkan antibiotik yang diminum (oral) atau krim isotretinoin untuk dioleskan ke kulit (topikal).

Komplikasi Kista Epidermoid atau Milia

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, milia bukan kondisi yang berbahaya. Meski demikian, mencoba menghilangkan milia tanpa prosedur pengobatan yang benar, misalnya memencet atau mengerik milia, bisa menimbulkan bekas luka permanen.

Oleh karena itu, jika milia cukup mengganggu, segera lakukan pemeriksaan ke dokter agar mendapat penanganan yang tepat.

Pencegahan Kista Epidermoid atau Milia

Pada sebagian besar kasus, milia tidak bisa dicegah. Namun, Anda disarankan untuk menjaga kesehatan kulit guna mengurangi risiko terjadinya milia, terutama milia sekunder. Beberapa upaya yang bisa dilakukan adalah :

1.      Melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang berlebihan dengan mengoleskan tabir surya dengan SPF 30 atau lebih.

2.      Menggunakan produk perawatan kulit yang sesuai dengan jenis kulit.

3.      Membersihkan wajah secara rutin dengan sabun yang lembut dan bebas parfum.

4.      Menghindari penggunaan produk yang mengandung kortikosteroid yang dapat dibeli tanpa resep dokter.

5.      Menambah asupan bahan makanan sumber vitamin B dan vitamin E.

 

Referensi :

Sartika Astri. 2017. Milia pada Bayi. Jurnal Kesehatan Universitas HKBP Nomensen Sumatra Utara, Medan.

Patsatsi, A., Uy, C. & Murrell, D. 2020. Multiple Milia Formation in Blistering Diseases. International Journal of Women’s Dermatology, 6(3), pp. 199-202.

Altalhab, S. & Zainalabidin, R. 2019. Eruptive Milia Associated with Isotretinoin. Journal of Dermatology and Dermatologic Surgery, 23(1), pp. 44.

Cleveland Clinic. 2018. Disease & Conditions. Milia.

Mayo Clinic. 2022. Tests & Procedures. Chemical Peel.

Mayo Clinic. 2022. Tests & Procedures. Dermabrasion.

Mayo Clinic. 2020. Diseases & Conditions. Milia.

Brown, J. Everyday Health. 2018. 8 Surprising Health Benefits of B Vitamins.

Kinman, T. Healthline. 2018. Milium Cyst in Adults and Babies.

Palmer, A. Verywell Health. 2021. The Best Ways to Treat and Prevent Milia.

Tidy, C. Patient. 2018. Milia.

Watson, K. Healthline. 2020. How to Get Rid of Milia : 7 Ways.

Whelan, C. Healthline. 2018. Vitamin E and Your Skin, Friends Through Food.