Rabu, 11 Oktober 2023 15:41 WIB

Apa Itu Shaken Baby Syndrome? Dan Bagaimana Terjadinya?

Responsive image
3057
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Bayi yang menggemaskan memang terkadang membuat ayah atau ibu tidak sadar melakukan hal yang kurang tepat saat mengajaknya bermain. Salah satunya dengan mengayun, misalnya ayah yang biasanya suka mengayunkan si kecil untuk membuatnya tertawa. Usaha menenangkan dengan memberikan goncangan terlalu keras atau membawa si kecil ke arena bermain ekstrem, seperti jet sky, merupakan contoh tindakan yang tanpa sengaja meningkatkan risiko terjadinya shaken baby syndrome. Sebenarnya, tidak masalah mengayun sang buah hati. Namun, perlu diketahui pula, mengayun bayi terlalu kencang bisa mengakibatkan terjadinya shaken baby syndrome. Untuk itu, perhatikan tanda-tanda shaken baby syndrome yang perlu dipahami.

Shaken baby syndrome merupakan sekumpulan gejala yang terjadi ketika bayi mendapatkan guncangan terlalu keras pada kepala. Sekumpulan gejala yang bisa terjadi akibat sindrom ini adalah perdarahan retina mata, pendarahan otak, dan pembengkakan otak. Kondisi ini disebut juga dengan Abusive Head Trauma (AHT). Gangguan kesehatan ini umumnya terjadi pada bayi hingga anak berusia 5 tahun. Namun, kasus terbanyak dialami oleh bayi berusia 6-8 minggu. Biasanya, shaken baby syndrome dicetuskan oleh rasa marah dan frustasi dari orang tua atau pengasuh karena anak menangis tak henti. Namun, pada beberapa kasus, shaken baby syndrome terjadi karena ketidaksengajaan atau ketidaktahuan. Padahal, kondisi ini bisa berdampak fatal untuk bayi. Karena itulah, penting bagi orang tua untuk punya pengetahuan mengenai kondisi ini agar bisa mengantisipasinya.

Penyebab

Saat orang dewasa mengguncang badan bayi atau anak, kepala bisa mengalami guncangan hebat karena otot leher tak menyangga kepala dengan baik. Hal inilah yang menjadi penyebab shaken baby syndrome.

Kondisi akan lebih berat bila kejadian tersebut diakhiri dengan benturan, misalnya benturan ke lantai atau tempat tidur.

Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko yang bisa mencetuskan shaken baby syndrome adalah:

1.      Orang tua yang mengalami stres (sosial, biologis, finansial).

2.      Bayi di bawah 1 (satu) tahun karena berisiko menangis lebih lama dan bertubuh relatif lebih kecil sehingga mudah diguncang.

3.      Memiliki ekspektasi yang tidak realistis berkaitan dengan tumbuh kembang anak (misalnya, tidak memahami menangis adalah cara bayi berkomunikasi, atau bahwa secara alamiah ada masa perkembangan di mana bayi cenderung lebih banyak menangis).

4.      Orang tua dengan riwayat mengalami atau menyaksikan kekerasan.

5.      Single parent

6.      Bayi dengan disabilitas, kembar, atau sering menangis.

Bagaimana Shaken baby syndrome Terjadi?

Bayi memiliki otak yang masih lunak, pembuluh darah yang tipis, dan otot leher yang lemah.

Ketika mendapatkan guncangan yang kuat, misalnya karena diayun keras saat ditenangkan atau dilempar ke udara saat diajak bermain, leher bayi belum bisa menyanggah kepalanya dengan baik, sehingga kepalanya bisa terjengkang ke depan dan belakang dengan cepat.

Hal tersebut bisa menyebabkan otak bayi terguncang di dalam tempurung kepala. Otak juga bisa bergeser dan mengalami robekan saraf. Selain itu, pembuluh darah di dalam maupun di sekitar otak, termasuk di mata, juga bisa mengalami robekan dan perdarahan.

