Rabu, 11 Oktober 2023 09:07 WIB

Memahami Kardiomiopati Dilatas: Ketahui Penyebab, Gejala dan Pengobatannya

Responsive image
2352
dr. Shindi Eugene Tiurma Tampubolon - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Kardiomiopati dilatasi atau dilated cardiomyopathy (DCM) adalah penyakit jantung yang ditandai dengan pembesaran dan melemahnya otot jantung, tanpa adanya penyakit jantung lainnya (penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung atau penyakit lapisan luar jantung). Bagi orang awam, penyakit kardiomiopati dilatasi sering disebut sebagai kondisi jantung lemah. Akibat dari pembesaran dan lemahnya otot jantung terjadi penurunan kemampuan jantung dalam memompa darah secara efisien. Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit jantung struktural dan dapat mengganggu fungsi normal jantung.

Kejadian DCM bervariasi tergantung populasi dan area geografi; dilaporkan sebanyak 5-8 kasus per 100,000 populasi, lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Mayoritas kasus DCM terjadi pada pasien berusia 20 hingga 60 tahun.  Hingga saat ini, angka kasus sesungguhnya sulit untuk diketahui karena seringkali kasus DCM tidak memiliki gejala atau tidak terdeteksi. Diperkirakan sekitar 50?ri kasus kardiomiopati dilatasi adalah penyakit idiopatik, sekitar 20-30% lainnya dikaitkan dengan beberapa faktor yang meliputi:

1.  Faktor Genetik: Ada faktor genetik yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena                         kardiomiopati dilatasi. Kondisi ini dapat bersifat turun-temurun, di mana individu yang memiliki r           riwayat keluarga dengan penyakit ini memiliki risiko yang lebih tinggi.

2.  Infeksi: Infeksi virus, seperti virus Coxsackie B, dapat merusak otot jantung dan menyebabkan             peradangan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kardiomiopati dilatasi.

3.  Faktor Autoimun: Sistem kekebalan tubuh yang tidak normal juga dapat berperan dalam                       perkembangan kardiomiopati dilatasi. Sistem kekebalan dapat secara keliru menyerang dan               merusak jaringan otot jantung.

4.  Konsumsi Alkohol Berlebihan: Mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar dan jangka panjang             dapat merusak otot jantung dan menyebabkan kondisi ini.

5.  Gangguan Hormonal: Gangguan hormonal seperti hipotiroidisme (produksi hormon tiroid yang             rendah) juga dapat mempengaruhi fungsi jantung dan berkontribusi pada perkembangan                     kardiomiopati dilatasi.

Proses penyakit kardiomiopatis dilatasi melibatkan beberapa tahap dari perubahan mikroskopis hingga dampak makroskopis pada kesehatan jantung individu. Tahap pertama, terjadi faktor-faktor pencetus yang memicu perubahan sel-sel otot jantung yang menyebabkan gangguan kontraksi dan relaksasi jantung yang efisien. Kemudian, untuk mengatasi kelemahan fungsi tersebut, jantung merespons dengan melakukan hipertrofi jaringan, yaitu pembesaran sel-sel otot jantung. Apabila tidak ternganani sejak dini, penyakit kardiomopati dilatasi akan melibatkan penipisan dinding dan perubahan geometri jantung secara keseluruhan. Komposisi struktur jantung pun semakin berubah dan terjadi penumpukan jaringan fibrosa (remodeling). Pada akhirnya, jantung tidak lagi mampu memompa darah dengan efektif dan terjadi kekurangan pasokan darah yang cukup ke organ-organ tubuh.

Gejala kardiomiopati dilatasi dapat bervariasi antara individu, namun beberapa gejala umum meliputi: kelelahan yang berlebihan, sesak napas, pembengkakan pada kaki/pergelangan kaki atau area lainnya bisa terjadi akibat penumpukan cairan, detak jantung tidak teratur, nyeri dada. Seringkali, pasien dengan kelainan DCM tidak dapat mengenali gejala pada awalnya, sehingga tidak mendapatkan terapi dan penyakit bertambah berat hingga menyebabkan gagal jantung dan kematian.

Evaluasi penyebab kemungkinan kardiomiopati dilatasi harus memerhatikan penyebab sekunder DCM. Pemeriksaan dapat meliputi pemeriksaan laboratorium: fungsi hormon tiroid, infeksi virus, elektrolit, serta anemia (hemoglobin). Pada kasus-kasus tertentu, pemeriksaan genetik dapat dipertimbangkan. Beberapa modalitas untuk mendiagnosis penyakit kardiomiopati dilatasi diantara lain adalah pencitraan dengan alat USG jantung (ekokardiografi), magnetic resonance imaging (MRI), ataupun kateterisasi jantung. Dengan menggabungkan hasil-hasil pemeriksaan ini, tim medis dapat membuat diagnosis yang akurat dan merencanakan perawatan yang teoat.

Akibat sering tidak terdeteksi di fase awal, kasus-kasus kardiomiopati dilatasi yang ditemukan di fasilitas kesehatan sudah masuk ke tahap lanjutan dan telah mengalami komplikasi. Komplikasi gagal jantung, dimana jantung tidak lagi mampu untuk memompa aliran darah yang cukup untuk seluruh tubuh, paling sering terjadi dan sangat mengancam nyawa. Akibat ruang jantung yang membesar, gangguan katup jantung dapat terjadi dan menyebabkan aliran darah tidak mengalir dengan sempurna. Gangguan irama, pembekuan darah hingga berhenti jantung mendadak pun dapat terjadi sebagai komplikasi DCM. Hingga saat ini, pendekatan penanganan kardiomiopati dilatasi berfokus pada mengurangi gejala, mencegah terjadinya komplikasi dan memperbaiki fungsi jantung. Selain menangani kasus DCM dengan obat-obatan, terdapat perangkat terapi implantable cardioverter defibrillator (ICD) yang dapat digunakan sebagai salah satu pilihan terapi komplikasi. Alat ICD ini dapat menghasilkan impuls listrik kejut untuk mengatasi gangguan irama jantung. Pada kasus berat, transplan jantung dibutuhkan sebagai pilihan terakhir, namun sampai saat artikel ini dibuat, tindakan transplan jantung belum pernah dilakukan di Indonesia dan jarang dilakukan di negara lain.

Beberapa cara dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kardiomiopati dilatasi atau mengurangi komplikasi: 1) mengadopsi gaya hidup sehat, termasuk pola makan seimbang (kayak serat, rendah lemak jenuh, rendah garam), olahraga teratur, berhenti merokok dan mengurangi atau hindari konsumsi alcohol, 2) memantau tekanan darah dan kolesterol, yang dapat merusak dinding jantung dan menyebabkan sumbatan di pembuluh darah, 3) mengelola penyakit kronis sperti diabetes, 4) hindari penggunaan narkoba atau obat-obatan terlarang, 5) lakukan pemeriksaan kesehatan rutin terutama jika terdapat riwayat keluarga dengan kardiomiopati dilatasi atau faktor risiko lainnya, serta 7) berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan rekomendasi pencegahan. Penting untuk diingat bahwa pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Dengan mengambil langkah-langkah pencegahan ini, Anda dapat mengurangi risiko mengembangkan kardiomiopati dilatatif dan menjaga kesehatan jantung yang baik. Tetap berkomunikasi dengan dokter atau spesialis kesehatan untuk mendapatkan panduan yang sesuai dengan situasi kesehatan Anda.

 

Referensi:

Mahmaljy H, Yelamanchili VS, Singhal M. Dilated Cardiomyopathy. [Updated 2023 Apr 7]. In: StatPearls [Internet]. Jan 2023. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441911/

Bakalakos A, Ritsatos K, Anastasakis A. Current perspectives on the diagnosis and management of dilated cardiomyopathy Beyond heart failure: a Cardiomyopathy Clinic Doctor's point of view. Hellenic J Cardiol. 2018 Sep-Oct;59(5):254-261.

Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-vector/cardiology-clinic-hospital-department-healthy-heart-cardiovascular-prevention-healthcare-industry-idea-design-element-electrocardiogram-ekg-vector-isolated-concept-metaphor-illustration_11664303.htm#query=kardiomiopati&position=21&from_view=search&track=ais