Gejala yang mungkin timbul pada bayi dengan shaken baby syndrome adalah koma atau tidak sadarkan diri, syok, kejang, dan tidak bisa bergerak atau lumpuh. Jika cedera otak yang terjadi tidak begitu parah, gejala yang muncul bisa berupa :

1.      Rewel

2.      Terlihat lemas dan mengantuk setiap saat

3.      Gangguan bernapas

4.      Muntah

5.      Kulit pucat atau kebiruan

6.      Tidak nafsu makan

7.      Tremor

Segera bawa bayi ke IGD atau dokter terdekat untuk mendapatkan pertolongan jika ia mengalami gejala di atas. Kondisi ini tidak boleh dianggap remeh, karena jika cedera otak yang terjadi tergolong berat, bisa saja berakibat fatal.

Bayi juga mungkin dapat mengalami kerusakan otak permanen dengan efek jangka panjang, mulai dari gangguan penglihatan dan pendengaran, keterlambatan pada proses tumbuh kembang, hingga kesulitan untuk belajar.

Akibat fatalnya bisa seperti terjadinya :

1.      Pendarahan Otak. Saat bayi mengalami guncangan hebat, otak mengalami perputaran atau pergeseran aksis (batang otak). Akibatnya, saraf dan pembuluh darah otak akan robek, sehingga memicu kerusakan dan pendarahan otak.

2.      Kerusakan Saraf. Guncangan yang hebat juga bisa menyebabkan kerusakan saraf permanen.

3.      Cedera Leher dan Tulang Belakang. Bayi berusia kurang dari 2 tahun masih memiliki batang leher yang rapuh, sehingga ketika mengalami guncangan keras, cedera bagian leher dan tulang belakang rentan terjadi.

4.      Cedera Mata. Cedera bisa berupa perdarahan salah satu atau kedua retina mata. Sayangnya, masalah ini sering tidak terdeteksi karena bayi belum bisa mengeluhkan gangguan penglihatan yang dialaminya.

5.      Kematian. Sekitar 10-12 persen kematian bayi di Amerika Serikat disebabkan karena shaken baby syndrome.

Tips Menenangkan Bayi dengan Aman

Berikut ini adalah tips yang bisa orang tua atau pengasuh lakukan untuk menghindari risiko shaken baby syndrome saat mencoba menenangkan bayi yang menangis :

1.      Gendong bayi dengan penuh kasih, sembari mengusap-usap punggungnya dengan lembut.

2.      Bedong bayi jika usianya belum 2 bulan, agar ia merasa lebih nyaman. Namun, pastikan tidak membedong bayi terlalu kencang.

3.      Nyanyikan lagu untuknya.

4.      Nyalakan suara yang menenangkan, misalnya suara rekaman detak jantung.

5.      Berikan empeng

6.      Lakukan metode skin to skin.

Selama menenangkan si kecil, pastikan ibu tetap tenang. Jangan biarkan tangisan si kecil yang tak kunjung berhenti membuat ibu panik dan stres hingga mengguncang tubuhnya. Ingat, bisa saja ia tengah berada di fase purple crying dan mengguncang sama sekali bukanlah solusi untuk menenangkannya.

 

Referensi :

Rose Mafiana, dkk. 2017. Penatalaksanaan Anestesi pada Shaken baby syndrome. Jurnal Neuroanastesi Indonesia Universitas Udayana Denpasar.

National Institute of Health. 2023. U.S. National Library of Medicine MedlinePlus. Shaken baby syndrome.

Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2022. Shaken baby syndrome.

KidsHealth. 2021. Parents. Abusive Head Trauma (Shaken baby syndrome).

Healthy Children. 2022. How to Calm a Fussy Baby : Tips for Parents & Caregivers.

Mayo Clinic. 2023. Diseases & Conditions. Shaken baby syndrome.